Aku Akan Menjadi Mimpi Terindah Ayah

Dari kecil ayah selalu mengawasi apapun tentang aku. Dari kecil ayah membuat berani bermimpi tentang hal hal besar. Untuk masalah pendidikan ayah tak pernah main main. Nilai bagus harus selalu tertulis pada buku raport. Ayah tidak keras dalam mendidik tapi, terserah apa yang kamu lakukan asal kamu bisa dan mendapat yang terbaik. Begitulah ayahku, sosok dengan karakternya yang lebih banyak diam namun perhatian.

Saat itu lulus SD, ayah ingin aku masuk disekolah favorit SMPN 1. Awalnya aku menolak, tapi ayah tetap pada pendiriannya. Aku tetap didaftarkan di sana, doaku agar tidak diterima. Benar saja, Allah mendengar doaku. Senangnya diriku luntur ketika melihat raut kecewa ayah. Karena tidak diterima di SMPN 1 aku otomatis dipindah ke SMPN 2. Masih sama bagusnya tapi di SMPN 1 lebih terkenal baik dalam akademik sementara SMPN 2 dalam bidang Non-akademik.

Berlanjut masa mendekati Ujian Nasional ayah meminta aku berusaha untuk masuk SMAN 1 yang merupakan SMA favorit. Namun sayangnya harapan ayah aku bersekolah disana lenyap karena adanya sistem zonasi dimana jarak rumah ke SMA itu ada 9km. Akhirnya karena itu ayah dan ibu berdebat, ayah memintaku masuk SMA terdekat sedangkan ibu memintaku masuk SMK. Perdebatan terjadi setiap hari. Hingga akhirnya aku yang disuruh memilih ingin melanjutkan sekolah dimana. Saat itu awalnya aku ingin ke SMA, tapi aku berfikir aku punya adik yang baru masuk SD swasta. Aku pikir jika aku memilih SMA saat lulus aku harus kuliah dan membebani ayah serta ibu. Jadi aku memilih masuk SMK dengan jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Aku tau ada rasa kecewa pada ayah pada saat itu.

Setelah itu masa SMK terkendala dengan adanya kondisi pandemi saat itu. Perekonomian sedikit sulit saat itu, pikirku sedikit lega memilih SMK. Namun mendekati masa Ujian Praktek Kejuruan ayah memintaku untuk memikirkan tentang perkuliahan. Aku ingin menolak tapi ayah bilang aku harus sukses dengan dalih menggantikan tugas ayah membiayai sekolah adik ketika ayah sudah tua nanti. Belum aku berfikir ingin mengambil kuliah apa, ayah sudah memintaku masuk di keperawatan. Namun, melihat besarnya harapan ayah aku menyetujuinya.

Sebut saja Universitas Surakarta yang merupakan kampus pertama yang coba aku masuki. Namun, aku tidak bisa mendaftar di keperawatan karena asal ku dari SMK. Aku berdiskusi dengan ayah, ingin mencoba jurusan lain dikampus itu. Ayah bilang terserah dengan pilihanku. Karena bingung aku tanyakan ini pada ibuku. Berdiskusi dengan ibu, aku memilih jurusan terapi wicara. Pada saat pengumuman hasil seleksi saat itu aku tidak diterima. Ayah langsung memintaku untuk masuk dikampus UKH Surakarta. Selesai pendaftaran dan dinyatakan diterima di UKH ayah tampak lebih tenang dan bahagia. Seolah ada harapan padaku untuknya.

Belum selesai, 2 minggu setelah diterima di UKH ada sebuah kabar yang membuatku bimbang. Dimana aku dinyatakan lulus di Universitas Surakarta karena ternyata kegagalanku kemarin aku masih tertampung pada bagian cadangan. Aku beritahukan hal ini pada ayah dan ibu. Ayah memintaku tetap di UKH sedangkan ibu memintaku mengambil kesempatan masuk Universitas Surakarta. Kejadian 3 tahun lalu saat lulus SMP kini terulang kembali.

Sampai keluarga besar ikut berpendapat semua. Keluarga dari ayah maupun ibu semua berpendapat. Hingga malam itu, aku berbicara dengan ayah. Ketika itu ayah berkata, ayah setuju apapun yang mau kamu ambil tapi ingat ayah selalu ingin yang terbaik. Dari ucapan ayah aku teringat ketika kakak sepupuku dulu lulus kuliah D3 keperawatan ayah sempat mengatakan padaku ingin melihatku seperti kakak sepupuku namun ayah ingin dengan spesialis bedah.

Akhirnya, Universitas Kusuma Husada Surakarta adalah pilihan dariku. Tak ada yang mendebat tak ada lagi yang berkomentar. Aku menyadari betapa besar harapan ayah kepadaku. 11 tahun lamanya aku menjadi anak tunggal, hingga adikku lahir sebagai seorang putri. Ayah tidak ada harapan kepada anak laki laki karena kedua anaknya perempuan. Untuk saat ini, hanya aku yang jadi harapan. Seperti namaku disini Al_arutala dimana Al adalah namaku dari ayah dan aratula adalah nama yang kuambil dari sansekerta ‘sembagi arutala’ yang dimaksud sebagai harapan atau cita - cita. Aku akan menjadi harapan terindah ayah dimasa depan. Aku akan jadi putri ayah yang membanggakan ayah dimasa depan. Aku tau, hanya dengan bertahan sampai lulus dan memiliki gelar ayah sudah bangga denganku.