Analisis karya sastra puisi “senja di pelabuhan kecil” karya chairil anwar

puisi
sumber: https://serikatnews.com/puisi-puisi-moh-suhdy/

Sastra merupakan hasil pemikiran, perasaan manusia yang dapat membangkitkan imajinasi yang lebih umum dan bebas. Menurut Melati, Warisma, & Ismayani (2019) karya sastra adalah suatu karya yang berisi tentang permasalahan yang ada di kehidupan namun mengandung imajinasi serta memiliki pemikiran yang sangat tinggi. Sedangkan menurut Nugraha, S, & Fauziya (2019) karya sastra adalah kehidupan nyata yang dilami oleh penulis yang kemudian digunakan sebagai alat mengekspresikan jiwa dan pikiran dari pengarang mengenai kehidupan sosial dan bermasyarakat.
Salah satu karya sastra fiksi ialah karya sastra puisi. Menurut Kosasih (City, Shalihah, & Primandhika, 2018) mengungkapkan bahwa “puisi merupakan kata-kata indah yang kaya makna dalam bentuk karya sastra. Puisi yang indah disebabkan adanya rima, majas, irama, dan diksi yang terdapat dalam puisi tersebut. Adapaun perbendaharaan arti dalam puisi dipengaruhi oleh segala unsur bahasa. Bahasa sehari-hari sangatlah berbeda dengan bahasa dalam puisi. Puisi menggunakan bahasa yang singkat, tetapi maknanya begitu banyak dan bervariatif”. Aminudin (city, Shalihah, & primandika, 2018) berpendapat bahwa puisi adalah bagian dari karya sastra yang didalamnya mengandung kata-kata yang indah, dan syarat akan makna. Bahasa yang digunakan dalam puisi tentu berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Hal ini karena di dalam puisi mengandung majas, rima, diksi, dan irama. Jadi penggunaan bahasanya lebih singkat dan penuh akan makna.
Menurut Logita. E (2018) puisi merupakan sebuah ungkapan hati dan batin seorang penyair melalui kata-kata yang indah kemudiang dituangkan lewat tulisan dengan gaya dan dan ungkapan tertentu. Selanjutnya menurut Prayitno (2013) puisi merupakan serangkaian kata yang mengungkapkan pikiran, ide, dan perasaan penyair yang kemudian disusun dengan baik dan indah melalui tulisan sehingga pembaca dapat menikmati apa yang diungkapkan oleh penyairnya. Dalam artikel ini akan mengkaji dan menganalisis puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Senja di Pelabuhan Kecil”. Berikut adalah isi dari puisi tersebut:
Senja di Pelabuhan Kecil
Karya: Chairil Anwar

Ini kali tidak ada mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.

Senja dipelabuhan kecil merupakan puisi ciptaan Chairil Anwar, beliau adalah salah satu sastrawan hebat Indonesia yang karya-karyanya sudah tidak diragukan lagi. Tatanan bahasa yang yang telihat sederhana namun mempunyai makna yang sangat luas, hal tersebut jika kita mememahami maksud dari puisi tersebut. Pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” menggambarkan suatu pesan untuk seseorang yang berlabuh di tempat tersebut. pesan ini seperti menyampaikan ucapan selamat tinggal seperti makna senja untuk seseorang yang menjadi dambaan hati.
“Ini kali tidak ada mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut”
Kutipan di atas merupakan bait pertama dalam puisi “Senja Di Pelabuhan Kecil”. Ini kali tidak ada yang mencari cinta diantara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali kalimat tersebut menunjukkan keputusasaan dalam mencari cinta, bahwa tidak ada lagi pencarian cinta dalam hidup dimanapun juga. Menunjuk pada kata gudang, rumah tua, tiang serta temali seakan semuanya sudah tidak berguna lagi terlekang waktu. Dilanjutkan dengan kata kapal, perahu tiada berlaut yang merupakan penegasan ulang bahwa barang-barang itu sudah tidak berfungsi lagi. Hal tersebut mempunyai makna bahwa sang penulis sudah berputus asa dan kehilangan harapan jika dia benar-benar kehilangan cinta. Kalimat terakhir di bait pertama yaitu menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut mempunyai makna bahwa penulis sudah pasrah pada keadaan, menghembus yaitu keadaan seseorang yang membuang napas panjang agar merasa tenang dalam merima semua keadaan yang ada.
“Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.”
Pada bait kedua penulis menceritakan keadaan sisi pantai yang menggambarkan keadaan dirinya, gerimis mempercepat kelam menggambarkan sebuah keadaan hati yang sedih kemudian mudah sekali tergores. Bait kedua ini sangat identik dengan kesedihan yang membuat seseorang menjadi diam dengan ditandai pada kalimat tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak tidak bergerak disini bukan berarti mematung namun memiliki arti diam dalam sebuah aktifitas hati atau bisa dikatakan murung tidak banyak bertingkah karena kehilangan sebuah semangat hidup seperti yang disimbolkan oleh kata ombak.

“Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.”
Bait ketiga adalah penegasan terakhir dalam puisi karya Chairil Anwar, karena penulis benar-benar menuliskan kalimat langsung tanpa menggambarkan lagi gudang serta rumah. Penulis menggunakan kata aku yang menandakan dirinya sendiri. ”Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan” kesendirian itu diungkapkan dalam bait ketiga karena kehilangan yang membuatnya menjadi sendiri tanpa sosok pendamping/ orang yang ia cintai. Kata perpisahan pun penulis sampaikan pada bait ini dengan ditandai kalimat sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan, seperti ucapan yang terakhir diujung pencariannya karena ia sudah mulai pasrah namun kenangan yang ia miliki akan tetap tersimpan seperti kata terdekap. Kemudian pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” terdapat unsur-unsur yang merupakan penjabaran dari karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur dari puisi tersebut adalah sebagai berikut.
• Tema
Tema yang ada dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” adalah tentang kemanusiaan, lebih spesifiknya adalah tentang perasaan si penyair yang digambarkan “Aku” kepada orang yang tidak lagi dicintainya. Seperti pada bait pertama “ini kali tiada yang mencari cinta” bait tersebut sudah memnununjakan bahwa tidak ada lagi yang mencari cinta.
• Diksi
Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair pada puisinya. Diksi pada puisi sangat erat kaitanya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Dalam puisi senja di pelabuhan kecil memiliki makna konotasi atau makna yang tidak sebenarnya makna tersebut terdapat pada kalimat “Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak” maksud dari kalimat tersebut adalah sedih yang dirasakannya masih sama dan tidak berubah sedikutpun dari dalam dirinya. Selanjutnya ada makna denotasi yang ada dalam puisi tersebut yaitu “Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan” maksud dari kalimat tersebut adalah jika segala sesuatu yang sedang kita mulai sudah selesai maka itula akhir dari perjalanan yang baru dimulai.
• Majas

  • Majas Hiperbola, terdapat pada kalimat ‘’dan kini tanah dan air tidur hilang’’ serta dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap’’ melebih-lebihkan kebekuan hati karena sang gadis itu.
  • Majas Personifikasi, terdapat pada kalimat “rumah tua pada cerita’’, “ada juga kelepak elang menyinggung muram’’, “Desir hari lagi berenang’’, dan “kini tanah dan air tidur’’, “hilang ombak dan sedu penghabisan bisa terdekap’’. Pada kalimat-kalimat tersebut pengarang mencoba menghidupkan rumah tua yang seakan-akan mampu bercerita, dan menghidupkan kelapak elang yang mampu menyinggung perasaan orang yang sedang muram. Selanjutnya pengarang juga berusaha menidurkan tanah air sehingga merasa dalam kebekuan hati seseorang yang digambarkan.
  • Perlambangan
    Kata “senja” bermaksud berpisahnya suatu hubungan percintaan.
    “Perahu tiada berlarut” bermaksud hati yang tidak ceria dan gembira akibat kehilangan cinta
    • Tipografi
    Tipografi merupakan bentuk fisik dari sebuah puisi yang terdiri dari baris dan bait dalam puisi, contohnya seperti penyusunan tanda baca dan huruf yang memiliki tujuan untuk memperjelas adanya satuan makna tertentu. Pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” menggunakan tipografi puisi konvensional dengan dilengkapi titik di tengah baris yang menunjukan bahwa gagasan pada suatu baris masih berlanjut pada baris berikutnya. Misalnya pada kalimat.
    “Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang”
    “Menyinggung muram, desir hari lari berenang”
    • Amanat
    Amanat yang dapat diambil dari puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” adalah janganlah bersedih berlarut-larut, berhentilah berusaha ketika seseorang sudah tidak mungkin lagi diperjuangkan. Amanat selanjutnya adalah teruslah berjalan dalam menggapai kesusuksesan sampai ketemu tempat dimana harus diperjuangkan secara maksimal.
    Puisi merupakan sebuah ungkapan hati dan batin seorang penyair melalui kata-kata yang indah kemudiang dituangkan lewat tulisan dengan gaya dan dan ungkapan tertentu. Berdasarkan hasil analisis pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” karya Chairil Anwar, puisi ini mempunyai makna kesedihan, kehilangan, dan kesendirian. Chairil anwar menghubungkan puisi ini dengan alam sekitar seperti senja, pelabuhan, ombak, gerimis dan gambaran lainya. Puisi ini menggambarkan bahwa didunia ini tidak ada yang kekal atau abadi. Kehilangan dan kesedihan merupakan hal yang wajar dalam kehidupan di dunia ini. Namun dari rasa kehilangan dan kesedihan tersebut kita dapat memetik hikmah dari semua kejadian yang telah terjadi. Kita membutuhkan keduanya agar hidup kita lebih berwarna.

Daftar Pustaka

Lafamane, F. (2020). Karya sastra (puisi, prosa, drama).

Permana, D., & Indihadi, D. (2018). Penggunaan media gambar terhadap pembelajaran menulis puisi peserta didik. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(1), 193-205.

Pradopo, R. D. (1978). Pengertian, hakikat, dan fungsi puisi. Modul, 1, 1-42.

Putri, E. M., & Gulo, E. S. (2023). Pendekatan Mimetik Dalam Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar. Cakrawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global, 2(1), 21-26.

Sriayuni, D., & Humaira, M. A. (2022). Analisis Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar dengan Pendekatan Struktural. KARIMAH TAUHID, 1(4), 522-530.

1 Like