Sepenggal Mengarungi Pijar Bahtera Kehidupan

Perjalanan ini dimulai ketika saya duduk dibangku kelas 10 Sekolah Menengah Atas. Waktu itu, sedang libur sekolah dan saya binggung dengan apa harus mengisi senggang waktu untuk suatu kegiatan agar tak bosan. Saya terpikir untuk menyusul ayah yang sedang berkerja sebagai Cehift Engineer Kapal Tengker. Saat itu, beliau berada di Pelabuhan Merak Banten seketika saya pun langsung membicarakan hal itu. Sesaat setelah menghubungi, beliau akhirnya menyetujui untuk saya menyusulnya. Waktu pun tiba, saya meminta izin kepada ibu untuk menyusul ayah untuk ikut berlayar. Kala itu, terbayanglah sudah hamparan laut luas, pesona sunrise nan indah di tengah gemuruh riuh samudera dan segala potensi elok nan permai di dalamnya. Tak luput beserta deburan ombak dan badainya. Sedemikian indah rona laut pesisir yang telah ku tangkap dari penafsiran ayah yang kini ku rasakan sendiri.

Singkat cerita perjalanan dimulai dari terminal Salaman menuju ke Pelabuhan Merak, Banten. Setiba disana, pagi hari saya bertemu ayah dan langsung beranjak menuju dermaga untuk naik ke kapal. Untuk menuju ke kapal Tengker tersebut kami harus menaiki perahu. Saat itu, angin dan ombak di tepian cukup kencang membuat kapal yang kami naiki terguncang dengan dasyat yang membuat saya sedikit merasa takut. Setelah melihat kapal yang akan kami naiki, Sesaat setelahnya ketakutan itu pun sirna berubah. Saya dibuat terkesima betapa besar dan gagahnya kapal itu yang bernama Griya Bugis.

Sesampainya di atas kapal Ayah segera mengenalkan saya kepada teman-temannya. di kapal, mulai dari Kapten kapal hingga juru masak. Kapal pun berlayar dan saya dapat melihat bagaimana mesin kapal itu beroprasi sembari ayah dan beberapa temanya menjelaskan. Hal demikian sangat menarik karena kapal digerakan dengan mesin diesel raksasa yang memiliki kekuatan luar biasa untuk menggerakkan kapal tanker yang berat.

Waktupun terus berjalan sudah beberapa hari saya merasakan hidup di atas perairan yang kadang tidak bisa diprediksi moodnya. Terkadang perairan ini seperti menenagkan dan seketika bisa berubah menjadi suasana yang mencekam. Ombak mengoyangkan kapal ini begitu dasyatnya yang membuat saya kembali merasa takut tetapi ayah selalu meyakinkan saya bahwa ini bukan masalah besar dan semua akan baik-baik saja. Saya sudah cukup beradaptasi dengan lingkungan ini sudah beberapa perairan di lewati.

Setiba di Perairan kalimantan, tergambar jelas momen menarik. Beberapa kali kami melihat kawanan lumba-lumba yang berenang mengikuti kapal, melompat-lompat riang seolah ingin ikut berlayar bersama. Pada sore hari, saya selalu disuguhkan dengan matahari tengelam di atas lautan yang tenang, dan warna-warna jingga yang memenuhi langit membuat saya takjub. Acapkali keindahan yang bermunculan akan setiap warna dan cahaya yang datang memancar dari arah matahari terbenam. Seakan jiwaku menjadi saksi bisu akan Keindahan itu. Manakala kuperhatikan lagi, yang tersimpan hanya berbicara mengenai kebesaran-Nya.

Setelah beberapa minggu libur sekolah pun hampir usai, dan saya harus segera pulang ke Magelang sebelum tahun ajaran baru dimulai. Setelah berlabuh di Medan, dengan perjalanan malang melintang jauh di atas perairan, saya berpamitan dengan ayah dan seluruh awak kapal. Tergambar jelas bahwa mereka begitu baik dan ramah, Sebuah pelajaarn hidup yang sangat berharga selama perjalanan ini.
Dari pelabuhan, saya naik bus dari Medan menuju Magelang. Perjalanan darat ini panjang dan melelahkan, tetapi menyenangkan karena pemandangan yang berganti-ganti sepanjang jalan. Derap sepanjang perjalanan, keindahan, momen, dan pelajaran itu tak kunjung hilang dan tak mau beranjak. saya terus mengingat kembali momen-momen di kapal, berharap suatu hari bisa ikut berlayar kembali. Sungguh pengalaman berlayar di kapal tanker mengajarkan saya akan banyak hal, mulai dari ketekunan hingga kebesaran hati dalam menghadapi tantangan. Tergambar dalam diri akan segenggam rasa bangga, syukur akan anugerah kehidupan. Saya pulang bukan hanya membawa kenangan indah, tetapi juga pelajaran hidup yang berharga, dimana sebagian mimpi yang diimajinasikan oleh ayah telah kutemukan dengan mengarungi suatu perjalanan yang tak pernah kusangka dan tentu saja kebanggaan pada ayah yang bekerja keras di tengah samudera.

Hidup tak selamanya indah, maka buatlah indah dengan rona bahasamu, untuk mengartikulasikan pijaran indah yang kau sukai

1 Like