Membangun Karakter Anak Sejak Dini: Peran Sinergis Guru dan Orang Tua dalam Lingkungan Sekolah Dasar

RININTA MUTIARA AYU

mutiaraayu832@gmail.com

ABSTRAK

Pembentuk karakter anak sejak kecil sangat penting dalam pendidikan dasar, karena bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai moral, etika, dan tanggung jawab sosial. Sekolah dasar merupakan lingkungan yang tepat untuk proses ini, di mana peran guru dan orang tua harus bekerja sama dengan baik. Artikel ini menekankan pentingnya kerja sama yang selaras antara guru sebagai pendidik formal dan orang tua sebagai pihak pertama yang mengasuh anak sehari-hari. Jika keduanya memiliki tujuan dan komitmen yang sama, maka pembentukan karakter anak dapat dilakukan dengan lebih efektif dan konsisten, baik di rumah maupun di sekolah. Dengan komunikasi yang terbuka, pembagian tugas yang jelas, serta dukungan aktif dalam berbagai kegiatan pendidikan, kolaborasi antara guru dan orang tua dapat membentuk anak yang tidak hanya pandai di bidang akademik, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat, penuh empati, dan tangguh menghadapi berbagai tantangan.

Kata kunci: pendidikan karakter, anak usia dini, peran guru, peran orang tua, sekolah dasar

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter sejak usia dini sangat penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga memiliki kejujuran, tanggung jawab, serta perhatian terhadap orang lain. Sekolah dasar adalah tahap awal dalam membentuk nilai-nilai dasar seperti jujur, disiplin, empati, dan kerja sama, karena masa ini adalah waktu ketika anak mulai memahami aturan dan norma dalam kehidupan sosial. Di era digital ini, dengan banyaknya informasi yang tidak terkontrol dan tekanan dari lingkungan sosial, maka pendidikan karakter anak perlu diperhatikan dengan lebih serius oleh semua pihak.

Dalam situasi ini, kerja sama antara guru dan orang tua sangat penting. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi teladan dalam membentuk perkembangan perilaku dan nilai-nilai etika anak di sekolah. Sementara itu, orang tua adalah pendidik pertama di rumah yang memberikan contoh dan nilai-nilai moral sehari-hari. Jika guru dan orang tua bekerja sama dengan baik, maka proses pendidikan karakter anak akan lebih baik dan konsisten, baik di sekolah maupun di rumah.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menaruh perhatian besar terhadap pentingnya penguatan pendidikan karakter. Melalui berbagai kebijakan seperti Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), integrasi nilai-nilai karakter dalam Kurikulum Merdeka, serta penerapan profil Pelajar Pancasila, pemerintah mendorong pembentukan karakter peserta didik secara menyeluruh. Lebih lanjut, kolaborasi lintas sektor antara sekolah, keluarga, dan masyarakat terus diperkuat, salah satunya melalui gerakan pembiasaan karakter seperti Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) yang telah diimplementasikan di berbagai daerah.

Namun, di lapangan, penerapan pendidikan karakter masih menghadapi beberapa masalah nyata. Banyak sekolah masih mengutamakan pencapaian nilai akademik dan mengabaikan pembentukan karakter siswa. Masalah seperti perundungan, penggunaan gawai secara tidak benar, kurangnya teladan dari guru, serta rendahnya partisipasi orang tua dalam proses belajar masih sering terjadi. Selain itu, perubahan kurikulum yang terjadi cukup cepat dan kurangnya pelatihan bagi para guru menyebabkan nilai-nilai karakter belum benar-benar terinternalisasi dengan baik. Di sisi lain, tidak semua orang tua memiliki pemahaman yang cukup tentang cara mendukung pengembangan karakter anak secara berkelanjutan di rumah.

Melihat pentingnya kerja sama antara guru dan orang tua dalam membentuk karakter anak sejak dini, artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya kolaborasi tersebut di lingkungan sekolah dasar. Selain itu, artikel ini juga akan membahas berbagai hambatan yang dihadapi serta menawarkan strategi dan praktik terbaik yang dapat diterapkan dalam konteks pendidikan karakter yang sesuai dengan kondisi dan perubahan zaman.

PEMBAHASAN

Pendidikan karakter sejak usia dini, khususnya di jenjang Sekolah Dasar (SD), merupakan fondasi penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas, tanggung jawab, dan kepekaan sosial. Pada masa ini, anak-anak sedang memasuki tahap perkembangan psikososial yang kritis di mana mereka mulai menginternalisasi norma dan nilai sosial sebagai bagian dari identitas diri mereka (Erikson, 1963). Oleh karena itu, SD menjadi arena strategis untuk menanamkan nilai-nilai dasar seperti kejujuran, empati, kedisiplinan, dan kerja sama, yang akan menjadi modal utama bagi perkembangan pribadi dan sosial mereka di masa depan.

Namun, pendidikan karakter tidak bisa dilakukan secara parsial oleh satu pihak saja. Sinergi antara guru dan orang tua sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang harmonis dan konsisten. Guru berperan sebagai pendidik sekaligus teladan yang hidup dalam menanamkan nilai-nilai karakter melalui pembelajaran kontekstual dan pendekatan aktif. Studi Handoko et al. (2023) mengungkapkan bahwa guru yang mampu mengintegrasikan nilai karakter dalam pembelajaran sehari-hari, menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek dan refleksi, akan lebih efektif dalam membangun karakter siswa. Akan tetapi, tantangan besar masih dihadapi seperti keterbatasan pelatihan guru dan dominasi orientasi akademik yang masih kuat.

Di sisi lain, orang tua sebagai pengajar utama di rumah memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk nilai-nilai karakter anak dalam kehidupan sehari-hari. Cara orang tua mendidik anak dan budaya keluarga secara garis besar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan karakter. Penelitian oleh Feranina dan Komala (2022) menunjukkan bahwa dengan terus-menerus menerapkan nilai seperti jujur, tanggung jawab, dan sopan santun di rumah, akan memperkuat pengembangan karakter anak. Sayangnya, dalam praktiknya, tekanan sosial dan ekonomi, serta kurangnya kesadaran, sering menghambat peran aktif orang tua dalam pendidikan karakter.

Kolaborasi guru dan orang tua harus dibangun secara berkelanjutan melalui komunikasi yang intens dan keterlibatan aktif dalam berbagai program sekolah. Contohnya, di SDN 02 Cipete, Jakarta Selatan, penerapan program “Sekolah Ramah Anak” yang melibatkan komunikasi digital rutin antara guru dan orang tua melalui aplikasi pelaporan karakter berhasil meningkatkan perilaku positif siswa dan menurunkan kasus bullying (Yuliana & Prasetyo, 2023). Begitu pula di SDN Karanganyar 01, Jawa Tengah, program Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) yang melibatkan pembiasaan nilai bersama antara sekolah dan rumah menunjukkan hasil yang signifikan dalam pembentukan karakter dan pengelolaan emosi siswa (Sari et al., 2022).

Namun, menerapkan pendidikan karakter juga menghadapi tantangan baru di era digital. Anak-anak banyak terpapar gadget dan media sosial, yang bisa merusak nilai-nilai seperti empati dan disiplin jika tidak dikelola dengan baik. Di SDN 1 Bandung Timur, para guru dan orang tua bekerja sama untuk menetapkan batasan penggunaan gadget serta memberikan pelatihan literasi digital kepada orang tua agar dapat memantau anak-anak secara lebih efektif. Ini membantu mengurangi dampak negatif teknologi terhadap pendidikan karakter (Rosfiani et al., 2023). Pendidikan karakter saat ini harus berkembang dengan memasukkan aspek literasi digital dan etika media agar anak-anak dapat menggunakan teknologi secara bijak.

Pemerintah Indonesia sangat menekankan pengembangan pendidikan karakter melalui kebijakan seperti Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter dan Kurikulum Merdeka yang mengintegrasikan Profil Pelajar Pancasila. Namun, seperti yang terlihat di daerah terpencil seperti SDN Gunung Kidul, penerapan kebijakan ini belum efektif karena kurangnya pelatihan guru, fasilitas komunikasi yang buruk, dan partisipasi orang tua yang rendah (Nurhadi & Lestari, 2023). Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak serta pelatihan yang berkelanjutan sangat penting untuk menutupi kesenjangan ini.

Selain itu, memperkuat pendidikan karakter melalui kearifan lokal merupakan strategi yang efektif untuk memperkuat identitas anak dan nilai-nilai nasional di tengah globalisasi. Dengan mengintegrasikan nilai budaya lokal ke dalam pendidikan karakter, siswa dapat lebih terhubung secara emosional dan memahami nilai-nilai nasional, seperti yang ditunjukkan oleh Nuraeni et al. (2024). Secara keseluruhan, pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan pendidikan yang holistik dan kolaboratif.

Sinergi antara guru dan orang tua, sebagai dua pilar utama pendidikan, harus dibangun melalui komunikasi yang terbuka, partisipasi aktif, serta nilai-nilai yang sama. Selain itu, pendidikan karakter juga harus disesuaikan dengan dinamika masa kini, seperti literasi digital dan kearifan lokal, agar perkembangan karakter anak dapat berlangsung secara lengkap dan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi individu yang kuat, bertanggung jawab, dan adaptif menghadapi kondisi dunia yang terus berubah.

KESIMPULAN

Pendidikan karakter di sekolah dasar merupakan fondasi penting dalam membentuk generasi yang jujur, tanggung jawab, dan paham sosial. Keberhasilan pendidikan karakter tidak hanya bergantung pada peran guru sebagai pelaku pendidikan dan teladan di sekolah, tetapi juga pada keterlibatan aktif orang tua sebagai pendidik utama di rumah. Kerja sama yang kuat antara guru dan orang tua melalui komunikasi dan kolaborasi yang terus-menerus dalam berbagai program pembentukan karakter dapat meningkatkan efektivitas dalam membentuk karakter anak.

Tantangan zaman digital dan kekompleksan masyarakat saat ini memerlukan penyesuaian metode pendidikan karakter, termasuk pengembangan literasi digital dan etika media. Kebijakan pemerintah yang mendukung peningkatan pendidikan karakter harus didukung oleh pelatihan guru yang memadai serta keterlibatan keluarga dan masyarakat, terutama di daerah terpencil yang menghadapi keterbatasan sumber daya. Menerapkan pendidikan karakter yang mengintegrasikan kearifan lokal dan disesuaikan dengan dinamika zaman merupakan strategi yang tepat untuk memperkuat identitas budaya sekaligus membentuk karakter anak secara holistik dan berkelanjutan.

Dengan cara ini, pendidikan karakter yang dibangun melalui kerja sama sinergis antara guru dan orang tua akan menghasilkan generasi muda yang adaptif, memiliki dasar moral yang kuat, serta siap menghadapi tantangan masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Nurwataniah, N., et al. (2022). The Implementation of Character-Based Curriculum to Improve Akhlakul Karimah in Alam Elementary School. PrimaryEdu. Diakses dari: https://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/primaryedu/article/view/3590

Feranina, T. M., & Komala, C. (2022). Sinergitas Peran Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak. Jurnal Perspektif, 6(1), 1–12. Diakses dari: https://perspektif.uinsgd.ac.id

Kemendikbudristek. (2022). Panduan Kurikulum Merdeka. Diakses dari: https://kurikulum.kemdikbud.go.id

Widyastuti, T. M., & Muwa, M. S. (2023). Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini di Kelurahan Purwomartani. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 11(1). Diakses dari: https://jurnal.ar-raniry.ac.id

Tarusu, D., Langi, M. S., & Palotongan, K. (2023). Penguatan Karakter Anak melalui Pembelajaran Sosial-Emosional: Kolaborasi Sekolah dan Keluarga di SD Negeri 7 Tondano. Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan, 3(4). Diakses dari: https://jerkin.org

Hamka, M. S. (2023). Pentingnya Peran Orang Tua dan Guru terhadap Kualitas Karakter Islami Anak. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi (JIPP), 1(3), 103–111. Diakses dari: https://jurnalcendekia.id

Handoko, H., Sartono, E. K., & Retnawati, H. (2023). The Implementation of Character Education in Elementary School: Strategy and Challenge. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. Diakses dari: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/view/62102

Rosfiani, O., et al. (2023). Tantangan Guru PAI dalam Mengintegrasikan Nilai Karakter di Era Digital. Jurnal Teaching. Diakses dari: https://jurnalp4i.com/index.php/teaching/article/view/6464

Kemenko PMK. (2025). Pemerintah Tata Ulang Pendidikan Karakter Bangsa. Diakses dari: https://www2.kemenkopmk.go.id

Kemendikbudristek. (2025). Sinergisitas 3 Kementerian Perkuat Pendidikan Karakter melalui Pembiasaan di Satuan Pendidikan. Diakses dari: https://cerdasberkarakter.kemendikdasmen.go.id

Kemendikbudristek. (2025). Implementasi G7KAIH Jadi Role Model Pembiasaan Karakter di Satuan Pendidikan Jawa Tengah. Diakses dari: https://cerdasberkarakter.kemendikdasmen.go.id