Menginjeksi Diri dengan Interjeksi

Menginjeksi Diri dengan Interjeksi

image

Apakah anda merupakan kaum yang sering menggunakan kata itu? Jika iya, apakah anda tahu kegunaan kata-kata tersebut? Jika anda tahu, apakah anda mengetahui istilah dalam kaidah bahasa Indonesia dalam menyebut kata itu? Jika anda tahu, jangan baca tulisan ini, namun bila sebaliknya, mari bersama-sama kita belajar terkait hal tersebut. Penggunaan kata tersebut dinamakan interjeksi. Secara umum, interjeksi merupakan bagian dari ilmu Sintaksis, dan erat kaitannya dengan kata tugas. Kata tugas mempunyai arti gramatikal namun tidak memiliki arti leksikal. Selain itu, makna dari kata tugas ditentukan dari kaitannya dengan kata lain dalam frasa maupun kalimat dan tidak dapat ditentukan oleh kata itu sendiri (Alwi, 2017). Dalam penggunaannya, kata tugas terbagi menjadi preposisi, konjungsi, interjeksi, artikula, dan partikel penegas (Pratami, Emidar, & Ratna). Pada kesempatan kali ini kita akan mengulik lebih dalam mengenai Interjeksi.

Interjeksi dapat dimaknai dengan kata seru, penekanan dalam mengungkapkan rasa hati penutur. Karena digunakan dalam pengungkapan rasa hati, maka interjeksi berhubungan dengan rasa hati, seperti rasa kagum,sedih, heran, dan jijik, jengkel dan rasa hati lainnya (Alwi, 2017). Contoh penggunaannya ialah saat pengungkapan rasa jengkel pada teman yang terlampau terlambat datang pada suatu acara. Kita tak akan mengungkapkannya dengan kalimat “Lama sekali kau datang”. Kalimat tersebut belum mampu mewakili ungkapan hati si penutur. Hal yang berbeda akan terasa jika si penutur mengatakan “Buset, lama sekali kau datang!”. Dengan penggunaan kalimat tersebut tentu akan lebih mengungkapkan fakta dan rasa hati akan tersampaikan. Contoh lain ialah penggunaan kalimat “Amboi, tampan sekali kau malam ini”, akan lebih mengungkapkan rasa hati dan fakta ketimbang penggunaan kalimat “Tampan sekali kau malam ini”. Penggunaan interjeksi biasanya digunakan di awal kalimat dan diikuti oleh tanda koma setelah interjeksi tersebut.

Interjeksi tidak bertalian dengan kata setelahnya dan memiliki bentuk dasar maupun bentuk turunan (Alwi, 2017). Bentuk interjeksi dapat dikelompokkan berdasarkan perasaan yang diungkapkan yakni, 1) Interjeksi kejijikan, meliputi kata idih, iyuh, ih, bah, cih. Contoh kata tersebut dalam kalimat ialah sebagai berikut, “Idih, kau terlalu berharap pada pacarmu*”, “iyuh, ludahmu kena wajahku!”.* 2) Interjeksi kekesalan, meliputi kata sialan, brengsek, keparat, jancuk. Bentuk interjeksi kekesalan dalam kalimat dapat diwujudkan dengan “Sialan, preman pasar itu datang lagi”. 3) Interjeksi kekaguman, meliputi kata amboi, aduhai,asyik, Maasyaallah. Contoh penggunaan interjeksi tersebut ialah, ”Aduhai, rumah itu besar sekali”, dan “amboi, kekar sekali badannya”. 4) Interjeksi kesyukuran, seperti pada kata syukur, alhamdulillah. Contohnya ialah pada kalimat “alhamdulillah, saya diterima jadi PNS”. 5) Interjeksi keheranan, meliputi kata aduh, aih, loh. Contoh penggunaannya dalam kalimat ialah “loh, kok kamu sudah wisuda ?”. 6) Interjeksi kekagetan, seperti kata astaga, astagfirullah, yaampun. 7) Interjeksi harapan, contohnya pada kata insyaallah. 8) Interjeksi ajakan, seperti ayo, mari, yuk. 8) Interjeksi simpulan; Nah.

Interjeksi digunakan dalam ragam tulis maupun lisan, dan umumnya dijumpai dalam percakapan. Oleh karena itu interjeksi lebih bersifat tidak formal. Pembaca yang budiman, mempelajari kaidah bahasa memang rumit, tapi percayalah, tidak ada kebaikan yang harus disesalkan. Belajar adalah kewajiban tiap manusia dan tanda bahwa ia masih punya semangat hidup. Mari, kita terus berolahraga otak dengan belajar!

Daftar Pustaka

Alwi, H. (2017). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Pratami, I., Emidar, & Ratna, E. (2016). Penggunaan Kata Tugas dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas VII. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 161-168.