Sebuah Kisah Klasik Empat Lima

Ini cerita tentang persahabatanku saat masih duduk di bangku sekolah sampai sekarang. Sebuah cerita singkat, tapi cukup bermakna bagiku. Berawal dari pertemuan pertamaku dengan Ica. Kita berdua bertemu di kelas tujuh SMP. Sebuah pertemuan yang tidak sengaja, tapi penuh dengan makna. Waktu itu, aku duduk sendiri dan tidak memiliki teman sebangku saat di dalam ruang kelas. Tiba-tiba saja Ica datang padaku dan langsung duduk di sebelahku tanpa persetujuanku. Melihat hal itu, aku sempat terkejut dengan kedatangan Ica secara tiba-tiba. Ica datang dengan penuh percaya diri dan bertanya namaku tanpa rasa malu. Berawal dari inilah kita mulai mengenal satu sama lain dan menjadi teman.

Aku dan Ica tidak menjadi teman sebangku lagi, karena tempat duduknya diacak. Kita berdua terpisah dan memiliki teman sebangku yang baru dan tentunya belum saling mengenal. Kebetulan sekali aku mendapatkan teman sebangku yang sama-sama diam sepertiku. Kita berdua hanya saling diam dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ia sibuk menggambar dan aku sibuk melamun. Namanya Ning. Aku dan Ning menjadi akrab karena kita berdua sama-sama menyukai musik K-Pop. Mungkin karena inilah kita berdua jadi dekat.

Setelah berpisah dengan Ica, aku menjadi dekat dengan Ning. Sedangkan Ica, ia dekat dengan teman sebangkunya yang baru. Sampai akhirnya, aku dan Ica bertemu kembali. Tidak hanya aku dan Ica saja, tapi dengan Ning dan teman sebangku Ica yang baru. Namanya Tia. Saat aku melihat Tia, aku rasa dia memiliki kesamaan dengan Ica. Mungkin ini yang membuat aku dan Tia bisa berteman. Begitu juga dengan Ica dan Ning yang memiliki obrolan yang sama.

Lambat laun, kita berempat menjadi dekat dan sering main bareng. Selama berteman, kita tidak pernah ribut dan bermasalah. Beruntungnya, kita semua saling mengerti satu sama lain dan mampu bersikap dewasa. Sampai akhirnya, Ning datang dengan membawa satu temannya lagi untuk bergabung dan berteman dengan yang lainnya. Ning membawa Via dan mengenalkannya padaku dan juga yang lainnya. Via termasuk anak yang diam, sama sepertiku. Kedatangan Via kita sambut dengan hangat, karena menurutku tidak masalah jika memiliki teman baru lagi. Bukankah memiliki teman yang banyak itu lebih baik?

Akhirnya, kita yang tadinya hanya berempat kini menjadi berlima. Tidak terasa, pertemanan kita sudah berjalan selama tiga tahun. Sekarang waktunya untuk kita berlima berpisah, karena setelah ini kita semua akan melanjutkan pendidikan di bangku akhir. Tidak disangka juga, aku, Ica, Ning, dan Tia masuk ke satu sekolah yang sama. Hanya saja, kita berempat berbeda kelas saja. Sedangkan Via, ia lebih memilih untuk masuk ke sekolah yang berbeda. Walau seperti itu, kita berlima tetap berteman dekat dan terus berhubungan baik.

Hubungan pertemanan kita berlima terbilang baik-baik saja. Pernah ada permasalahan dan selisih paham, tapi setelah itu kita kembali lagi seperti semula. Bahkan menjadi lebih dekat dan bersama lagi. Keempat teman dan sekaligus sahabatku ini sudah aku anggap seperti saudara. Kedekatan kita berlima sudah melebihi kata teman dan sahabat. Aku sangat bersyukur bertemu dengan mereka. Sahabat sekaligus keluarga bagiku yang sangat berarti. Sampai sekarang, kita berlima masih behubungan baik dan saling berkabar satu sama lain. Ica dan Ning sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia, aku dan Tia berada di perguruan tinggi negeri yang sama, dan Via sedang merantau di luar pulau Jawa. Kita semua sedang berjuang di jalan masing-masing untuk mengejar masa depan. Walaupun tidak bersama lagi seperti dulu, tapi rasa kebersamaan itu masih tetap sama hingga detik ini.

Inilah sebuah kisah klasik empat lima yang aku maksud. Sebuah kisah yang sangat berarti dan penuh dengan makna. Empat yang berarti awal pertemuan aku dengan ketiga temanku. Sedangkan lima, yang di mana kita berlima menjadi sahabat dan keluarga sampai sekarang. Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka. Aku harap, kita semua bisa berjalan dengan mimpi-mimpinya. Mengejar apa yang sedang diimpikan dan menjadi nyata.

3 Likes