Mengapa saya memilih jurusan AN?

Perkenalkan, saya Alicia Reinada. Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Administrasi Negara.Disini saya akan bercerita mengapa saya berkeinginan untuk masuk UNS dan mengambil jurusan Administrasi Negara? Sejak awal memasuki SMA, Ibu saya menyarankan saya untuk mengambil jurusan IPA, beliau pun berkeinginan agar saya menjadi Psikiater karena menurut beliau saya memiliki potensi di bidang Saintek. Namun, seiring berjalannya waktu saya kurang bisa mengikuti pelajaran karena saya ternyata tidak terlalu mahir di Saintek. Lalu saat memasuki kelas 3 SMA, banyak sekali perdebatan antara saya dan Ibu saya mengenai jurusan kuliah. Keinginan saya dengan kemauan orangtua saya sangat bertolak belakang.
Namun, pada akhirnya Bapak saya membantu saya untuk berbicara dengan Ibu saya, lalu beliau pun setuju jika saya ingin lintas jurusan. Dari awal, keinginan saya adalah masuk ke Ilmu Komunikasi di Universitas Airlangga. Tetapi, karena masih pandemi, orangtua saya tidak mengizinkan saya untuk tinggal sendiri. Saya hanya diperbolehkan untuk berkuliah di Solo. Awalnya saya kecewa, karena sejak lama mimpi saya adalah berkuliah di Universitas Airlangga. Namun, setelah saya renungkan, saya harus bersyukur dan mengalah, karena Ibu saya pun sudah merestui saya untuk lintas jurusan.
Perjuangan pun dimulai, saya mengikuti bimbel 5 bulan sebelum UTBK untuk mengejar materi Soshum yang sebelumnya belum pernah saya pelajari sama sekali dibangku SMA. Saya memilih jurusan Ilmu Komunikasi dan Sastra Inggris di UNS. Naik turun saya lalui, saya harus membagi waktu antara sekolah dan bimbel. Lalu bulan April pun tiba, saya merasa sudah cukup mampu untuk mengikuti UTBK. Tetapi, lagi-lagi saya diberi ujian oleh Allah SWT. Seminggu sebelum UTBK, badan saya drop dan diharuskan untuk opname, dokter pun menyarankan untuk operasi. Ibu saya sudah menasehati saya untuk ikhlas jika memang tidak bisa mengikuti UTBK. Beliau pun langsung mendaftarkan saya di Universitas Islam Indonesia.
Ya… mau bagaimana lagi, saya mencoba menerima. Lalu H-1 UTBK, saya diperbolehkan dokter untuk mengikuti ujian, saya senang namun mental dan kesehatan saya belum stabil. Saat hari pelaksanaan UTBK, saya muntah sebelum memasuki ruang ujian, kepala saya sangat pusing dan saya sama sekali tidak bisa mengerjakan UTBK dengan maksimal. Keluar dari ruang ujian, saya menangis, kecewa, dan merasa tidak adil. Perjuangan saya selama ini sia-sia, saya sudah sangat yakin jika saya tidak akan diterima, dan firasat saya pun benar, saya tidak lolos UTBK.
Tetapi, saya tidak menyerah, saya mencoba ujian Mandiri dan masih kekeh dengan pilihan saya yaitu Ilmu Komunikasi. Namun, lagi-lagi saya gagal karena banyaknya pesaing yang ingin masuk ke jurusan tersebut. Lalu saya sholat istikharah meminta petunjuk kepada Allah SWT. Lalu tiba-tiba keesokan harinya tiba-tiba terlintas di benak saya, “wah, kalo yg milih jurusan ilkom banyak bgt, nanti cari kerja juga makin susah dong?”. Lalu saya pun akhirnya mencari jurusan yang mempunyai prospek kerja tinggi namun tidak terlalu banyak pesaing dan masih di ranah FISIP, Administrasi Negara. Ibu saya pun senang mendengarnya, karena ternyata dahulu almarhum kakek saya ialah dosen Administrasi Negara. Lalu saya mencoba lagi ujian Mandiri Tahap II.
Saya hanya mengisi satu pilihan yaitu Administrasi Negara dan berkat usaha saya dan restu kedua orangtua, saya diterima. Alhamdulillah…
Hikmah yang dapat saya ambil adalah, kunci dari perjuangan adalah sabar dan ikhlas menerima. Karena, Allah SWT pasti sudah menyiapkan yang terbaik untuk hamba-Nya, apalagi bagi dia yang mau berusaha. Sekian cerita saya mengenai perjuangan saya untuk memasuki Universitas Sebelas Maret jurusan Administrasi Negara. Semoga bisa menginspirasi, dan saya memohon maaf bila ada salah kata. Terimakasih