Tidak ada ilmu yang sia-sia

Halo semuanya, perkenalkan namaku Evelyn atau teman-temanku biasa memanggilku dengan Ivel. Ya itu adalah nama kecilku. Disini aku ingin bercerita sedikit pengalaman yang mungkin bisa dibilang sedikit pahit, namun sebenarnya aku tidak menganggapnya pahit karena aku tetap mendapat hal-hal yang berguna bagi masa depanku. Jadi sejak SMP, orang tuaku sudah memperkenalkan aku dengan salah satu sekolah kedinasan yaitu STAN, tapi tidak memaksaku untuk bersekolah disana. Sejak itu aku tertarik dengan STAN dan mulai mencari info tentang STAN. Selain karena biaya sekolahnya yang gratis, setelah lulus juga tidak perlu repot untuk mencari pekerjaan. Begitu anggapku saat itu.

Aku mulai serius untuk belajar materi SPMB STAN sejak akhir kelas 11. Aku mengajak teman-temanku yang berencana masuk ke STAN untuk mengikuti Try Out gratis dan seminar yang diadakan oleh beberapa bimbel. Sebenarnya aku tertarik untuk mengikuti bimbel khusus STAN di kelas 12 karena aku tipe orang yang kalau belajar lebih cepat paham jika mengikuti bimbel tambahan di luar sekolah. Namun aku belum memiliki teman untuk bimbel bersama, mengingat biayanya yang tidak murah dan juga tidak menjamin pasti bisa diterima.

Masuk ke kelas 12, aku semakin fokus untuk persiapan berbagai ujian yang akan melanda kami para senior. Bahkan, tanpa kuketahui, banyak teman-temanku yang sudah mendaftar bimbel khusus UTBK. Karena itu, aku ikutan mereka mendaftar les walaupun akan mengurangi jam istirahatku karena banyaknya les yang kuikuti sejak kelas 10. Lima bimbel yang kuikuti membuatku harus bisa membagi waktu dan menjaga kesehatanku. Aku mengikuti banyak bimbel karena ingin mengejar SNMPTN agar bisa fokus belajar seleksi STAN dan tidak perlu belajar UTBK. Namun, aku tetap berjaga-jaga jika aku tidak lolos SNMPTN sehingga ikut bimbel UTBK.

Di pertengahan semester 5, aku dan rombongan ambis STAN ikut seminar lagi yang diadakan oleh salah satu bimbel. Di akhir seminar, ada tawaran berupa potongan harga bimbel bagi yang mendaftar saat itu juga. Aku dan satu temanku tertarik dan akhirnya mendaftar. Yap, bertambahlah lagi jam bimbelku. Memang saat itu aku dikenal anak yang cukup “ambis” karena banyaknya bimbel yang kuikuti. Capek? Jelas iya. Untungnya aku memiliki orang tua yang sangat mendukungku walau harus keluar banyak uang untukku. Mereka juga ikutan capek karena harus mengantarku les ke banyak tempat. Tenang, aku ini orangnya cenderung hemat jadi bisa meringankan pengeluaran orang tuaku.

Singkat cerita, tibalah saat pengumuman SNMPTN. Aku masih mengingat dengan jelas ekspresi orang tuaku saat melihat tanda hijau di Universitas Sebelas Maret dengan jurusan Statistika. Mamaku menangis saat itu. Tidak terbayang bagaimana ekspresi mereka jika melihatku lolos seleksi STAN dan inilah yang membuatku makin semangat mengejar STAN. Aku tidak ingin menyia-nyiakan pengorbanan yang sudah orang tuaku lakukan. Namun sayangnya, takdir berkata lain. Pendaftaran STAN tahun 2020 ditiadakan. Saat itu aku merasa sangat bersalah pada orang tuaku. Memang orang tuaku bilang “nggak apa-apa nduk, nggak sia-sia kok kamu udah capek-capek belajar STAN. Pasti suatu saat kepake ilmunya. Bisa buat daftar CPNS mungkin, atau mau coba lagi tahun depan?” Ya, tentu aku mau coba tahun depan. Kan sudah jadi keinginanku sejak SMP untuk masuk ke sekolah kedinasan dengan persaingan terketat di Indonesia. Keren dong pasti kalau aku bisa diterima. Parahnya, tahun 2021 pendaftaran STAN haruslah melalui nilai UTBK. Pupuslah sudah harapanku, karena aku sudah diterima SNMPTN dan aku terlalu bersantai sehingga tidak belajar materi UTBK. Keyakinanku untuk masuk STAN setelah banyak belajar dikalahkan oleh kebijakan LTMPT.

Oke, mungkin memang inilah jalan yang disediakan Tuhan untukku. Dan orang tuaku juga tetap mendukungku berkuliah Statistika di UNS. Toh statistika juga bidang yang cukup sulit dan luas prospek kerjanya. Banyak temanku yang merasa simpati kepadaku karena sudah ikut banyak les bahkan bimbel STAN tapi sudah kalah sebelum berperang. Padahal aku tidak menyesal sudah banyak berkorban untuk ikut bimbel. Dan aku tetap berpikiran positif, bahwa ilmu yang kudapat di bimbel STAN dan lainnya pasti akan berguna dan tidak akan sia-sia. Ilmu tidak ada yang sia-sia, kawan. Dan jangan lupa untuk tetap bersyukur.