Pentingnya Belajar Sistem Reproduksi dan Kekerasan Seksual Pada Remaja

Salah satu ciri manusia tentu saja adalah berkembang biak, untuk meneruskan dan melestarikan harmoni alam. Untuk berkembang biak, manusia menggunakan alat reproduksi yang dimiliki sebagai sarana. Tiap jenis organisme memiliki system reproduksi yang berbeda.

Reproduksi terjadi melalui proses bertemunya sel sperma dan sel telur (ovum) melalui hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang membentuk individu baru yang disebut fertilisasi (pembuahan). Dimana laki-laki menghasilkan sel sperma dan perempuan menghasilkan sel telur (ovum). Hasil dari fertilisasi ini adalah terbentuknya zigot. Zigot berkembang menjadi embrio, kemudian embrio mengalami perkembangan dan dilahirkan menjadi anak.

Kurangnya edukasi tentang reproduksi pada remaja bisa memicu terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Seringnya reproduksi hanya dianggap sebatas masalah seksual atau hubungan intim. Alhasil banyak orang tua yang merasa tidak nyaman untuk membicarakan masalah tersebut pada remaja. Padahal pergaulan pada remaja sekarang, mengancam risiko kesehatan reproduksi anak remaja. Seperti penyakit HIV/AIDS, banyaknya kasus kematian ibu yang masih dalam kategori muda atau kehamilan diluar pernikahan, adanya tindakan pengguguran kehamilan secara paksa yang bisa berakibat kematian pada ibu dan janin, serta putusnya sekolah. Itu semua mengakibatkan masa hilang atau terkendalanya karir atau masa depan seseorang. Disini peran orang tua sangat penting dalam memberikan edukasi seksual pada remaja.

Memiliki pengetahuan yang tepat tentang reproduksi, diharapkan remaja itu bisa menjadi lebih bertanggung jawab terhadap dirinya dan kesehatannya serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pengetahuan tentang proses reproduksi tidak hanya dilakukan pada remaja perempuan saja, tetapi remaja laki-laki juga harus mengetahui dan mengerti cara hidup yang baik dan sehat. Karena dampak dari pergaulan bebas atau pergaulan yang salah tidak hanya merugikan remaja perempuan saja, tetapi remaja laki-laki juga, walaupun yang sangat jelas pada perempuan.

Selain pentingnya edukasi tentang sistem reproduksi, remaja juga perlu pengetahuan tentang adanya kekerasan seksual. Kekerasan seksual adalah setiap kegiatan merendahkan, menghina, bahkan menyerang tubuh terkait dengan hasrat nafsu seksual seseorang yang dilakukan secara paksa yang bertentangan terhadap kehendak seseorang dan menyebabkan seseorang itu tidak mampu memberikan persetujuan karena adanya rasa takut dari tekanan dan ancaman yang diberikan, yang mengakibatkan penderitaan atau kesengsaraan terhadap mental dan fisik seseorang. Namun, tak sedikit pula orang-orang yang melakukan kekerasan seksual tanpa melakukan Tindakan kekerasan, tetapi mereka menggunakan manipulasi atau penipuan terhadap anak dan remaja, karena kurangnya pengetahuan tentang kekerasan seksual, jadi mereka mudah saja tertipu dengan iming-iming menarik dari pelaku.

Kekerasan seksual di kalangan anak dan remaja terus meningkat pada waktu ke waktu. Bahkan lebih tragisnya lagi pelakunya adalah dari lingkungan keluarga dan orang-orang terdekat korban. Tidak ada satupun karakteristik yang dapat diidentifikasi dari seorang pelaku kekerasan seksual terhadap remaja. Kemampuan pelaku menguasai korban, baik dengan tipu daya maupun ancaman dan kekerasan, menyebabkan kekerasan ini sulit dihindari.

Pada era revolusi industri 4.0 yang mana adanya jaringan internet dan komputer yang memudahkan seseorang bebas mengeluarkan pendapatnya melalui media sosial maupun internet. Perilaku hingga kegiatan menyimpang yang memberikan akses menjadi perilaku kekerasan seksual, yang memberikan dampak traumatis pada korban kejahatan seksual. Remaja memang sangatlah rentan terhadap kekerasan seksual karena remaja masih membutuhkan konsep diri sebagai acuan dalam menumbuhkan jati diri. Maka dari itu adanya pemahaman yang benar tentang pembelajaran seksual, agar mereka memahami pentingnya menjaga diri dan mengenal batasan-batasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis atau orang lain. Adanya kepercayaan diri dan bersikap tegas pada setiap situasi dan kondisi juga dapat digunakan sebagai senjata untuk perlindungan diri terhadap kekerasan seksual. Edukasi dari orang-orang sekitar terutama keluarga tentang pentingnya mencegah terjadinya pelecehan seksual sangat berpengaruh terhadap masa depan anak dan remaja.