Manusia yang Tamak

Berawal dari memasuki SMA dengan rasa terpaksa memilih jurusan IPA hanya karena takut gagal jika melawan keinginan orang tua dan kakak. Dari awal memang sudah tidak bisa, aku yang senang dengan sejarah, politik dan segelintir dunia sosial, kuat-kuat menelan pahitnya kenyataan. Hingga aku sampai pada titik, “Ah kok masih hidup?” setiap bangun dari tidur. Sadar bahwa mati tidak masuk ke dalam daftar pilihan, membuatku berani mengambil langkah. Berbicara, membujuk, dan memohon pada keluarga untuk membiarkanku mengejar impianku di jurusan seberang, dan berhasil. Memulai awal baru, pelajaran baru di bangku SMA kelas 12 di sebuah tempat bimbingan belajar. Kembali ke tahun 2014, tepatnya saat aku duduk di bangu SD kelas 6 yang mulai mencari tahu jenis pekerjaan yang ada di dunia, kampus terbaik di Indonesia bahkan dunia, ilmu-ilmu yang dipelajari di dunia, dan hal lain yang membuatku menentukan pilihan untuk harus bisa kuliah di jurusan psikologi universitas A. Optimis dengan cita-citaku yang bahkan keluargaku pun tidak yakin dengan potensiku. Mengikuti seleksi perguruan tinggi nasional dan gagal rasanya bukan masalah, karena aku tidak memilih universitas A. Kembali mengikuti seleksi perguruan tinggi jalur mandiri di 5 universitas. Menunggu pengumuman yang mana dalam satu hari ada 2 universitas yang mengumumkan, salah satunya kampus ini. Di pagi hari, 30 Juni 2021, sesaat bangun dari tidur dengan malas membuka pengumuman, dan dinyatakan lulus di jurusan Administrasi Negara Universitas Sebelas Maret. Sama sekali tidak ada rasa senang, bahagia, bahkan syukur. Aku takut kalau nantinya terpaksa menerima kenyataan bahwa memang harus melanjutkan pendidikan di kampus ini. Kampus dan jurusan yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan, padahal salah satu kakak ku alumninya. Menetapkan hati untuk menunda pendaftaran ulang karena masih menunggu pengumuman universitas lain. Hingga kenyataan dan mungkin takdir (kata orang-orang) datang menampar bahwa aku gagal di universitas A dan satu universitas lainnya yang aku harapkan juga. Dengan terpaksa dan dalam waktu yang mepet, aku mendaftar ulang di UNS. Menimbang-nimbang dan membujuk orang tua untuk gap year yang mana sudah pasti usulan itu ditolak mentah-mentah. Merasa menjadi manusia paling tidak berguna dan bodoh karena cita-citanya tidak tercapai, marah dengan ucapan selamat dari keluarga dan saudara, hingga marah dengan nasihat orang lain bahwa mungkin ini yang terbaik untukku. Setidaknya 14 hari pertama sibuk membenahi diri, untuk tidak berbuat macam-macam, menimbang perlukah aku pergi ke psikolog untuk terapi, takut dengan segala kemungkinan yang aku buat sendiri dengan super detail dalam pikiranku, dan hal gila lainnya. Sekarangpun masih, jelas tidak separah waktu itu, tapi cukup untuk stres, rambut rontok, tidak nafsu makan, hingga berakhir dengan turunnya berat badan tanpa diet. Menimbang lagi, apa aku harus coba lagi tahun depan? Tapi aku belum tahu apa aku cocok di sini. Melihat banyak dari teman-temanku yang nampaknya bahagia bisa diterima disini, dan juga sedih melihat salah satu sahabatku yang gagal masuk universitas ini. Berharap tetap disini dengan pikiran, “Aku harus bersyukur,” namun sulit rasanya jika tidak mencoba lagi padahal aku masih punya kesempatan. Tahaaan, tahan. HEI DIIIN, kamu kan pernah doa, kamu minta ke Tuhan kamu dipilihkan universitas yang paling baik untuk kamu, kamu juga minta buat dijadiin wanita kuat, mungkin ini loh caranya, kalo kamu bisa lewatin ini semua, artinya kamu udah jadi wanita kuat sesuai doa yang kamu pinta setiap sujud. Tuhan emang gak ngasih jawaban langsung dengan jelas, tapi yang jelas, dia sayang dan cinta sama kamu. Kamu gak sendirian di dunia ini, semua orang pasti punya masalah, mereka semua berjuang. Kamu itu dicintai Din.

5 Likes

Wah sampai rambut rontok. :worried:

Kadang, cara bersyukur itu, melihat orang yang lebih kurang beruntung dari kita. Melihat ke bawah.

Kalau bisa kembali ke masa kuliah, minimal motivasi datang ke kampus, cuci mata.

Cuma sekarang lagi korona, terpaksa cuci matanya pakai air keran aja.

1 Like

miris ya :cry:

bagiku, bersyukur itu bisa dirasakan ketika aku tau bahwa aku bahagia dengan hal sepele, kurang enak rasanya jika bahagia karena melihat mereka yang di bawah aku. aku bersyukur karena diri ini masih bisa menjadi pembangkit suasana sekitar tanpa mereka tau hal bahwa aku itu menyedihkan.

kuliah offline juga menjadi salah satu impianku, setidaknya dengan kuliah di UNS secara langsung, aku bisa sedikit Move on, dan tentu saja cuci mata.
terima kasih atas komentarnya :blush:

3 Likes

Kita harus tetap bersyukur,karena berayukur adalah salah satu cara untuk menjauhkan kita dari rasa iri dengki

2 Likes

Setidaknya dengan bersyukur menjadikanmu merasa cukup dan bahagia

1 Like

menurut saya, sebenarnya untuk kampus negeri maupun swasta itu sama saja, tergantung pribadi sendiri sendiri bisa mengikuti pembelajarannya atau tidak, kadang ada yang kuliah di kampus negeri ada yang hasilnya baik maupun sebaliknya, namun juga ada yang kuliah di swasta dan hasilnya pun juga sama ada yang baik dan tidak, intinya negeri dan swasta itu sama saja, tergantung kita menyikapinya, jangan lupa bersyukur, rencana Allah lebih baik untuk kita​:blush::pray:t3:

1 Like

Kita harus bersyukur jangan mudah putus asa karena diluar sana masih banyak orang yang membutuhkan kita semua

Jangan patah dan slalu bersyukur dengan apa yang terjadi karena tuhan sedang merancang suatu hal yang terbaik untuk diri kita

Wah ikut merasa sedih ya…

Tapi dari sini kita bisa ambil pelajarannya bahwasannya kita harus selalu bersyukur apa yg telah kita terima dan kita dapatkan dr Tuhan, belum tentu orang lain bisa sama seperti kita. Terkadang keinginan kita dan orang tua tidak selalu sama, tidak semua orang tua juga mau mendukung keinginan anak sendiri walaupun menurut anak nya dia mampu. Keinginan orang tua pun tidak sesuai dengan kemauan kita tapi tanpa kita sadari itulah jalan menuju sukses kita jalan masa depan kita, yg orang tua ingin adalah yg terbaik untuk anaknya di masa yang akan datang. Ini lah yg dinamakan takdir dr Tuhan kita sudah mencoba kemana saja hasilnya tidak diterima itu karena belum jodoh. Jadi jngan lupa untuk selalu bersyukur pd Tuhan, berusaha bekerja keras, serta berdoa untuk pasrah bahwa ini jalan Tuhan yg terbaik…

1 Like

Bersyukur membuat kita merasa cukup

Menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, memang memberi rasa kecewa yang mendalam. Tapi sepatutnya kita juga tahu, akan ada jalan yang terbaik untuk kita kedepannya. Percayalah Allah Kasih Yang Kita Butuhkan, Bukan Yang Kita Inginkan. Tetaplah bersyukur, bangkit, semangat, dan selalu bahagia.

Thanks to Allah .:pray:
Rasa bersyukur yang selalu kurang tapi masih diberi syukur oleh-Nya

Memang sedikit sulit untuk menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Tetapi, pilihan yang kita dapatkan sekarang mungkin adalah jawaban atas segala doa-doa yang telah terucap. Semangat melanjutkan dan jangan lupa bersyukur.

Bersyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan semata-mata merupakan karunia dan kemurahan dari Allah SWT. :sparkling_heart: