Loving My Journey and Who I am Becoming☻

Buat orang yang terbiasa curhat & curcol di private space, lalu tiba-tiba curhat di public space seperi ini, pasti sedikit asing, ya, rasanya?

Iya! Aku juga seperti itu.

Sekali-sekali gak apa-apa, deh, ya!

Aku ingat sekali. Masih tergambar dengan jelas di memoriku, ketika aku masuk sekolah menengah atas, segala angan tentang mimpi dan cita-cita belum tergambar jelas di kepalaku.

Membebani diriku dengan segala tuntutan dan kewajiban bukanlah kebiasaan orang tuaku. Sehingga aku tumbuh dengan penuh keyakinan, bahwa seiring berjalannya waktu, mimpi yang belum kupupuk itu akan tumbuh dengan sendirinya.

Akan tetapi, aku salah. Mimpi itu tidak kunjung tumbuh dan mekar di dalam kepalaku. Aku masih sama, seorang siswa SMA dengan mimpi dan harapan yang buram dan abu-abu.

Aku ingat, kala itu tahun pertamaku di sekolah menengah atas. Saat teman-temanku berlomba menjawab pertanyaan dari guru, aku seolah terjebak dalam waktu yang berhenti, waktu yang tak berjalan, setidaknya untuk diriku sendiri. Melihat teman-temanku mulai berjalan di saat aku masih berusaha untuk merangkak adalah momen di mana aku mengetahui, mau tidak mau aku harus bisa berjalan.

Ada paksaan atau tidak, aku harus berusaha.

Hingga pada waktu itu, di awal tahun keduaku sebagai seorang siswa SMA, aku seperti menemukan diriku yang sebelumnya seolah hilang dariku. Waktu itu aku berkunjung ke indekos kakakku, di salah satu sudut Kota Semarang. Melihatnya hidup di perantauan dan jauh dari rumah yang telah bertahun-tahun kami tinggali. Melihatnya mengenyam pendidikan di salah satu universitas top di Indonesia dengan jurusan yang tidak kalah top, jurusan psikologi.

Sejak itu, aku merasa psikologi adalah mimpiku. Bahwa menjadi psikolog adalah hal yang aku mau.

Saat itu, mengingat jurusan SMA yang ku ambil adalah IPA, sedangkan jurusan psikologi di Indonesia, terlebih di Pulau Jawa, masih didominasi oleh rumpun sosial-humaniora, sempat membuatku dilema. Akan tetapi, aku tidak berhenti. Aku tidak mau kembali ke titik awal. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk mencari jurusan psikologi di Pulau Jawa dengan rumpun sains-teknologi, yang ternyata hanya ada di Universitas Padjajaran dan Universitas Sebelas Maret.

Aku mulai belajar dengan serius ketika memasuki kelas 12. Sedikit terlambat memang, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kan?

Hingga saat pengumuman tiba, ternyata aku tidak mendapatkan barcode di UTBK. Oleh karena itu, aku bertekad untuk mengikuti SM UNS dengan menggunakan nilai UTBK milikku. Tetapi sekali lagi, aku tidak berhasil masuk di jurusan psikologi.

Mungkin ini adalah jawaban dari Allah. Bahwa selalu ada garis kehidupan yang memang sudah digariskan untuk kita. Bahwa di UNS-lah hidupku digariskan.

Rencana manusia memang indah, tetapi aku percaya, seindah-indahnya manusia berencana, rencana Allah pasti jauh lebih indah.

Aku yakin, dengan masuk jurusan agroteknologi, aku akan bisa berkembang dan menjadi manfaat bagi sesamaku.

Tidak dapat dipungkiri, aku pernah sangat sedih hingga aku meragukan diriku sendiri. Akan tetapi, kini aku bahagia bisa menjadi bagian dari agroteknologi, karena ternyata, orang tuaku meletakkan mimpi mereka untukku di sini.

Maka, di sinilah aku sekarang. Menjadi satu dari sekian banyak mahasiswa S1 Agroteknologi Universitas Sebelas Maret. Alhamdulillah. :star2::potted_plant:

image

1 Like

Memang betul curhat di ruang publik itu kadang bikin tidak nyaman.

Tapi…

Mana tahu curhat kita bisa menjadi inspirasi banyak orang.

Itulah namanya kekuatan kata-kata.

Oh ya, nanti kalau memang gak nyaman, nanti curhatnya bisa dihapus kok tahun depan.

benar sekali, Pak. Tidak apa-apa sesekali curhat di ruang publik begini, ternyata bisa bikin lega juga.

Aamiin, aamiin, semoga bisa menginspirasi, hehe.:pray:t2::grin:

1 Like