Perjalanan yang Belum Usai

20210901_182342

Ada berita yang kala itu membuat aku dan teman-temanku cukup senang, libur dua minggu. Namun, ternyata kenyataan tidak sesuai ekspetasi.

Kelas tiga SMA. Mau kuliah di mana, jurusannya apa, rasanya memenuhi otakku. Aku carilah di Google, jurusan-jurusan yang sekiranya cocok untukku. Awalnya aku tertarik dengan jurusan Teknik Industri di Universitas terbaik di Yogyakarta. Aku membicarakannya dengan orang-tuaku. Namun, ibuku tidak setuju jika aku mengambil jurusan teknik. Setelah kupikir lagi, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil jurusan yang paling ketat peminatnya di bidang kesehatan dan di universitas yang sama. Emang nekat sih.

Pengumuman siswa eligible SNMPTN. Alhamdulillah aku masuk di antara 40% siswa di sekolahku. Aku memutuskan untuk mendaftar jurusan di bidang Kesehatan tetapi bukan kedokteran. Di situ aku hanya bisa berpasrah, kalau rezeki ya alhamdulillah, tapi kalau belum rezeki juga tidak masalah.

Hari pengumuman SNMPTN. Saat membuka, merah. Aku tidak terlalu sedih. Setelah itu, aku fokus untuk belajar SBMPTN. Belajar sendiri, les, dan belajar bersama teman-temanku. Kutuliskan pada dinding kamarku 700+++. Target skor UTBK yang ingin kucapai. Aku memilih kedokteran di kedua pilihanku. Pertama UGM dan kedua UNS. Emang nekat banget.

Besok adalah waktuku untuk bertempur. Segalanya kupasrahkan kepadaNya. Selama menunggu pengumuman SBMPTN, aku juga mencoba mendaftar beberapa perguruan tinggi. Telkom University lewat jalur beasiswa, PBU UGM, dan salah satu sekolah kedinasan yang ada di Indonesia.

Hari pengumuman SBMPTN. Ternyata yang muncul di layar laptopku adalah Jangan Putus Asa dan Tetap Semangat. Rasanya duniaku berhenti. Saat itu suasana hatiku sangat kacau. Aku gagal. Namun, di satu sisi tetap kubisikkan dalam hatiku. Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadamu ya Allah.

Malamnya ibukku menyuruhku untuk mendaftar melalui jalur mandiri di UNS. Aku tak bisa berpikir jernih kala itu. Jadi, ibukku yang memilihkanku jurusan Pendidikan Matematika. Aku memilih untuk lewat jalur mandiri UTBK, karena rasanya semangat untuk belajar lagi tidak ada. Padahal belum tahu berapa skor yang kudapat. Esoknya, skor UTBK keluar. Gemetar, pasrah, tapi tak menyangka Allah mengabulkan permintaanku. Aku bisa meraih skor sesuai target yang kupikir mustahil untuk kucapai. Namun, aku tak tahu apa yang menyebabkanku tidak lolos di pilihan kedua. Ada rasa menyesal juga kenapa UNS tak kujadikan pilihan pertamaku. Namun, penyesalan itu tak baik pikirku. Dalam hatiku, rencanaNya pasti tak akan pernah gagal.

Rasa semangat belajarku ternyata tumbuh kembali. Aku berjuang untuk masuk melalui UTUL UGM. Namun, pada saat hari H, kurasa badanku tidak terlalu fit untuk kuajak berjuang. Yah, aku hanya bisa berpasrah dan merah lagi. Penolakan belum berhenti di sini. Telkom menolakku, PBU UGM menolakku, kedinasan tak lolos, tapi Alhamdulillah Pendidikan Matematika masih mau menerimaku. Jurusan yang tak pernah terpikirkan dalam otakku. Bahkan tak ada cita-cita untuk menjadi guru. Mungkin terdengar menyedihkan. Namun, perjalanan ini memberikanku hikmah yang tak terkira. Allah sangat baik. Aku percaya bahwa setiap kejadian pasti punya alasan. Karena hidup bukan hanya tentang pencapaian diri, tetapi bagaimana menyiapkan kehidupan setelah mati. Perjalanan ini masih belum usai, karena semua berakhir ketika Allah sampaikan, hambaKu tugasmu di dunia sudah berakhir. Semoga sampai pada cita-cita tertinggi, tidak mendapat penolakan saat masuk ke JannahNya nanti.

terima kasih telah membaca :slight_smile: