Mengenal Tradisi Wahyu Kliyu

images - 2021-12-11T112040.165

Wahyu kliyu merupakan upacara adat tepatnya di Dusun Kendal, Desa Jatipuro, Karanganyar, Jawa Tengah sebagai upacara tolak bala. Upacara adat ini diperingati setiap bulan suro tanggal 15, dimana pelaksanaanya ditengah malam pada saat bulan purnama. Menurut cerita, upacara adat ini sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak zaman Ki Renggo Wijoyo yang pada saat itu menjabat sebagai kepala desa. Pada saat itu, wilayah Jatipuro dilanda musim paceklik, kekeringan dan muncul berbagai penyakit yang menyebabkan masyarakat meninggal. Wahyu kliyu rutin diadakan sebagai wujud rasa syukur warga. Warga sekitar mempercayai jika upacara adat ini dihentikan maka akan menyebabkan malapetaka.

Wahyu kliyu ini berupa upacara sebaran kue apem yang terbuat dari adonan tepung beras yang digoreng dengan minyak kelapa. Setiap kepala keluarga diwajibkan membuat 344 buah kue apem yang kemudian dimasukkan kedalam tenggok (wadah yang terbuat dari anyaman bambu) dan selanjutnya dibawa ketempat diadakannya wahyu kliyu. Alasan mengapa upacara adat ini menggunakan kue apem sebagai medianya karena menurut filosofi jawa kue apem merupakan simbol permohonan ampun atas kesalahan. Selain membawa kue apem, warga juga diwajibkan membawa selembar daun pisang yang nantinya digunakan untuk alas dan tutup saat sebaran kue apem berlangsung.

Upacara ini dimulai dengan bacaan basmalah kemudian dilanjutkan berdzikir membaca lafal “ Yaa Hayyu Ya Qayyum” atau sekarang diganti menjadi “Wahyu Kliyu” sembari melemparkan apem satu demi satu di atas daun pisang yang dijadikan alas. Alasan mengapa lafalnya diganti menjadi “Wahyu Kliyu” dikarenakan orang jawa yang susah dalam mengucap bahasa arab. Makna dari kalimat “Yaa Hayyu Ya Qoyyum” yaitu meminta kehidupan dan kekuatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara adat ini hanya khusus diikuti kaum laki – laki. Kaum perempuaan tidak diperbolehkan mengikuti upacara wahyu kliyu ini kecuali hanya sebagai penonton saja.

Setelah kue apem terakhir dilempar, kue apem tersebut kemudian ditutup dengan daun pisang kemudian didoakan untuk mengakhiri ritual pelemparan kue apem. Kue apem yang sudah didoakan dipercaya dapat membawa manfaat seperti dapat menyembuhkan segala penyakit dan daun pisang yang digunakan sebagai alas wadah pelemparan kue apem jika diberikan ke hewan ternak maka hewan itu dapat berkembang biak dengan baik.