Pengaruh Asap Kendaraan terhadap Kesehatan dan Tata Ruang Kota

Sering kali kita merasakan sesak napas saat berkendara di belakang kendaraan lain, terutama jika berada di dekat kendaraan yang mengeluarkan asap hitam pekat dari knalpotnya. Hal tersebut bukan hanya mengganggu kenyamanan namun kesehatan terutama pernapasan. Hal ini disebabkan oleh kandungan gas beracun yang terkandung dalam asap kendaraan tersebut seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrokarbon, timbal, dan partikulat halus lainnya. Paparan gas-gas ini dapat menyebabkan berbagai gangguan pernapasan, seperti ISPA, asma, hingga kanker paru-paru. Penyakit tersebut sangat rentan terjangkit oleh balita dan orang tua lanjut usia.

Sayangnya, peraturan mengenai standar emisi kendaraan di Indonesia belum diterapkan secara ketat dan menyeluruh. Hal ini terlihat dari masih banyaknya kendaraan bermotor di jalan raya tanpa kontrol emisi yang memadai. Yaitu, kendaraan bermotor yang menghasilkan asap berwarna hitam pekat. Masih banyak kendaraan berumur tua dan tidak layak jalan masih tetap digunakan tanpa perawatan mesin yang baik. Kondisi ini akan menyebabkan hujan asam dan langit jadi kelabu terutama di kota-kota besar.

Pencemaran udara di perkotaan tidak hanya berasal dari kendaraan bermotor, tetapi juga dari kegiatan industri dan pembakaran sampah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, pada tahun 2019 tercatat total emisi gas rumah kaca mencapai 1.866,5 juta ton, dengan 638,8 juta ton di antaranya berasal dari sektor energi, termasuk kendaraan bermotor. Artinya, kendaraan bermotor telah menyumbang sekitar 34,2% dari total emisi gas rumah kaca di Indonesia. Disusul oleh sektor penggunaan lahan yang menempati posisi kedua dengan menyumbang sekitar 25% dari total emisi.

Selain permasalahan emisi, banyak kota di Indonesia juga menghadapi tantangan dalam perencanaan tata ruang yang buruk. Permukiman sering kali berdempetan dengan jalan raya, terminal, dan kawasan industri—area yang menjadi sumber utama polusi udara. Hal ini menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau yang seharusnya berfungsi sebagai penyaring alami polusi. Akibatnya, polusi udara menyebar langsung ke area permukiman, meningkatkan risiko kesehatan bagi penduduk.

Kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang tidak seimbang dengan kapasitas jalan juga memperparah paparan polusi. Semakin lama kendaraan berada di jalan maka, semakin tinggi pula jumlah emisi yang dilepaskan ke udara. Di sisi lain, berkurangnya lahan hijau turut memperbesar efek rumah kaca dan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem.

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan upaya dari berbagai sektor seperti pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan peralihan ke transportasi publik atau bersepeda dapat menjadi solusi efektif. Langkah ini tidak hanya akan mengurangi emisi kendaraan, tetapi juga mengurangi kemacetan, khususnya pada jam-jam sibuk. Pemerintah juga perlu menyediakan transportasi publik yang ramah lingkungan, memiliki aksesibilitas tinggi, dan terjangkau secara ekonomis. Upaya ini akan meningkatkan minat masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, khususnya di kota-kota besar yang menghadapi kemacetan parah. Dengan mementingkan aksesibilitas yang tinggi dan meningkatkan kualitas, kenyamanan dan keamanan pada transportasi publik maka akan mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik.

Selain itu, pengalihan fungsi lahan permukiman yang terlalu dekat dengan jalan raya menjadi ruang terbuka hijau, jalur sepeda ataupun trotoar juga dapat memperbaiki kualitas udara serta tata ruang kota. Pengalihan fungsi lahan menjadi lahan hijau seperti taman akan membantu dalam menyerap polusi udara sekaligus menurunkan suhu sekitar dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Adapun pengalihan lahan menjadi trotoar ataupun jalur pesepeda dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki dan pesepeda. Peningkatan keamanan dan kenyamanan tersebut dapat meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan sepeda dan berjalan kaki.

Dengan penerapan kebijakan yang tepat dan dukungan aktif dari masyarakat, polusi udara akibat kendaraan bermotor dapat ditekan. Perbaikan tata ruang kota, peningkatan kualitas transportasi publik, dan penambahan ruang hijau adalah langkah penting menuju kota yang lebih sehat, nyaman, dan berkelanjutan. Perawatan kendaraan juga sangat penting untuk mengurangi emisi yang akan dilepaskan oleh kendaraan ke udara.

1 Like