Sintaksis: Ilmu untuk Bersahabat dengan Morfologi dan Wacana

Oleh Nuri Puji Hastuti

PENDAHULUAN
Sebagai mahasiswa pendidikan bahasa Indonesia, pernah terlintas di pikiran, mengapa harus mempelajari sintaksis? Apakah ilmu itu nantinya berguna? Bagaimana jika sintaksis tidak digunakan secara mendalam ketika menjadi guru? Bukankah mempelajari bahasa fokus utamanya mampu berkomunikasi dengan baik saja sudah cukup?
Marianne Pascal, poliglots asal Kanada pernah berkata, tujuan utama mempelajari bahasa adalah mampu berkomunikasi, tidak peduli seberapa buruk tata bahasanya. Tetapi perlu diingat, ujaran seperti ini dikhusukan pada ranah umum, bukan pendidikan. Sebagai calon guru Bahasa Indonesia, mahasiswa harus memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan berbahasa yang melebihi standar. Tentu tujuannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini mengingat di negara-negara maju dengan rumpun bahasa aglutinatif seperti Korea, Jepang, China, dan Amerika, siswa tidak hanya terampil di bidang komunikasi, tetapi juga di sikap dan pengetahuan. Oleh karena itu, orang-orang di ranah pendidikan perlu menguasai tata bahasa guna mampu meningkatkan kualitas pendidikan.
Tata bahasa sebagai salah satu pendukung pengetahuan, keterampilan, dan sikap berbahasa dapat ditemui di Sintaksis. Di mana pokok pembahasan sintaksis adalah hubungan, makna, dan keselarasan unsur-unsur bahasadalam menyusun kalimat. Mengingat tersebut, penting bagi calon pendidik maupun peserta didik mempelajari sintaksis sebagai salah satu cabang ilmu bahasa Indonesia.
PEMBAHASAN
A. Hakikat Sintaksis
Dalam ranah linguistik, sintaksis menjadi salah satu cabang ilmu yang dipelajari. Di mana berdasar pendapat Tarmini & Sulistyawati (2019: 2-3) sintaksis atau tata bahasa adalah ilmu yang membahas hubungan kata dengan unsur-unsur bahasa lain dalam kalimat. Diperjelas lagi oleh Fromkin (200: 7-8), bahwa unsur-unsur yang dimaksud meliputi kata, frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri. Nantinya dari unsur-unsur itu akan dipelajari hubungan dan aturan penyusunannya. Akan tetapi, ada hal menarik yang bisa disorot. Tidak semua unsur dapat diprediksi hubungan antara yang satu dengan yang lain (nonprediktif). Misal saja frasa rumah mewah. Kedua kata tersebut saling berhubungan, tetapi tidak ada yang bisa meprediksi mana yang berfungsi sebagai predikat (Arifin & Junaiyah, 2008).
B. Objek Kajian Sintaksis
Objek kajian semantik berdasar penjelasan Hasanudin (2018: 2) meliputi frasa, klausa, dan kalimat. Sedikit berbeda dari itu, Arifin & Junaiyah (2008:1-2) menjelaskan bahwa objek kajian sintaksis ada empat, meliputi kata, frasa, klausa, dan kalimat. Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang dapat berdiri sendiri. Lalu frasa merupakan gabungan kata yang bersifat nonprediktif. Gabungan dari beberapa frasa ini nantinya membentuk klausa. Gabungan dari beberapa klausa ini nantinya membentuk kalimat.
C. Hubungan antara Sintaksis dan Morfologi
Jika dilihat secara sekilas, sintaksis dan morfologi sama-sama mengangkat topik bahasan struktur. Aronoff & Fuderman (2010: 1-2) dalam bukunya menjelaskan bahwa morfologi adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang membahas struktur kata mulai dari morf sampai morfem atau kata. Di sinilah titik temu antara sintaksis dan morfologi. Di mana dalam morfologi, kata adalah objek kajian terbesar, sedang pada sintaksis adalah kajian terkecil.
D. Hubungan antara Sintaksis dan Wacana
Setiawan & Rusmawati (2019: 4-5) menjelaskan bahwa wacana satuan bahasa terlengkap dalam tataran gramatikal paling atas. Wacana biasanya terdiri atas beberapa kalimat, mengandung beberapa makna tertentu dan memiliki kesinambungan makna antara satu dengan yang lain. Wacana menurut Djuli, Bhae, Bora, & Bustan (2020:438) bisa juga berupa pemakaian bahasa dalam bertutur. Maka, dapat diketahui bahwa benang merah sintaksis dan wacana ada pada kalimat. Di mana dalam sintaksis, kalimat adalah objek kajian terbesar sedang pada wacana adalah objek kajian terkecil.

SIMPULAN DAN SARAN
Adapun simpulan dari artikel ini meliputi empat hal. Pertama, hakikat sintaksis ialah salah satu bidang ilmu linguistik yang mempelajari struktur kalimat, hubungan antar unsur-unsurnya, dan keselarasan penyusunan. Kedua, objek kajian sintaksis meliputi kata, frasa, klausa, dan kalimat. Ketiga, hubungan sintaksis dan morfologi ialah kata sebagai objek kajian terkecil sintaksis serta objek kajian terbesar morfologi. Terakhir, hubungan sintaksis dan wacana ialah kalimat sebagai objek kajian terbesar sintaksis serta objek kajian terkecil wacana.
Adapun tiga saran dalam artikel ini. Pertama, bagi sekolah, diharapkan dengan adanya makalah dapat memberi sumbangan pemikiran dalam pembelajaran bab tata bahasa di sekolah. Kedua, bagi guru makalah ini diharapkan bisa dijadikan referensi dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Terakhir, bagi pembaca, hendaknya artikel ini dapat dijadikan referensi dalam bidang tata bahasa.

Daftar Pustaka
Arifin, Z., & Junaiyah. (2008). Sintaksis. Jakarta: Grasindo.
Aronoff, M., & Fuderman, K. (2010). What is Morphology. UK: Blackwell.
Djuli, L., Bhae, J., Bora, D. I., & Bustan, F. (2020). Hakikat Referensi dan Interfensi sebagai Piranti Linguistik Pembentuk Keutuhan Wacana. Lazuardi, III, 436-444.
Fromkin, V. A. (2000). Linguistics (An Introduction to Linguistik Theory). UK: BlackWell.
Hasanudin, C. (2018). Kajian Sintaksis pada Nobel sang Pencuri Warna Karya Yersita. JPE, V, 19-30.
Setiawati, E., & Rusmawati, R. (2019). Analisis Wacana (Konsep, Teori, dan Aplikasi). Malang: UB Press.
Tarmini, W., & Sulistyawati. (2019). Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: UHAMKA.