Aku Yang Pernah Gagal

Halo kawan Mijil!! Perkenalkan namaku Angel. Disini aku akan berbagi cerita tentang perjuanganku yang akhirnya berbuah sukacita.

Pertengahan kelas 12 adalah masa tersulit bagiku. Semua temanku sudah tahu kemana mereka akan melangkahkan kakinya dan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Sedangkan aku masih berdiam diri, berusaha memahami diriku sendiri yang mungkin selama ini terlupakan. Banyak pertanyaan yang diberikan orang lain terhadapku yang membuatku semakin tidak bisa menemukan apa kemampuanku. Aku terlalu sering melihat orang lain hingga aku lupa bahwa ada seseorang yang seharusnya menjadi prioritas perhatianku. Ya, itu adalah diriku sendiri.

Bulan Februari-Maret adalah bulan dimana siswa SMA di seluruh Indonesia menyiapkan diri untuk mendaftar SNMPTN. Aku bertanya pada diriku sendiri, apakah selama 3 tahun ini aku sudah memberikan yang terbaik untuk pendidikanku. Aku mencoba mengoreksi serta mengevaluasi diri dan mendapati bahawa aku selalu berjuang memberikan yang terbaik yang aku bisa berikan. Aku masuk dalam kategori siswa eligible yang dimana aku memiliki kesempatan untuk mendaftar SNMPTN. Tak berhenti disini, ternyata aku masih berkutat dengan apa yang diinginkan oleh diriku ini. Aku sudah melihat berbagai fakultas dan jurusan, tetapi aku hanya minat pada FEB. Aku mendaftar S1 Manajemen UNS dan sebagai cadangan aku memilih S1 Ilmu Administrasi Negara di Udayana. Pilihan Administrasi Negara ku itu hanyalah pilihan acak dari semua pilihan yang tersedia. Aku ingin keluar dari zonaku saat itu, aku ingin pergi mencari suasana baru dengan teman- teman yang tidak aku kenal agar aku bisa bertumbuh dengan lebih cepat dan bisa lebih percaya diri. Namun sayangnya aku ditolak. Iya, aku ditolak di kedua PTN itu.

Kemudian ada temanku menawarkan untuk mendaftar jalur PMDK dan aku mau mencobanya. Aku memilih jurusan D3 Keuangan dan Perbankan, namun lagi-lagi aku ditolak. Karena fokusku yang terbagi saat mengurus berkas SNMPTN dan PMDK tersebut, akhirnya aku lupa bahwa masih ada satu jalur yang kemungkinan memberikanku kesempatan, itu adalah SBMPTN.

Aku tidak belajar banyak tentang soal SBMPTN, namun aku selalu berkata dalam doaku jika Tuhan pasti memperhatikan kesengsaraanku selama 3 tahun ini, dan Tuhan pasti tidak akan tega melihat umat-Nya merasakan kesedihan yang berlarut-larut. Jika dilihat melalui pikiran manusia aku tidak mungkin masuk UNS, namun ternyata Tuhan ingin memakai aku sebagai alat-Nya untuk membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil bagi orang percaya. Aku terus mengingatkan diriku untuk tidak takut dengan persaingan di luar sana yang notabene lebih matang dari aku yang hanya belajar seadanya, tidak memiliki waktu belajar maksimal, tidak memiliki sarana, dan tidak mengikuti bimbel. Aku tidak henti-hentinya berdoa dan berpuasa karena aku menyadari kelemahan dan kekuranganku sebagai manusia biasa ini.

Waktu pendaftaran SBMPTN telah tiba. Kembali aku memilih Manajemen sebagai pilihan pertama dan Ilmu Administrasi Negara sebagai pilihan kedua, semuanya di UNS. Saat aku mengerjakan soal tes tersebut, aku terkejut karena satu butir soal pun tidak aku mengerti. Apa yang aku pelajari tidak ada yang keluar, dan akhirnya aku hanya bisa pasrah. Aku pulang ke rumah dengan kabar yang sedikit mengecewakan, yaitu aku tidak bisa mengerjakannya.

Kemudian bulan Mei akhir aku pulang ke Malang untuk membuat KTP. Aku berulang tahun pada bulan Juni, aku berdoa dan meminta kepada Tuhan untuk bisa lolos SBMPTN sebagai hadiah ulang tahun ku. Kemudian di hari pengumuman itu aku melihat namaku lolos ujian SBMPTN, aku masih ragu dan mencoba membuka pengumuman di web lainnya tapi hasilnya sama. AKU LOLOS.Aku lolos di prodi Ilmu Administrasi Negara. Aku hanya bisa menangis sendirian tanpa suara di kamarku. Kemudian ibuku yang di Solo menelepon dan bertanya kepadaku bagaimana hasilnya, beliau sangat senang dan terharu. Suaranya terdengar parau di telepon, menahan tangis kebahagiaan.

Dan akhirnya aku benar-benar bisa menyadari bahwa kegagalan itu bukan akhir dari segalanya. Aku akhirnya mengerti apa maksud dari kegagalan hanya koma bukan titik.
Big thanks untuk Tuhan Yesus, untuk perjuangan ibu yang turut berpuasa dan berdoa untukku, untuk ayah dan kedua kakak ku yang memberikan dukungan, untuk teman seperjuanganku di SMA yang meyakinkan diriku bahwa aku pasti bisa, untuk penulis Indra Sugiarto melalui bukunya yang berjudul Teman Berjuang, dan yang terakhir aku mau berterima kasih pada diriku yang mau berjuang sampai detik ini.

Terima kasih karena telah membaca sampai akhir. Pesanku: Jangan menyerah karena segala perjuangan yang kita lakukan dan setiap detail kecilnya sudah diperhitungkan oleh Tuhan. Semangat berjuang meraih mimpi!

1 Like