Puisi dalam ranahnya memiliki makna dan arti filosofis serta ada pula yang memiliki makna patriotik, puisi yang memiliki makna patriotik yakni puisi yang memiliki arti mengenai pengorbanan, perjuangan serta kerelaan seseorang demi bangsa dan negara. Menurut (Mardhiah & Wulandari, 2022) memaknai puisi sebagai susunan ritmis pikiran dan perasaan yang menggugah imajinasi panca indera. Melalui puisi seorang penulis dapat menyampaikan pesan dan perasaan untuk disampaikan kepada pembaca dengan cara yang stylis.
Analisis puisi merupakan salah satu kegiatan kritik dan saran terhadap sebuah karya sastra, dalam ranahnya mengkritik sebuah puisi merupakan salah satu kegiatan apresiasi dalam bentuk menghargai sebuah karya sastra yang sifatnya imajinatif dari gagasan dan ide pencipta karya sastra tersebut. Menurut (Wulansari) Puisi adalah jenis karya ilmiah yang bertujuan keputusan yang berbeda dari kata-kata gaya sebagai salah satu komponen utama. Sebagai salah satu jenis karya sastra, puisi juga berisi tanda-tanda esensial diuraikan oleh pembaca untuk dapat mencapai makna yang direncanakan oleh penyair.
Dalam penggambarannya puisi memiliki karateristik tersendiri dalam pengekspresian tergantung dari imajinasi dan ide sang penyair, ekspresi yang ditimbulkan penyair dalam puisi merupakan kreatifitas penyair terhadap suatu makna puisi yang ditunjukkan, jika pengekspresian yang berbeda maka sebuah karya sastra tersebut bisa memiliki makna dan arti yang berbeda pula. Menurut (Fransori, 2017) Wajar jika ada opini dan interpretasi terhadap sebuah puisi di kalangan masyarakat umum. Perbedaan ini juga tampak pada bagaimana puisi dipahami; stilistika akan tampak pada kekhasan bahasa yang digunakan, yang akan sangat berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari.
Puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar merupakan puisi yang memiliki makna patriotik didalamnya, makna patriotik yang disebut adalah sebuah kejadian yang terjadi di wilayah Karawang – Bekasi pada sejarah indonesia, kejadian tersebut merupakan pembantaian yang dilakukan pihak Belanda pada tanggal 9 Desember 1947, kejadian tersebut menewaskan sejumlah 431 orang dari penduduk kalangan sipil, hal tersebut merupakan pelanggaran HAM terberat, pihak Belanda membantai penduduk yang mengungsi dari Bekasi ke Karawang tanpa alasan yang jelas. Pada 14 September 2011 pihak Belanda telah membayar kompensasi terhadap korban pembantaian yang terjadi di Karawang-Bekasi atau yang disebut dengan Pembantaian Rawagede.
Sajak-sajak puisi yang diciptakan oleh Chairil Anwar berjudul Karawang-Bekasi berbunyi sebagai berikut.
“Karawang Bekasi” – Karya Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi,
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi kami adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi ada yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Setelah mengetahui sajak-sajak yang tercantum didalam puisi Karawang-Bekasi dapat dilihat bahwa nilai-nilai patriotik yang kental membuat sajak-sajak memiliki makna tersirat. Pengorbanan serta perjuangan masyarakat pada saat itu yang harus dikenang demi bangsa dan negara. Walaupun tidak ada dugaan sajak-sajak puisi Chairil Anwar bisa mewakili yang telah gugur. Adapun bait yang mengandung makna patriotik sebagai berikut
1. - Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Pada bait ini menunjukkan bahwa kata terbaring yakni terbaring tak bernyawa di Karawang-Bekasi.
2. - Kami mati muda yang tinggal tulang diliputi debu
- Kami cuma tulang berserakan
Pada bait ini bermakna mereka mati dahulu dengan tulang yang diliputi debu yakni tubu yang telah menyatu dengan tanah dan tulang berserakan yakni tulang yang sudah tidak berguna.
3. - Kami sekarang mayat,
- Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Pada bait ini memiliki makna sudah menjadi mayat dengan tubuh yang tidak berguna didalam tanah dalam rentang Karawang-Bekasi.
4. - Tidak bisa teriak ”Merdeka” dan angkat senjata lagi
Pada bait ini memiliki makna mereka yang ikut berperang namun sudah tidak bisa apa apa lagi bahkan hanya untuk teriak sekalipun.
5. – Tapi siapakah yang tidak mendengar deru kami
- Kami sudah coba apa yang kami bisa
Pada bait ini memiliki makna bahwa deru merupakan sebuah perjuangan demi bangsa dan negara dengan seluruh tumpah darah. Melakukan usaha yang maksimal demi bangsa namun takdir berkata lain.
6.- Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Sjahrir
Pada bait ini terkandung bahwa mereka menjaga orang-orang yang berperan penting bagi negara Indonesia, mereka menjaga orang-orang tersebut demi hidupnya masa depan bangsa dan negara Indonesia yang mereka cintai dan ini merupakan wujud sikap patriotisme yang mereka lakukan.
7. - Kenang, kenanglah kami
- Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa.
- Tapi adalah kepunyaanmu
- Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang berserakan
Pada keempat bait tersebut menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan untuk generasi muda kedepannya agar mengenang jasa dan pengorbanan pahlawannya, pengorbanan untuk bangsa dan negara masih tugas yang belum selesai untuk para generasi mendatang sehingga dalam ranahnya seluruh perjuangan dan pengorbanan untuk bangsa dan negara merupakan kepemilikan bangsa itu sendiri dan harus dilanjutkan demi mengenang jasa para pahlawan, jerih paya para pahlawan dalam mempertahankan bangsa harus dicontoh untuk menumbuhkan jiwa patriotik sebagai generasi penerus bangsa.
8. - Atau jiwa kami melayang untuk Kemerdekaan kemenangan dan harapan Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata, Kaulah yang sekarang berkata
Pada bait ini jelas menunjukkan sebuah pengharapan tentang perjuangan dan pengorbanan yang telah para pahlawan lakukan, jika generasi bangsa bersama-sama menjaga keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia agar tetap merdeka maka harapan-harapan para pahlawan tentunya tidak sia-sia.
9. – Berikan kami arti berjagalah terus digaris batas pernyataan dan impian
Pada bait ini memaknai bahwa seorang pahlawan tidak meminta apa-apa selain pengorbanan dan perjuangannya dihargai oleh para generasi-generasi yang akan datang, dan generasi penerus bangsa diharapkan bisa meraih cita-cita dan impian dengan sungguh-sungguh.
Setelah mengetahui makna patriotik yang terdapat pada puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar tersebut dapat disimpulkan bahwa makna patriotik dalam puisi tersebut terdapat pada saat medan perang, namun selain makna patriotik yang terdapat pada medan perang, terdapat juga makna patriotik berupa pesan bagi penerus bangsa agar tetap menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa agar tidak lengah terhadap bangsa karena perjuangan para pahlawan selama 350 tahun dalam memperjuangkan tanah air Indonesia bukanlah waktu yang sebentar, oleh karena itu harapan-harapan para pendahulu sangat besar kepada para generasi penerus bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Fransori, A. (2017). Analisis stilistika pada puisi kepada peminta-minta karya Chairil Anwar. Deiksis, 9(1), 1-12.
Januarti, I. (2019). Stilistika dalam Puisi “Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus” Karya Chairil anwar. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya, 6(1), 53-58. doi:https://doi.org/10.26618/konfiks.v6i1.372
Mardhiah, N. A., & Wulandari, Y. (2022, Maret 1). Patriotisme dalam Puisi Karawang Bekasi Karya Chairil Anwar dan Musikalisasi Puisi Pahlawan Bangsaku Karya Alpendi Unsaga: sebuah kajian sastra bandingan. Jurnal Genre, 4(1), 37-46. doi:Patriotisme dalam Puisi Karawang Bekasi Karya Chairil Anwar dan Musikalisasi Puisi Pahlawan Bangsaku Karya Alpendi Unsaga: sebuah kajian sastra bandingan | Jurnal Genre (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
Wulansari, R. A. (t.thn.). jejak Historis “Kami” dalam Puisi Puisi Krawang-Bekas Karya Chairil Anwar: Kajian Stilistika. Acedemia.edu.