Analisis Semiotik Puisi “Hatiku Selembar Daun” Karya Sapardi Djoko Damono

Sastra mewakili perasaan dan emosional seorang pengarangnya. Tema yang ditulisnya
terdapat dalam sebuah puisi, prosa, atau drama mewakili pergolakan emosi terhadap
pembacaan dunia sekitar. Sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang atau penulis
dalam mengungkapkan gagasan ide pemikiran untuk dituangkan kedalam bahasa tulis
(Aisyah, Wahyuni, & Wikanengsih, 2019). Satu diantara jenis - jenis karya sastra salah satunya adalah puisi, kemampuan dalam menganalisis sebuah puisi bukanlah hal yang mudah bagi pembacanya, tetapi kemampuan menganalisis sebuah puisi diperlukan agar pembaca dapat memahami makna isi dan simbol yang terkandung dalam puisi tersebut.
Puisi adalah suatu karya sastra yang didalamnya terdapat kaya makna yang disampaikan secara tidak langsung. Menurut (Suparyanto dan Rosad (2015 - 2020)) puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyususnannya larik dan bait. Puisi merupakan karya sastra tertua yang memiliki kehasan dan filosofis didalamnya. Menurut (Nurhuda, Waluyo, and Suyitno 2017) puisi merupakan karya sastra yang tertulis menggunakan bahasa yang indah, sedangkan menurut Sumardi puisi adalah sebuah karya sastra yang ditulis menggunakan bahasa dan kata - kata kias yang imajinatif dengan memberikaj irama dan bunyi. Puisi dapat menjadi motivasi bagi para penikmat tulisan terutama bagi pembaca yang begitu tertarik untuk bisa mengetahui makna tersirat yang terkandung dalam sebuah puisi melalui analisis. Menurut Putri, Puspitasari & Permana (2019), puisi merupakan sebuah karya sastra berupa tulisan yang mengedepankan keindahan yang tampak dari struktur fisik ataupun struktur batin yang terdapat dalam unsur- unsur pembangun puisi. Dengan demikian, puisi merupakan sebuah karya sastra imajinatif yang mengungkapkan pikiran serta perasaan sebagai bentuk ekspresi diri yang dirasakan oleh seorang penyair.
Kajian Semiotika dilakukan pada puisi Sapardi Djoko Damono “Hatiku Selembar Daun” untuk memahami gagasan yang dituangkan Sapardi Djoko Damono pada puisi tersebut. Telah kita ketahui bahwa Sapardi Djoko Damono merupakan seorang penyair dan penulis yang seluruh karya - karyanya abadi sampai sekarang. Hasil penelitian analisis semiotik pada puisi “Hatiku Selembar Daun” menyimpulkan bahwa puisi tersebut erat kaitan maknanya dengan tema ketuhanan.

Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
Nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini
Ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi

Puisi “Hatiku Selembar Daun” ditulis oleh Sapardi Djoko Damono pada tahun 1984. Puisi ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seseorang yang diibaratkan sebagai selembar daun. Sapardi membuat hubungan antara petanda dan penanda dengan cara menggambarkan manusia yang akan menemui ajalnya sebagai petanda, dengan selembar daun sebagai penandanya.
Pada baris pertama, “Hatiku” divisualisasikan Sapardi sebagai selembar daun yang melayang jatuh kerumput. “Selembar daun yang jatuh di rumput” Identik dengan daun yang sudah layu atau mati. Sudah menjadi presepsi ditengah masyarakat, bahwa daun yang jatuh ketanah memang daun yang layu atau mati.
Baris kedua “Nanti dulu, biarkan aku berbaring disini” baris ini diberi penanda sebagai selembar daun, memiliki perasaan yang ingin disampaikan sebelum dia mati. Kemudian baris ketiga “ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput” ini bermakna karena terdapat sesuatu yang masih ingin dia saksikan, sesuatu yang sebelumnya selalu hilang. Masih ada hal yang selama hidup terabaikan. Aku, selembar daun itu, kali ini meminta Tuhan memberinya kesempatan untuk tidak abai terhadap hal itu.
Kemudian baris terakhir “sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi” hal ini bermaksud Ada yang ingin dilakukan, dilihat, dikerjakan, karena sesaat kemudian berarti akan bertemu dengan kematian sebenar - benarnya. Bila kematian itu sudah tiba, maka daun tak bisa lagi diam di atas rumput. Dia akan disapu setiap pagi. Hal yang ingin disaksikan sebelum mati benar - benar tak bisa disaksikan bila telah mati.