NADIR | Sepenggal realita

Ciptakanlah bahagia, jangan dicari. Karena letak bahagia paling valid ada di dalam diri sendiri.
Clenara

rainbow
Source : pinterest.id

Menurutku, hidup adalah tentang proses bertahan dalam bermacam alur yang dihadirkan oleh semesta. Tentang menyadari bahwa setiap manusia melewati proses yang berbeda. Ada yang sudah bahagia, ada yang sedang bahagia, ada juga yang akan bahagia. Belajar meyakini bahwa setiap hal punya waktunya masing-masing.

Delapan bulan yang lalu, salah satu waktu krusial bagiku sekaligus menjadi awal dari cerita-ceritaku selanjutnya. Lintas jurusan. Hal yang wajar sebenarnya, namun aku rasa cukup gila jika diambil tanpa persiapan apa-apa. Aku yakin dengan pilihan itu dan aku jalani di setiap prosesnya. SNMPTN, SBMPTN, hingga Ujian Mandiri. Bukan tanpa pertimbangan, bukan juga karena paksaan. Hatiku berkata demikian, jadilah kuambil pilihan itu dengan segala konsekuensinya.

Singkat cerita, berakhirlah aku di sini dan menulis cerita ini. Aku berjodoh di Universitas Sebelas Maret. Diterima sebagai Mahasiswa Baru FISIP prodi Ilmu Administrasi Negara melalui jalur akhir, Seleksi Mandiri Jalur UTBK gelombang 2. Peluang terakhir yang aku miliki untuk masuk PTN di tahun ini. Namun bukan itu yang ingin aku pertegas kali ini. Ada sedikit cerita yang kurasa sebagai wujud hadiah kasih dari Tuhan untukku.

Sejak pertama memilih, ketika pemilihan prodi di SNMPTN, bermacam-macam perasaan negatif secara brutal terngiang dalam pikiranku. Sedih, kalut, takut gagal, merasa sendiri, tidak ingin merasa tertinggal, takut kehilangan, takut dengan penolakan, dan banyak perasaan lain begitu menghantui.

Orang-orang berkata bahwa malam itu waktunya untuk termakan pikiran-pikiran negatif. Tapi kala itu, rasanya setiap detik bongkahan khayalan buruk mengitari hari-hariku. Aku merasa sendiri dan benar-benar tidak tahu arah kecuali karena adanya dua orang manusia dalam hidupku sebagai seorang kawan. Bukan aku tidak merasa istimewa dengan kawan-kawanku sebelumnya, namun mereka menghadirkan makna kawan dalam definisi berbeda.

Aku bukan termasuk manusia yang mudah menyampaikan apa yang aku pikirkan dan apa yang aku rasa. Tetapi kepada mereka, aku lebih bisa menjadi diriku sendiri dengan tanpa rasa takut bersikap itu. Banyak hal kudiskusikan dengan mereka. Prosesku meyakinkan diriku sendiri, juga menghadapi tegangnya berdiskusi dengan orang tua. Aku banyak bercerita tentang dilema dalam mengambil keputusan. Keputusan-keputusan besar seperti pemilihan prodi, hingga hal sederhana layaknya menentukan submateri apa yang akan aku dipelajari berikutnya. Atau bahkan sekadar berkeluh kesah masalah keseharian, karena tanggungan materi yang begitu banyak, misalnya.

Jalanku tidaklah sama dengan beberapa yang orang lain, sedikit menunggu lebih lama dan mencoba lebih banyak. Jika aku berhasil masuk PTN, salah duanya berkat mereka. SBMPTN-ku memang tidak lolos, namun aku secara personal mengapresiasi usahaku dan segala hal dibalik proses itu sehingga mendapatkan nilai yang mengantarkanku sampai di titik ini.

Dalam tulisan ini aku sembari menyampaikan terima kasihku kepada semua pihak, dan dalam hal ini adalah kedua kawanku, atas banyak hal yang diberikan. Dukungan, doa, motivasi, bermacam pertimbangan, bahkan media belajar. Tidak ada yang bisa aku berikan kecuali harap dan doa yang terbaik semoga selalu untuk mereka.

Aku menilai bahwa hidupku sangat beruntung dan berharga. Memang bukan kehidupan yang seratus persen dihadapi dengan tawa. Tapi bagiku, ini sempurna dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ada beragam cerita bahagia, lucu, sedih, haru, dan yang biasa saja. Aku rasa, semua pengalaman itu yang membuat setiap manusia menjadi berbeda.:slight_smile:

1 Like