Sintaksis Tak Hanya Soal Kalimat

0001-18244574618_20210313_213201_0000

INTRODUKSI

Kajian sintaksis perlu ditelaah lebih lanjut karena penting dipahami bagi pengguna bahasa. Pengguna bahasa pasti memerlukan sintaksis untuk menyusun kalimat dengan baik dan benar. Seseorang yang memiliki ide cemerlang akan kesulitan memaparkan idenya karena kurang memahami ilmu sintaksis. Pemahaman sintaksis digunakan untuk menyusun kalimat-kalimat yang sesuai kaidah kebahasaan, sistematis, tidak ambigu, dan padu. Hal itu juga berfungsi dalam peningkatan pemahaman penyimak/pembaca terhadap kalimat yang disampaikan oleh pembicara/penulis.

Pengguna bahasa yang ingin memahami sintaksis harus mengetahui esensi dari sintaksis terlebih dahulu. Esensi sintaksis terdiri dari pengertian, objek kajian, hubungan sintaksis dengan morfologi, dan hubungan sintaksis dengan wacana. Keempat materi tersebut wajib dipelajari sebelum menelaah seluk-beluk sintaksis yang mendalam. Buku dan jurnal terkait sintaksis ataupun linguistik dapat menjadi referensi untuk memafhumi 4 materi hakikat sintaksis.

ULASAN SINTAKSIS

Arti sintaksis dari segi bahasa ada 2, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Istilah sintaksis dalam bahasa Inggris yaitu syntax dan bahasa Belanda yaitu syntaxis. Menurut Dewi (2018), ada 3 pengertian sintaksis, yakni:

  1. Sintaksis dapat diartikan sebagai kajian terkait bentuk-bentuk yang dimanfaatkan sebagai sarana untuk merangkai kata menjadi kalimat yang utuh.

  2. Pengikutsertaan pola-pola bebas dalam analisis terkait susunan-susunan merupakan pengertian dari sintaksis.

  3. Bagian pembahasan dari tata bahasa mengenai struktur frasa dan kalimat merupakan kajian dari sintaksis.

Objek kajian sintaksis terdiri dari frasa, klausa, dan kalimat. Namun, Ramlan (2005) menyatakan bahwa objek kajian sintaksis terdiri dari 4 bagian, yakni: frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Makna dari frasa ialah 2 kata/lebih yang tidak melebihi watas fungsi dan bagian dari klausa maupun kalimat. Klausa adalah unit gramatikal yang berupa gabungan dari subjek dan predikat dengan ada atau tidaknya objek, keterangan, ataupun pelengkap. Sedangkan, bagian tertinggi dari pembahasan sintaksis adalah kalimat. Kalimat dapat dijelaskan sebagai unit dari gramatikal yang memiliki jeda panjang sebagai pembatas. Di akhir kalimat, terdapat nada naik dan turun sesuai jenis kalimat (Santhi, 2018). Paling tidak, jenis kalimat terdiri dari 3, yaitu kalimat pernyataan, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif. Wacana merupakan unit bahasa paling lengkap dalam tingkatan gramatikal.

Sintaksis mempunyai 4 kategori utama, yakni verba, nomina, adjektiva, dan adverbial. Ada pula kategori tambahan berupa kata tugas terdiri dari konjungtor, preposisi, interjeksi, artikula, dan partikel. Selain itu, sintaksis juga memiliki 5 fungsi utama dan 3 fungsi lain. Kelima fungsi utama sintaksis, yakni: subjek, objek, predikat, keterangan, dan pelengkap. Tiga fungsi lain dari sintaksis, yaitu: koordinatif (fungsi yang menyatukan dengan setara), atributif (fungsi yang memperjelas fungsi lainnya), serta subordinatif (fungsi yang menyatukan dengan bertingkat) (Alwi, Darmowidjojo, Lapoliwa, & Moeliono, 2003).

Kajian sintaksis tidak terlepas dari bidang linguistik lain, seperti morfologi dan wacana. Hubungan sintaksis dengan morfologi yaitu sintaksis berupa ilmu yang berkaitan dengan tata kalimat dan morfologi merupakan ilmu mengenai kata. Kata dalam morfologi menjadi objek kajian terbesar. Sedangkan, kata dalam sintaksis menjadi objek kajian terkecil. Keduanya ada pembahasan tentang kata. Konsentrasi morfologi tertuju pada struktur internal kata dan sintaksis terarah ke gabungan kata yang menjadi frasa, klausa, maupun kalimat. Morfologi juga satu lingkup dengan sintaksis dalam tata bahasa pada peta konsep.

Sintaksis untuk mempelajari seluk-beluk kalimat yang terdiri dari paduan kata. Kata merupakan salah satu objek kajian morfologi. Dengan begitu, bagian sintaksis masih berkaitan erat dengan bagian morfologis (Istiqamah, 2019). Paparan dalam sintaksis yang membahas tentang kata dan kelompok kata sehingga menghasilkan frasa, klausa, kalimat, serta wacana (Darwin, Anwar, & Munir, 2021). Sedangkan, paparan dalam morfologi sama dengan sintaksis yang membahas kata tetapi ada juga pembahasan mengenai morfem.

Sangkut paut antara sintaksis dengan wacana yaitu wacana terdiri dari susunan kalimat dan kalimat menjadi objek kajian sintaksis. Unsur-unsur wacana berupa kalimat, unit dalam kalimat berupa klausa, unit dalam klausa berupa frasa, dan unit dalam frasa berupa kata. Sintaksis sebagai unsur dari linguistik yang memaparkan bagian-bagian dari satuan dan hubungan fungsional maupun maknawi antara bagian-bagian tersebut dalam satuan (Ramlan, 2005).

Penulis wacana wajib menguasai sintaksis untuk meningkatkan kemampuan menciptakan tulisan yang sistematis (Santoso, 2020). Tulisan dibuat dari rangkaian kalimat. Kalimat-kalimat tersebut menghasilkan paragraf dan menjadi wacana. Wacana merupakan perpaduan dari kalimat-kalimat yang utuh secara leksikal, gramatikal, dan semantik (Chaer, 2009). Oleh karena itu, penulis wacana perlu memahami ilmu sintaksis yang berkaitan dengan pembuatan kalimat.

KONKLUSI

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan, sebagai berikut:

  1. Sintaksis merupakan bagian dari linguistik yang digunakan untuk memahami struktur kalimat.

  2. Objek kajian sintaksis yaitu kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana sebagai gabungan dari kalimat-kalimat.

  3. Hubungan morfologi dengan sintaksis berkaitan dengan kata.

  4. Hubungan wacana dengan sintaksis berkaitan dengan kalimat.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H., Darmowidjojo, S., Lapoliwa, H., & Moeliono, A. M. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (3 ed.). Jakarta, Indonesia: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.

Chaer, A. (2009). Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Darwin, D., Anwar, M., & Munir, M. (2021, Februari). Paradigma Strukturalisme Bahasa: Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik. Jurnal Ilmiah SEMANTIKA, 2(2), 28-40.

Dewi, W. W. (2018). Sintaksis Bahasa Indonesia. Klaten, Jawa Tengah, Indonesia: PT Intan Pariwara.

Istiqamah. (2019, Desember 28). KESALAHAN MORFOLOGIS DAN SINTAKSIS DALAM BERBAHASA INDONESIA. Sarwah: Journal of Islamic Civilization and Thought, 17(1), 65-92.

Ramlan, M. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

Santhi, M. S. (2018). Sintaksis, Belajar Tata Bahasa Indonesia. (A. Suparyanta, Ed.) Bandung, Jawa Barat, Indonesia: Pakar Raya.

Santoso. (2020, Maret). HUBUNGAN PENGUASAAN SINTAKSIS DAN PENALARAAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI (PENELITIAN KORELASI DI STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA). Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(3), 137-147.

3 Likes