Frasa dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris merupakan frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurunsurnya maupun salah satu unsurnya (Emzir, 2012:101), sedangkan frasa eksosentris ialah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Finoza, 2009:95).
FRASA ENDOSENTRIS
Frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang intinya mempunyai referensi yang berbeda-beda. Seperti yang terdapat pada kutipan berikut. (1) Belum kering darah dan air ketubannya… (Bayi Lahir Bulan Mei 1998, Hal:4) Kutipan kalimat di atas terdapat frasa darah dan air ketubannya merupakan frasa endosentris koordinatif. Hal in dibuktikan dengan adanya kata darah dan kata ketubannya yang sama-sama merupakan kata benda. Selain itu konjungsi ‘dan’ yang disisipkan merupakan ciri-ciri frasa endosentris koordinatif. Penanda frasa endosentris koordinatif, adanya dua nomina atau kata benda. Penelitian frasa endosentris atributif dalam kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufiq Ismail merupakan tipe kontruksi frasa yang satu diantaranya unsur pembentukannya merupakan inti. Unsur-unsur langsung atau intinya tidak setara, sehingga frasa ini memiliki unsur pusat atau inti dan atribut. Inti yaitu sebagai pokok yang dijelaskan, sedangkan atribut yang menjelaskan inti. Unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung ‘dan’, ‘atau’,’juga’,’serta’. Seperti yang dikutip dalam kumpulan puisi yang berjudul Bayi Lahir Bulan Mei, 1998 ini sebagai berikut: (1) Pajak itu mungkin jadi peluru runcing Ke pangkal aortanya dibidikan
mendesing (Bayi Lahir Bulan Mei, 1998, Hal:4)
Kutipan di atas terdapat frasa peluru runcing. Pola kontruksi frasa peluru runcing adalah kata benda ‘peluru’ yang diikuti kata sifat ‘runcing’ merupakan frasa endosentris. Hal ini dibuktikan dengan satu diantaranya terdapat unsur inti yakni
peluru. Sedangkan kata runcing termasuk atribut yang menjelaskan kata intinya. Menurut Kushartanti (2005:146), frasa endosentris atributif hanya mengandung satu inti, yang dapat didahului atau diikuti oleh medifikator. Baik inti maupun modifikator dapat terdiri dari salah satu kelas kata, seperti nomina, verba, 7 numeralia, ajektiva, atau adverbia. Jadi, berdasarkan analisis di atas frasa peluru runcing termasuk frasa endosentris atributif.
Frasa endosentris apositif
merupakan frasa yang berinti dua dan kedua inti itu tidak mempunyai referen yang sama, sehingga kedua inti tersebut tidak dapat dihubungkan oleh konektor (Tarigan,2009:105). (1) Pemilu ’55 pemilu pertama paling merdeka… (berbeda Pendapat, Hal:18) Kutipan di atas terdapat frasa pemilu ’55 pemilu pertama merupakan
frasa bertipe endosentris apositif. Kata pemilu ’55 pemilu pertama termasuk kata kerja. Tipe kontruksi frasa endosentris apositif kategori verba/kata kerja. Hal ini dibuktikan dengan kedudukan kata pemilu ’55 dan pemilu pertama merupakan unsur inti. Kedua unsur saling menjelaskan atau memberikan keterangan pada unsur yang pertama atau kedua. Kata pemilu ’55 memiliki makna yang sama dengan pemilu pertama.
Sekian, terima kasih.