Percayalah Semua Pasti yang Terbaik

Assalamu’alaikum, perkenalkan aku Iffah, mahasiswa baru pendidikan matematika dari salah satu universitas ternama di Jawa Tengah. Kesempatan kali ini aku akan bercerita bagaimana aku bisa masuk prodi pendidikan matematika.

Sebenarnya dari SMP aku ingin menjadi desainer, antara desainer pakaian, ruangan, bangunan, atau produk kemudian berwirausaha dengan kemampuan mendesain yang kumiliki. Kenyataannya, setelah mencari info-info perguruan tinggi, jurusan-jurusan yang aku inginkan masuk ke kelompok soshum sedangkan aku anak saintek. Aku berfikir, masa iya sudah bersekolah 3 tahun langsung lintas jurusan yang padahal nantinya belum tau juga arah ke depannya, akankah jurusan tersebut sesuai ekspektasi. Serta pertimbangan bahwa jurusan-jurusan tersebut akan memakan banyak biaya untuk praktik dan tugas-tugasnya.

Akhirnya aku memutuskan tetap pada jalur anak saintek dan memilih prodi pendidikan matematika dengan pertimbangan nilai yang paling menonjol bidang saintek adalah matematika sejak bangku sekolah dasar. Mengapa pendidikan? Karena dalam keluargaku seorang wanita hakikatnya mengurusi keluarga, jadi yang disarankan adalah jurusan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika nantinya tidak bekerja tidak masalah dan jika bekerja masih bisa mengurusi keluarganya.

Aku masuk daftar siswa eligible, karena masuk peringkat 20 besar di sekolah, aku yakin pasti diterima melalui jalur SNMPTN, sehingga kurang dalam mempersiapkan SBMPTN. Sayangnya aku gagal seleksi SNMPTN. Menangis? Tentu saja, yang aku tangisi adalah penyesalan mengapa tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang ada. Semangat dari orang-orang terdekat untuk dapat menerima kenyataan dan meyakini bahwa Allah memiliki rencana terbaik terus menguatkanku.

Dari penyesalan, aku belajar lebih giat secara mandiri bermodalkan buku bekas dari kakak sepupu serta soal-soal yang beredar. Menyadari persiapan masih kurang, aku sudah bersiap jika nantinya tidak diterima jalur SBMPTN aku akan bekerja. Aku juga mencoba mendaftar di sekolah vokasi UGM melalui jalur seleksi prestasi akademik, namun memang belum rezekiku lagi di situ.

Ketidakpercayaan diri muncul kala mendengar cerita teman bahwa soal UTBK yang muncul tidak sesuai ekspektasi dan relatif lebih sulit, padahal mereka memiliki persiapan yang menurutku lebih baik dari aku. Namun aku juga tidak mau ambil pusing, semua yang ada nantinya akan aku hadapi sesuai kemampuan yang aku miliki.

Tiba hari UTBK, aku justru tidak merasa gugup, karena sudah bersiap untuk segala kemungkinan yang ada. Betapa kesulitannya dan betapa tidak sedikit aku menjawab soal UTBK secara asal namun bernalar, membuatku tidak terlalu berharap diterima dan hanya pasrah berharap Allah memberikan yang terbaik.

Tiba hari pengumuman SBMPTN, aku justru santai ketika beberapa teman membuat story H-beberapa jam pengumuman sambil mengungkapkan berbagai emosi yang mereka rasakan, karena aku tau bahwa aku tidak akan diterima, walau di sisi kecil lain aku juga berharap diterima. Aku membuka pengumuman sambil menguatkan diri agar tidak menangis saat tidak diterima. Pada akhirnya aku justru khianat, aku menangis tersedu-sedu, namun penuh rasa haru karena diterima pada pilihan pertama yakni prodi pendidikan matematika. Perasaan tidak menyangka menyelimuti sambil terus mengulang login untuk memastikan bahwa memang benar diterima. Berlarilah aku ke ibu dengan tangisan mengiringi, mengabarkan bahwa diriku diterima. Saling berpelukan sambil terus mengucapkan alhamdulillah bentuk rasa syukur atas kebahagiaan yang diperoleh dan berharap hasil yang didapat memang yang terbaik yang nantinya dapat menjadi berkah.