Analisis Intertekstual Puisi “ Aku” Karya Chairil Anwar

Puisi baru merupakan salah satu aliran sastra modern yang muncul pada abad ke-20. Istilah “puisi baru” sendiri pertama kali diperkenalkan oleh sastrawan Indonesia, Sutan Takdir Alisjahbana pada tahun 1933. Puisi baru merupakan bentuk sastra yang mengeksplorasi bahasa dengan cara yang lebih bebas dan inovatif, tidak terikat dengan aturan dan pola tradisional.


Sumber gambar: titikdua.net

Puisi baru muncul sebagai reaksi terhadap kekakuan dan keterbelakangan sastra tradisional pada masanya. Pada masa itu, puisi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang hanya bisa dihasilkan oleh kalangan terpelajar dan berada, sehingga sulit diakses oleh masyarakat umum. Dalam hal ini, puisi baru menjadi sebuah medium yang dapat digunakan untuk mengekspresikan pengalaman kehidupan secara lebih bebas, sederhana, dan dapat dicerna oleh seluruh lapisan masyarakat. Puisi baru seringkali menggunakan bahasa yang tidak lazim dan pemadatan makna yang kuat, sehingga memerlukan interpretasi yang lebih dalam dari pembaca. Di Indonesia, puisi baru banyak dipelopori oleh penyair legendaris, Chairil Anwar. Karya-karya Chairil Anwar menghadirkan gaya yang berbeda dari puisi tradisional, di mana ia sering menggunakan bahasa yang tidak konvensional dan memadukan penggunaan kata-kata modern dan kata-kata dari bahasa Jawa dan Belanda. Gaya penulisannya yang inovatif dan bebas telah membuka jalan bagi sastrawan muda lainnya untuk mengeksplorasi bahasa dalam cara yang baru dan berbeda. Dalam artikel ini, akan mengkaji dan menganalisi puisi “ Aku” Karya Chairil Anwar. Berikut merupakan isi dari puisi tersebut.

Aku

Karya Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Dalam hal analisis intertekstual, kajian puisi ini dapat dilakukan dengan mengaitkan tema kebebasan dan perlawanan pada zaman kolonialisme di Indonesia. Chairil Anwar dikenal sebagai salah satu penyair Indonesia yang aktif pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia. Dalam puisi “Aku”, ia menunjukkan semangat perlawanan dan kebebasan yang kuat meskipun sebagai individu yang terpinggirkan dalam masyarakat. Hal ini mengingatkan kita pada semangat perlawanan dan kebebasan yang juga diperjuangkan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia pada masa itu.
Analisis intertekstual dapat dimulai dengan mengaitkan puisi ini dengan karya-karya penyair Indonesia lainnya pada masa yang sama, seperti WS Rendra dan Taufiq Ismail, yang juga menunjukkan semangat perlawanan dan kebebasan dalam puisi mereka. Selain itu, puisi ini juga dapat dihubungkan dengan peristiwa sejarah pada masa kolonialisme, seperti peristiwa Pemberontakan Peta dan Surabaya 10 November, di mana semangat perlawanan dan kebebasan juga terwakili.
Dalam keseluruhan, puisi “Aku” karya Chairil Anwar merupakan contoh puisi baru yang mengandung semangat perlawanan dan kebebasan, dan dapat dianalisis melalui kajian intertekstual dengan menghubungkannya dengan karya-karya penyair Indonesia dan dunia lain pada masa yang sama, serta peristiwa sejarah yang terjadi pada masa kolonialisme di Indonesia. Dengan cara ini, kita dapat memahami puisi ini secara lebih mendalam dan menghargai makna yang terkandung di dalamnya.

Kesimpulan
Puisi baru adalah sebuah bentuk puisi yang muncul pada awal abad ke-20 dan berusaha mengubah pandangan tradisional tentang puisi. Puisi ini lebih bebas dalam penggunaan bahasa dan tidak terikat oleh aturan klasik serta lebih mengekspresikan perasaan personal penulisnya. Puisi “Aku” oleh Chairil Anwar merupakan contoh puisi baru yang mengekspresikan semangat perlawanan dan kebebasan yang kuat, meskipun sebagai individu yang terpinggirkan dalam masyarakat. Dalam kajian intertekstual, puisi ini dapat dihubungkan dengan karya-karya penyair Indonesia lainnya pada masa yang sama, serta peristiwa sejarah yang terjadi pada masa kolonialisme di Indonesia. Dengan demikian, kita dapat memahami puisi ini secara lebih mendalam dan menghargai makna yang terkandung di dalamnya.

Daftar Pustaka

Alisjahbana, S. T. (1989). Beberapa Aspek Kebudayaan Indonesia. Penerbit Djambatan.

Damono, Sapardi Djoko. (1987). Sastra dan Realitas. Penerbit Grafiti.

Prabowo, A. B. (2019). Perkembangan Puisi Baru Indonesia dalam Konteks Globalisasi. Humaniora, 30(3), 262-270.

Soedarmono, Y. (2016). Tinjauan Kritis atas “Puisi Baru”. Humaniora, 27(2), 179-188.

Wahyuningrat, R. (2014). Chairil Anwar dan Puisi Baru. Jurnal Sosial Humaniora, 7(2), 128-137.

1 Like