Sumber gambar: http://meriwardana.blogspot.com/2011/06/puisi-karya-ws-rendra-puisi-rahasia.html
Karya sastra merupakan ungkapan perasaan manusia yang bersifat pribadi yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam bentuk gambaran kehidupan yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam suatu bentuk tulisan. Karya sastra tidak mungkin lahir dari kekosongan budaya, menurut Ratna (2004:312). Hakikat dari karya sastra ialah rekaan, karya sastra dikonstruksi atas dasar kenyataan. Karya sastra memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu sebagai motivator ke arah aksi sosial yang lebih bermakna, sebagai pencari nilai-nilai kebenaran yang dapat mengangkat dan memperbaiki situasi dan kondisi alam semesta (Ratna 2004: 35-36). Salah satu karya sastra yang sering dijumpai adalah puisi. Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra yang memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi, melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan suatu katanya. Puisi pada dasarnya menjadi sarana ekspresi seseorang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Menurut Waluyo (2002:1) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias atau imajinatif. Puisi dari segi penulisannya diartikan sebagai karya sastra yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama serta bunyi dan dipadukan dengan kata-kata imajinatif. Oleh karena itu menjadi tampak jelas bahwa penggunaan kata-kata pada puisi bukan katakata yang ada pada percakapan sehari-hari. Dalam artikel ini, akan mengkaji dan menganalisi puisi W.S Rendra “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya”. Berikut merupakan isi dari puisi tersebut.
“Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya”
Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku
Terpupuslah sudah masa-masa sepiku
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
Hatimu yang baik itu
Yang selalu mencintaiku Karena kapal yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan
Dan sepatu yang berat serta nakal
Yang dulu biasa menempuh
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini telah aku lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tenteram, jinak dan sederhana
Mama
Burung dara jantan yang nakal
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang dan telah menemu jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kaubuatkan
Dan tiada akan pulang buat selama-lamanya
Ibuku Aku telah menemukan jodohku
Janganlah kau cemburu
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya, aku mesti kaulepaskan pergi
Begitu kata alam.
Begitu kaumengerti
Bagai dulu bundamu melepas kau Kawin dengan ayahku.
Dan bagai Bunda ayahku melepaskannya
Untuk mengawinimu
Tentu sangatlah berat
Tetapi itu harus. Mama!
Dan akhirnya tak akan begitu berat
Apabila telah dimengerti
Apabila telah disadari
Hari Sabtu yang akan datang
Aku akan membawanya kepadamu
Ciumlah kedua pipinya
Dan panggillah ia dengan kata: Anakku!
Bila malam telah datang
Kisahkan padanya
Riwayat para leluhur kita
Yang ternama dan perkasa
Dan biarkan ia nanti
Tidur di sampingmu
Ia pun anakmu
Sekali waktu nanti Ia akan melahirkan cucu-cucumu
Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu
Dan kepada mereka Ibunya akan bercerita
Riwayat yang baik tentang nenek mereka
Bunda bapak mereka
Ciuman abadi
Dari anak lelakimu yang jauh
Puisi dengan judul Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya merupakan karya W.S.Rendra. Nama W.S merupakan singkatan dari Wilibrodus Surendra. Beliau lahir di Solo pada tanggal 7 November 1935. W.S. Puisi ini termasuk dalam jenis puisi bebas (puisi baru) karena dalam setiap sajak mangndung makna atau curahan hati W.S Rendra yang menggambarkan perasaanya kepada pujaan hati. Untuk jenis tipografinya, puisi ini terdapat sembilan bait dan setiap baitnya terdiri dari dua sampa 13 baris. Untuk setiap barisnya terdiri dari satu sampai tujuh kata. Tipografi dalam puisi ini adalah tipografi yang teratur karena memuat baris serta bait yang tidak sama. W.S Rendra juga menggunakan rima, jumlah kata, serta penyusunan kata yang tergolong sama dalam setiap baitnya.
Dalam puisi ini, menceritakan sebuah perjalanan hidup seorang anak laki-laki yang sudah tumbuh dewasa yang kemudian menemukan seorang kekasih dan hendak meminta izin pada ibunya (bunda) untuk menjadikannya sebagai seorang istri dan meminta dengan penuh kasih untuk menyanyangi istrinya sebagai seorang menantu dan mengganggapnya seperti anak sendiri. Puisi tersebut mengungkapkan rasa perjuangan akan mencari cinta sejatinya yang ditunjukan dengan penggunaan kata-kata yang bermakn, konotatif, dan denotatif. Adapun pemakaian kata-kata yang bermakna denotatif dalam puisi ini terdapat pada bait pertama.
Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku
Kata-kata dalam bait tersebut mengandung arti yang sebenarnya. Maksudnya, kita bisa mengerti secara langsung dari penggunaan kata dalam bait tersebut. Maknanya adalah seorang anak laki-laki menceritakan kepada ibunya bahwa ia telah menemukan wanita impiaannya yang sangat sederhana dan wanita tersebut sangat menyanyanginya. Adapun dari puisi tersebut terdapat unsur-unsur yang merupakan bagian dari penjabaran karya sastra itu sendiri. -Unsur unsur dari puisi tersebut adalah sebagai berikut.
Tema
Dalam puisi ini mengangkat tema perjuangan dan restu dari seorang bunda yang mengisahkan seorang anak laki-laki sedang mencari cinta sejati dan akhirnya menemukannya kemudian meminta restu dari bunda untuk dapat menyayanginya sebagai menantu dan menggangap seperti anak sendiri.
Diksi
Dalam puisi tersebut, W.S. Rendra cenderung menggunakan katakata yang dapat dipahami oleh semua kalangan. Akan tetapi, masih terdapat beberapa kata yang kurang dapat dipahami maknanya oleh masyarkat awam namun isi makna keselurhan dari puisi masih bisa untuk dimengerti. Untuk diksi yang digunakan dalam puisi ini kebanyakan bermakna konotatif. Misalnya, ia menggambarkan perjalanan hiduonya dalam mencari cinta sejati atau kekasih yang akan menjadi jodohnya dengan “kapal yang berlayar yang telah berlabuh dan ditambatkan”. Adapaun W.S. Rendra menggambarkan dirinya dahulu yang masi nakal dan belum menemukan jodohnya dengan istilah “burung dara yang nakal”
Majas
Majas merupakan suatu bentuk gaya bahasa yang digunakan untuk melukiskan, menggambarkan, menegaskan inspirasi dalam bentuk bahasa dengan gaya yang mempesona. Dalam puisi Surat Kepada Bunda: tentang Calon Menantunya menggunakan tiga majas yaitu:
• Metafora
Contoh penggunaan majas metafoa terletak pada bait ketiga yaitu burung dara yang nakal.
• Personifikasi
Contoh penggunaan majas personifikasi terletak pada bait kelima yaitu begitu kata alam.
• Hiperbola
Contoh penggunaan majas hiperbola terletak pada bait ketiga yaitu kini terbang dan telah menemui jodohnya
Citraan
Citraan merupakan imajinasi seseorang yang tumbuh dalam pikiran setelah membaca karya sastra puisi. Maksudnya, melalui citran puisi terdapat sesuatu kejadian atau benda yang bergerak namun sebenarnya tidak. Dalam puisi Surat Kepada Bunda terlihat beberapa citraan, yaitu citraan penglihatan dan pendengaran.
• Citraan Penglihatan
Dapat dilihat dalam bait kedua karena kapal yang berlayar telah berlabuh dan ditambatkan
• Citraan Pendengaran
Dapat dilihat dalam bait ketujuh dan panggilah dia dengan kata anakku
Amanat
Dalam puisi ini mengandung beberapa amanat yaitu harus selalu meminta izin pada orangtua, jika memilih pendampinh hidup maka pilihlah yang baik budi pekertinya, dan seorang ibu harus menyayangi menantunya sama seperti menyayangi anaknya
Daftar Pustaka
Munir, S. (2013). Diksi dan majas dalam kumpulan puisi Nyanyian dalam Kelam karya Sutikno WS: Kajian stilistika. Jurnal Sastra Indonesia , 2 (1).
Ratna, I. N. K. (2004). Teori, metode & teknik penelitan sastra: dari strukturalisme hingga
postrukturalisme: perspektif wacana naratif. Pustaka Pelajar.
Waluyo, H. J. (2002). Apresiasi puisi: panduan untuk pelajar dan mahasiswa. Gramedia
Pustaka Utama.