Pelajaran Berharga dari Kesombongan Menuju Kesuksesan

Dulu, ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, aku selalu mendapatkan peringkat pertama. Aku sangat senang saat pengumuman itu tiba. Setiap kenaikan kelas, aku selalu mendapat peringkat pertama, sehingga ibu dan ayahku selalu menasihatiku untuk mempertahankan prestasi tersebut. Aku juga sering ikut serta dalam berbagai perlombaan dan selalu mendapatkan juara, meskipun tidak semuanya juara satu. Keluargaku selalu mengapresiasi setiap keberhasilan yang aku raih.

Karena aku selalu menjadi juara satu dari kelas satu hingga kelas enam, aku merasa sedikit menyombongkan diri bahwa aku lebih pintar dari teman-temanku. Akibatnya, tumbuh rasa atau sikap superior, yaitu perasaan lebih segalanya dari orang lain atau menyepelekan orang lain. Puncaknya adalah saat ujian sekolah berlangsung. Di situ, aku terlalu yakin dan percaya diri bahwa nilaiku akan menjadi yang tertinggi. Aku menganggap teman-temanku tidak akan bisa meraih nilai tinggi.

Namun, saat pengumuman kelulusan tiba, aku sangat terkejut. Bukan aku yang menjadi peraih nilai tertinggi, melainkan temanku. Bahkan, aku tidak masuk dalam lima besar di kelas. Aku sangat kecewa dengan diriku sendiri karena telah terlalu sombong, dan aku merasa malu. Aku yang biasanya selalu juara kelas, kali ini tidak mendapatkan apa-apa. Aku pulang dengan perasaan sedih dan takut keluargaku akan kecewa dengan pencapaianku. Dan benar, mereka sedikit kecewa terhadapku. Aku benar-benar sedih sampai berhari-hari.

Namun, aku tahu bahwa aku harus bangkit dari kesedihan dan melanjutkan hidupku. Lalu, aku mendaftar di sekolah menengah pertama ditemani oleh ayahku. Awalnya, aku sedikit tidak yakin bisa diterima di sekolah tersebut karena nilai ujianku yang tidak terlalu bagus, tetapi juga tidak jelek. Tidak disangka, aku diterima. Di situ, aku berjanji pada diriku sendiri untuk berubah menjadi lebih rajin belajar, lebih baik lagi, dan tidak mengulangi sikap burukku saat di sekolah dasar. Aku juga ingin membuktikan kepada kedua orang tuaku bahwa aku bisa berprestasi seperti dulu.

Langkah awal yang aku lakukan adalah memperbaiki ibadahku karena sebelumnya ibadahku masih sering bolong. Aku juga mulai giat belajar. Aku belajar tanpa kenal waktu karena terlalu berambisi untuk mendapatkan nilai bagus dan kembali meraih peringkat di kelas. Akibatnya, aku jatuh sakit selama seminggu dan harus dirawat di rumah sakit. Hal ini menyadarkanku bahwa kesehatan juga penting, sehingga aku mencoba membagi waktu dengan baik antara belajar dan istirahat.

Aku juga mengikuti organisasi di sekolah, yaitu OSIS. Singkat cerita, saat pelantikan OSIS pada upacara bendera hari Senin, tiba-tiba ada pengumuman peringkat paralel. Tidak disangka, peraih peringkat satu paralel tersebut adalah aku! Aku sangat terkejut dan tidak percaya, sampai temanku menyadarkanku bahwa yang dipanggil benar-benar namaku. Aku maju ke depan untuk menerima penghargaan dengan perasaan haru. Perjuanganku selama ini untuk membuktikan bahwa aku bisa berprestasi kembali akhirnya berhasil.

Sesampainya di rumah, aku langsung menceritakan kabar baik ini kepada keluargaku dan memperlihatkan penghargaan yang diberikan oleh sekolah. Mereka ikut bahagia dengan pencapaianku. Aku pun kembali aktif mengikuti perlombaan, dan lagi-lagi selalu mendapatkan juara.

Aku berhasil menghilangkan sifat burukku, yaitu merasa lebih baik dari orang lain, dan belajar dengan sungguh-sungguh. Hingga akhirnya, aku selalu meraih juara satu paralel dengan nilai terbaik satu angkatan. Saat ujian sekolah tiba, aku tidak terlalu berharap lebih, tetapi tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang baik. Hasilnya, aku kembali meraih peringkat satu paralel.

Karena masa itu adalah pandemi, aku dipanggil ke sekolah untuk menerima penghargaan sebagai peraih nilai tertinggi ujian sekolah. Acara tersebut dihadiri oleh para guru dan orang tua peraih nilai tertinggi. Aku merasa bangga pada diriku sendiri. Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil, dan aku belajar bahwa sifat sombong harus dihilangkan karena hanya akan membawa kita pada hal yang tidak baik.