Analisis Majas dan Diksi Dalam Puisi "Kepada Kawan" Karya Chairil Anwar

A. Pendahuluan
Sastra adalah salah satu cara untuk mengekspresikan ide manusia. Manusia menciptakan, menikmati, dan mengapresiasi karya sastra, dan itulah sebabnya mengapa karya sastra dibuat untuk dinikmati. Namun, tidak semua penikmat sastra menyadari pentingnya karya sastra yang mereka baca. Menurut penelitian Novelia (2018), karya sastra merupakan hasil pemikiran dan imajinasi pengarang yang dituangkan ke dalam karyanya. Karya sastra sendiri hadir dalam berbagai macam bentuk. Puisi, sajak, roman, novel, cerpen, dongeng, dan legenda adalah beberapa contoh genre sastra. Puisi adalah bentuk sastra tertulis di mana penulis mengekspresikan perasaannya dengan menggunakan bahasa yang bermakna, semantis serta mengandung irama, rima, dan ritma dalam penyusunan larik dan baitnya.

Terdapat banyak aspek yang berbeda dalam puisi, termasuk unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan usnur yang terdapat di luar cerita atau narasi, seperti latar belakang penulis atau sejarah masyarakat. Unsur intrinsik puisi meliputi tema, perasaan penyair (feeling), nada, atau sikap penyair terhadap pembaca, amanat, dan gaya bahasa. Menurut Tarigan (2013:5), gaya bahasa adalah cara pengarang menggunakan bahasa yang khas digunakan untuk menyampaikan isi gagasannya dalam melukiskan suatu cerita sehingga menimbulkan efek pada pembaca. Gaya bahasa sebuah puisi dapat meningkatkan ketertarikan pembaca terhadap puisi tersebut.

Setiap penulis menggunakan bahasa dengan cara yang unik, dan sebagai hasilnya, puisi dan karya sastra lainnya disampaikan dengan berbagai cara. Ada hubungan langsung dan hubungan timbal balik antara kosakata dan gaya bahasa. Jangkauan penggunaan bahasa seseorang meningkat seiring dengan kedalaman kosakata. Puisi “Kepada Kawan” karya Chairil Anwar adalah puisi yang menarik. Puisi ini menggunakan bahasa yang indah. Tantangan penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut dengan menggunakan informasi yang disajikan di atas: Pilihan kata dan idiom bahasa apa saja yang dapat ditemukan dalam puisi “Kepada Kawan”? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis puisi “Kepada Kawan” karya Chairil Anwar untuk mengetahui penggunaan gaya bahasa dan pilihan kata.

B. Analisis Puisi “Kepada Kawan” Karya Chairil Anwar
Analisis puisi mengenai majas dan diksi dalam puisi “Kepada Kawan” karya Chairil Anwar, berikut hasil analisisnya:

Kepada Kawan
Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,

belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!

Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam

Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!

Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!

1. Majas
Majas dalam puisi “Kepada Kawan” karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut:

a. Personifikasi
Terdapat dalam penggalan kalimat “Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!” Kata “ajal” bukanlah manusia, namun dalam pernyataan tersebut kata “ajal” seolah-olah bersikap layaknya manusia yang “menarik” dan “mencekik”, menarik dan mencekik merupakan kata kerja yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup.

b. Hiperbola
Terdapat dalam penggalan kalimat “Tembus jelajah dunia ini dan balikkan” ini merupakan kalimat yang dilebih-lebihkan, karena tidak mungkin bagi siapa pun untuk membalikkan dunia. Terdapat juga pada penggalan kalimat “Tikamkan pedangmu hingga kehulu" kalimat ini juga merupakan kalimat yang berlebihan, karena tidak mungkin seseorang menusukkan pedang sampai ke hulu sungai.

c. Repetisi
Terdapat dalam penggalan kalimat “sekali lagi kawan, sebaris lagi” kata “lagi” dalam puisi tersebut dikatakan secara berulang.

d. Anitetis
Terdapat dalam penggalan kalimat “Jangan tambatkan pada siang dan malam” kata “siang dan malam” merupakan dua kata yang saling berlawanan.

2. Diksi
Pilihan kata yang terdapat dalam puisi kepada kawan karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut:

a. Diksi berdasarkan leksikal (Antonim)
Terdapat dalam penggalan kalimat “Jangan tambatkan pada siang dan malam". Kata “siang dan malam” mempunyai cakupan yang berbeda dan berlawanan satu sama lain. Dan terdapat juga pada penggalan kalimat “Isi gelas sepenuhnya, lantas kosongkan” kata “penuh dan kosong” merupakan cakupan yang berbeda dan berlawanan.

b. Diksi berdasarkan maknanya (Konotatif)
Fragmen “Isi gelas sampai penuh lalu kosongkan” menyiratkan bahwa kita harus mencari banyak bekal dalam hidup ini, yang semuanya pada akhirnya akan digunakan. “Tusukkan pedang ke hulu” mengacu pada gerakan menusuk tubuh. Frasa “Layar merah berkibar hilang dalam kegelapan” menggambarkan betapa berwarna-warni kehidupan sebelum hilang dalam sekejap (kematian).
Terdapat dalam penggalan kalimat “Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan” menyiratkan makna bahwa kita harus mencari banyak bekal dalam hidup ini, dan akan di gunakan pada suatu saat. “Tikamkan pedang hingga ke hulu” mengacu pada gerakan menusukkan pedang ke bagian tubuh. “Layar merah berkibar hilang dalam kelam” terdapat makna yang menggambarkan betapa berwarna-warni kehidupan sebelum hilang dalam sekejap (Ajal).