Suka Duka Atlit

Suka Duka Atlit

Menjadi seorang atlit tidak selamanya menyenangkan ada suka dukanya. Bagaimana tidak menjadi atlit juga perlu latihan yang extra disamping itu juga ada kewajiban sekolah yang tidak bisa di kesampingkan. Belum lagi tugas-tugas yg diberikan dan harus di kerjakan sesuai batas waktu yang diberikan. Oleh karena itu harus bisa membagi waktu antara Latihan dengan sekolah menuntut ilmunya.

Pada 2012 ketika saya berumur 10 tahun say akelas 4 SD, di sekolahan saya dulu waktu jam olahraga sering di suruh lari keliling lapangan. Saya anaknya memang suka olahraga jadi ketika pelajaran olahraga saya akan berusaha keliatan yang terbaik dibandingkan teman-teman saya. Suatu ketika guru saya menginformasikan bahwa ada seleksi lari namun masih tingkat sekolah 3 terbaik akan mewakili sekolah, mendengar informasi tersebut saya ikut berpartisipasi. Alhamdulillah saya lolos dan mewakili sekolah saya, seleksi tersebut tidak hanya berhenti gitu aja tetapi berlanjut sampai tingkat kota. Namun setelah sampai tingkat kota saya kalah, awalnya saya sempat kecewa tetapi saya anggap itu pengalaman saya bahwa saya pernah mengikuti lomba lari pas SD.

Waktu saya umur 6 tahun saya mulai ikut bulutangkis, awalnya saya ikut bulutangkis karena saya suka dan itu hobi saya. Namun baru Latihan 3 bulan ada pertandingan tingkat kota saya tidak berpikir bahwa saya bisa ikut pertandingan karena saya baru ikut, namun pelatih saya malah menunjuk saya untuk ikut berpartisipasi. Pertama kali saya ikut lomba saya sudah kalah dengan teman saya sendiri, saya sempat menyerah karena saya tidak akan bisa menang, namun saya bangkit karena saya ingin menang agar mendapatkan uang bisa buat jajan.

Pertandingan ke 2 saya berhasil mendapatkan juara 3 tingkat kota saya sangat senang karena itu pertama kalinya. Masuk SMP saya masih ikut bulutangkis dan mewakili sekolah saya, kebetulan saya menang juara 2 dan ternyata yang menang mewakili Kota Madiun tingkat Provinsi, saya sangat senang karena cita cita saya ingin mewakili Kota Madiun. Semenjak saya di tunjuk menjadi atlit perwakilan saya merasa waktu belajar saya ke ganggu, apalagi setiap hari saya ijin untuk mengikuti training, di tambah lagi pulang sekolah saya harus latihan juga untuk pemantaban, malamnya saya harus mengerjakan tugas saya yang belum saya selesaikan. Untuk waktu weekend mungkin anak lainnya bermain bersama teman-temanya namun saya harus berlatih agar fisik saya semakin bagus.

Menjadi atlit bulutangkis berlanjut sampai saya SMA, ada untungnya juga saya menjadi atlit yaitu mendapatkan piagam. Waktu pendaftaran SMA saya dulu dengan mudahnya masuk karena saya mempunyai piagam meskipun juara 2 tingkat Kota. Menurut saya itu termasuk suatu kebanggaan tersendiri karena saya mudah mencari sekolah sementara teman saya lainnya harus sibuk sibuk cari sekolah apalagi kalo dapet nilai yang rendah bisa bisa masuk swasta. Saya SMA masih ikut bulutangkis meskipun sudah jarang latihan karena factor bosen juga dari kecil bulutangkis terus akhirnya say akelas 11 SMA ikut voli. Namun selama saya ikut latihan voli saya juga masih sering bulutangis juga karena, tidak hanya itu saja di sekolah saya juga ikut futsal cewe namun latihannya tidak rutin jadi saya bisa membagi waktu antara voli, bulutangkis, futsal dan juga tidak lupa belajar.