Tentang Perjalanan dan Sebuah Pilihan

4a5f94e6d76bd8fd8cbedf234cb33be2

Hai sobat mijil, gimana nii kabar kaliaan? Aku harap kalian semua sehat dan berada dalam kondisi untuk bisa terus berbuat baik. Bagiku, hidup adalah tentang sebuah perjalanan dan sebuah pilihan. Memahami makna dari sebuah perjalanan dan pilihan terkadang membutuhkan waktu yang lama. Dan inilah sedikit kisah dari perjalanan dan pilihan yang akhirnya perlahan merubah diriku.

Mahasiswa. Satu kata yang menjadi impian setiap pelajar, berlomba mendapatkan kesempatan mereguk dalamnya ilmu pengetahuan. Mimpi besar dan semangat yang menggebu akan sebuah perubahan menjadikan mereka pelopor, penjaga, dan pembawa nilai kebenaran. Mereka bagaikan anak panah yang tengah melesat dengan cepat. Menjadi mahasiswa bukan hanya tentang kenikmatan, tapi juga tentang besarnya tanggung jawab yang ada di hadapan. Bukan hanya tentang mereka yang ingin menjadi kebanggaan negeri, tapi juga mereka yang siap bahu-membahu menentukan masa depan agama, negara, dan bangsa ini.

Menjadi bagian dari mereka juga merupakan impianku. Ya, aku. Seorang anak manusia dengan keinginan dan mimpi besarnya akan kontribusi dan inspirasi yang bisa ia berikan dan persembahkan. Akan ada banyak luka, isakan, air mata, canda, dan tawa yang mengiringi. Jalan penuh liku, harapan yang pupus, hingga rangkulan dan genggaman tangan yang ada untuk saling menguatkan akan cita dan impian yang kini perlahan mulai terajut, dan akan kaki yang tak akan pernah berhenti untuk melangkah.

Memutuskan menjadi seorang santri pada awalnya bukanlah keinginanku. Memikirkan untuk jauh dari rumah, teman, orang tua, dan hal lainnya memang membuat sedih untuk pertama kalinya. Tapi, inilah keputusan yang ada pada saat itu, keputusan yang tidak akan pernah aku sesali. Bertemu banyak wajah baru yang begitu semangat membuatku lupa apa yang pernah ada di dalam benakku sebelumnya, belajar tentang arti kebersamaan, arti tanggung jawab, dan kemandirian.

Waktu berlalu begitu cepat hingga tak terasa walau dalam kesadaran. Hingga tiba di tahun ke enam, tahun terakhir dalam fase perjalanan ini, tahun dengan banyaknya air mata kesedihan, penuh lika dan liku, juga tahun yang menjadi penentu bagi sebagian orang untuk kembali memikirkan langkah dan usaha apa yang bisa dilakukannya untuk mewujudkan harap dan doa yang selalu terangkai.

Bingung. Satu hal yang membuatku terlambat untuk melangkah, terlambat untuk menentukan pilihan. Keinginan yang begitu banyak, dengan kata, “terserah, maunya dimana” membuatku kembali terdiam. Hingga akhirnya daftar nama yang akan mengikuti seleksi melalui jalur undangan dipublikasikan. Terkejut, ya. Karena aku tidak mengharapkan apapun untuk seleksi ini. Sampai beberapa hari sebelum penutupan pendaftaran, aku masih belum menentukan pilihan, hingga aku bertanya kepada orang tua untuk memilihkan salah satu diantara dua pilihan, sedangkan satu pilihan lainnya aku yang akan memilih.

Pendidikan, itulah yang diucapkan orang tuaku, dan aku hanya meng-iyakan, walaupun sebelumnya aku begitu menentang. Membaca, mencari tahu apa yang aku inginkan menjadi kewajiban dan rutinitas untukku. Tetapi, sampai akhirpun aku tidak menemukannya. Yang aku temukan adalah kemantapan hati dengan tidak menolaknya diriku ketika akhirnya memtuskan untuk memilih pendidikan. Berfikir tentang hakikat belajar membuatku tersadar tentang apa arti belajar sebenarnya, tentang kalimat bermanfaat bagi orang lain.

Pasrah, adalah hal yang kulakukan dengan adanya pemberitahuan di H-1untuk tes karena surat keterangan yang aku lampirkan saat pendaftaran. Menangis, iya. Karena merasa terlalu cepat, tidak memiliki persiapan apapun, dan dengan segala masalah yang muncul. Merasa gagal, dan tidak percaya diri, membuatku berusaha untuk tidak menempatkan harapan. Ya, harapan akan membuat diri ini kecewa. Melangitkan doa untuk diberi yang terbaik, mengikhlaskan dan mencoba menata hati untuk akhirnya aku bisa menjalankan apa yang akan jadi kewajibanku nantinya, memperbaharui niat dan rencana untuk kedepannya, dan memohon restu dari orang tua, teman, dan guru, hanya itu yang bisa kulakukan saat itu. Aku percaya apa yang menjadi takdirku tidak akan pernah melewatkanku.

Ketika hari itu tiba, hari pengumuman. Aku yang sudah berusaha mengikhlaskan, mencoba tidak membuat harapan hanya memandang biasa saja saat itu. Berbagai kendala, menjadikan beberapa teman kesal. Aku masih berusaha untuk tetap tenang, apapun hasilnya.

Kini, disinilah aku. Berdiri bersama mereka yang memiliki impian dan semangat tinggi. Meski raga tak mampu untuk berjumpa, tangan tak bisa saling merangkul, semoga goresan pena, canda, dan tawa yang berderai di rumah masing masing, juga doa yang selalu dilangitkan menjadi jembatan penghubung rasa. Teruslah belajar dengan baik dari semua kebaikan untuk memberi yang lebih baik.

sumber gambar : pinterest

4 Likes

selalu menjadi baik dan menebar kebaikan ya fi, tetap jadi positif vibes dan selamat berproses di dunia perkuliahan

1 Like

Salah satu idolaku ketika aku berada di lingkungan sekarang ini, Pendidikan Matematika UNS. Sosok alifia yang sepatah kata nya pun selalu bermakna. Terima kasih telah menjadi teman baikku.