Analisis Novel Laskar Pelangi Melalui Pendekatan Ekspresif

Novel adalah karya prosa yang bersifat naratif dan biasanya ditulis dalam bentuk cerita. Novel adalah dua bentuk karya sastra yang juga disebut sebagai fiksi, bahkan dalam perkembangan selanjutnya novel dianggap identik dengan fiksi (Nurgiyantoro, 1998:119). Diperkuat dengan pendapat menurut Endang Wariyaanti (2021:34), novel muncul sebagai semacam fiksi prosa, teks tertua dalam sejarah literatur. Sastra sebagai produk budaya masyarakat terdiri dari keinginan emosional dan rasional penulis sebagai anggota masyarakat. Dalam sastra berarti perumpamaan formal dan keberlanjutan adalah yang kedua berkembang jauh melampaui poin sesuatu di luar topik utama. (Klarer, 2004) menjelaskan elemen utama dari novel yaitu bersifat genre tergantung pendekatannya dan penggunaan metode yang berbeda, yaitu pada konsep analisis formalistik struktur tindakan dan pendekatan kontekstual untuk menetapkan batas mereka dengan genre sejenis lainnya. sebuah ekspresi plot, waktu, karakter, latar, perspektif cerita, dan gaya tidak hanya ditampilkan dapat mendefinisikan dan mencirikan genre novel sekalipun juga berfungsi sebagai bidang penelitian terutama dalam film dan drama. Pada kesempatan ini kami tertarik dengan novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata karena novel Laskar Pelangi menggunakan bahasa yang unik.

Di dalam melakukan kritik sastra, terdapat hal yang harus diperhatikan supaya kritik sastra dapat berjalan. Hal tersebut yaitu pemakaian metode atau pendekatan. Pada kritik sastra kali ini, kami memakai metode atau pendekatan ekspresif.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan ekspresif sangat erat kaitannya dengan studi sastra sebagai karya sejarah terutama sejarah dibaliknya kehidupan penulis. Ada dua jenis di antaranya dalam penyair yaitu tipe objektif dan subyektif. Tujuannya adalah jenis tulisan yang dapat membuat terbuka negatif dunia dan hilangnya identitas diri pengarang. Di sisi lain, subyektif adalah tipe seorang penulis yang selalu ingin tampil kepribadian, citra diri, mengakui dan menjelaskan diri. Jadi dukungan penelitian objektif yang bukan naskah penggunaan karya penulis juga diperlukan Penulis biografi untuk informasi.

Artinya, jika pendekatan biografi umum gunakan informasi tentang kehidupan penulis, lalu akses ekspres justru sebaliknya menggunakan informasi yang dikumpulkan oleh tindakan penulis sebagai subjek pencipta.Bahasa menjadi salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena dalam hidup manusia tidak terlepas dari bahasa.

Tema yang diangkat dalam novel Laskar Pelangi adalah mengenai perjuangan sekelompok anak dalam meraih cita-cita, impian, dan pendidikan di tengahnya kerasnya keterbatasan dalam lingkungan mereka. Segala kekurangan dan tantangan mereka hadapi demi kehidupan yang lebih layak lagi.

Gaya bahasa pada novel ini menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan adanya beberapa penggunaan bahas asing. Kemudian diksi. Penggunaan diksi pada novel LP juga termasuk banyak dan sering. Banyak dialog-dialog perumpamaan yang dijabarkan oleh Andrea Hirata dengan cukup baik. Kemungkinan hal ini karena setting waktu novel LP berada pada zaman yang belum terlalu modern sehingga penggunaan diksi termasuk hal wajar.

Novel Laskar Pelangi mengambil latar tempat di Belitung atau pada zaman itu lebih sering disebut dengan nama Belitong. Secara spesifik, beberapa tempat lain diantaranya adalah SD Muhammadiyah, Toko Kelontong A Ling, rumah Ikal, Pulau Lanun, pohon filicum, dan beberapa tempat lainnya. Jika bicara mengenai latar waktu, kemungkinan Laskar Pelangi memiliki setting waktu pada kisaran tahun era 90-an.

Alur yang disampaikan dalam novel Laskar Pelangi bersifat maju-mundur, namun tentu saja dengan dominasi alur mundur yang lebih dominan ketimbang mundur. Beberapa kali ada narasi pengulangan cerita di masa lampau. Seperti cerita tentang Tuk Bayan Tula, peristiwa disana sini, Plot yang disampaikan juga bersifat kronologis namun tidak terlalu urut. Dimana kita diberitahukan setiap peristiwa dan latar belakang dilaksanakannya peristiwa tersebut dengan rinci. Meskipum begitu, beberapa penjelasan peristiwa tidak langsung dijelaskan. Sudut pandang disini menggunakan sudut pandang Ikal sebagai tokoh utama. Karena itu selama berjalannya cerita akan terus menggunakan dari sudut pandang Ikal.

Amanat yang disampaikan dalam novel ini ada banyak, namun secara keseluruhan adalah untuk tidak pernah menyerah dalam meraih cita-cita walaupun banyak rintangan dan tantangan yang menghadang.

Apabila jika dikaji secara atau berdasarkan tinjauan psikologis pengarang, Andrea Hirata adalah sosok yang hidup dan besar di Pulau Belitung pula, sama halnya dengan sang tokoh utama yaitu Ical. Perjuangannya dalam menempuh dan meraih cita-cita dan impian sepertinya diekspresikan melalui novel Laskar Pelangi ini. Terlihat dari bagaimana unsur impian dan tidak menyerah adalah kekuatan utama setiap tokoh di novel ini.

Beberapa nilai-nilai yang terkandung di dalam novel ini adalah tolong menolong, rasa persahabatan, integritas, keikhlasan, tanggungjawab, kepemimpinan, perjuangan, dan kegigihan menuntut ilmu.