Prediksi Pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Apakah Indonesia memiliki peluang dalam pertumbuhan ekonomi? Apakah hal itu mungkin terjadi mengingat di tahun 2023 Indonesia diperkirakan resesi? Benarkah ekonomi Indonesia akan meningkan sekian persen pada tahun 2023? Beberapa pihak telah memprediksi bahwa pada tahun 2023, akan ada peningkatan dalam bidang ekonomi di Indonesia. Berdasarkan prakiraan makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2023, pertumbuhan ekonomi ekonomi di Indonesia berada pada angka 5,3% setiap tahun. Angka itu memiliki sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya 5,2%. Sedangkan, Bank Indonesia atau BI juga berpendapat demikian yaitu kisaran 4,5%-5,3%. Alasannya adalah permintaan domestik yang dipengaruhi oleh keyakinan dan daya beli pelaku ekonomi yang tetap terjaga. Supaya perekonomian tetap terjaga, pemerintah harus menyiapkan stategi di tengah ramainya perkiraan mengenai ancaman resesi ekonomi global di tahun 2023. “Bagi UMKM, pesta demokrasi lima tahunan ini menjadi berkah tersendiri sehingga konsumsi meningkat dan mengerek pertumbuhan ekonomi.” Tutur Akbar
Sebenarnya resesi itu apa sih? Dalam KBBI, resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, serta menurunnya kegiatan dagang dan industri. Dapat disimpulkan bahwa ketika suatu negara mengalami resesi, maka perekonomian negara itu sedang tidak baik-baik saja alias nilai mata uangnya mengalami penurunan. Resesi di tahun 2023 menurut pakar adalah karena adanya lonjakan inflasi akibat perang Ukraina-Rusia. Peningkatan inflasi pun berlanjut dengan adanya kebijakan pengetatan oleh bank sentral di Eropa dan Amerika dengan menaikkan tingkat bunga acuan yang berdampak juga dengan kebijakan yang diambil oleh bank lainnya. Jika hal ini terjadi akan beresiko menyebabkan krisis ekonomi.
Dampak resesi ekonomi yaitu :

  1. Pertumbuhan perekonomian yang melambat dan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya. Hal ini akan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang sering terjadi bahkan beberapa perusahaan mungkin akan gulung tikar dan tidak beroperasi lagi
  2. Kinerja instrumen investasi mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi yang lebih aman.
  3. Ekonomi yang semakin sulit pasti berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena masyrakat akan lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus terhadap pemenuhan kebutuhan dasar terlebih dahulu. .

Jadi, gimana nih cara mengelola keuangan pribadi dalam menghadapi ancaman resesi ini? Seorang Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi dari UGM, I Wayan Nuka Lantara, Ph.D., mengimbau masyarakat untuk tetap tenang sembari melakukan revisi pada rencana keuangan yang sebelumnya sudah dibuat. Menurutnya, upaya penyiapan dana darurat penting dilakukan dan perlu dibarengi oleh dua hal upaya lainnya yaitu,

  1. Mencari alternatif tambahan penghasilan selain dari gaji tetap. Dengan kata lain mencari kerja sampingan selain pekerjaan tetap atau diluar gaji dari pekerjaan yang sedang dijalankan. Misalnya, memanfaatkan hobi untuk bisnis, berjualan online, mengajar kursus dan tetap rutin berinvestasi.
  2. Mengidentifikasi ulang pos-pos pengeluaran sembari mencari celah untuk melakukan penghematan pada pos-pos pengeluaran yang kurang penting atau yang bisa ditunda. Investasi tebukti menjadi cara yang efektif untuk melawan dampak negatif inflasi di tengah situasi yang serba tak menentu. Namun, pilihan investasi yang cocok untuk mengantisipasi terjadinya krisis ekonomi global adalah dengan menggeser bobot dana investasi menjadi lebih banyak pada aset investasi yang tergolong aman (safe haven). Ini mencontohkan jenis investasi yang aman dilakukan antara lain deposito, emas, surat berharga yang diterbitkan oleh negara. Jika ingin melakukan investasi di saham, ia menyarankan sebaiknya investasi pada saham-saham yang bergerak pada sektor industri yang defensif, tetap bisa bertahan meskipun ada krisis. Misalnya saham perusahaan yang bergerak di industri barang, kesehatan, bank, energi dan utilitas.
    Lalu, pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan nilai serta jumlah produksi barang dan jasa yang dihitung suatu negara dalam suatu kurun waktu tertentu berdasarkan kepada beberapa indikator misalnya saja naiknya pendapatan nasional, pendapatan perkapita, jumlah tenaga kerja yang lebih besar dari jumlah pengangguran, serta berkurangnya tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai proses perubahan secara berkesinambungan menuju kondisi yang lebih baik dalam kondisi ekonomi suatu negara. Ekonomi suatu negara sendiri dapat dikatakan bertumbuh apabila kegiatan ekonomi masyarakatnya berdampak langsung kepada kenaikan produksi barang dan jasanya. Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerintah akan dapat membuat perencanaan mengenai penerimaan negara dan pembangunan untuk kedepannya. Sementara bagi para pelaku sektor usaha, tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan sebagai dasar dalam membuat rencana pengembangan produk serta sumber dayanya.
    Jadi, berdasarkan pernyataan dan data yang diperoleh, dari hasil prediksi pemerintah dan Bank Indonesia mengatakan bahwa akan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 4,5%-5,3% di tengah prediksi resesi pada tahun 2023. Pertumbuhan ekonomi menjadi tolak ukur kondisi ekonomi di suatu negara. Ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara meningkat, maka semakin sejahtera kehidupan di negara tersebut. Sedangkan, resesi adalah penurunan atau kelesuan kondisi ekonomi suatu negara. Resesi di tahun 2023 dapat diatasi dengan mengimbau masyarakat untuk tetap tenang sembari melakukan revisi pada rencana keuangan yang sebelumnya sudah dibuat, mencari alternatif tambahan penghasilan selain dari gaji tetap, mengidentifikasi ulang pos-pos pengeluaran sembari mencari celah untuk melakukan penghematan pada pos-pos pengeluaran yang kurang penting atau yang bisa ditunda.