Lika-liku gerbang perguruan tinggi

Masuk menjadi keluarga besar Universitas Sebelas Maret merupakan cita-cita saya semenjak duduk di bangku sekolah menengah. Bukan tanpa sebab saya memilih universitas tersebut, keinginan saya yang begitu kuat agar menjadi salah satu mahasiswanya dimulai dengan ketidak percayaan diri saya terhadap potensi apa yang saya punya. Inssecure adalah kata yang berada di dalam kepala saya ketika saya akan melakukan sebuah peningkatan. Layaknya mungkinkah saya bisa? Saya pasti gagal, merupakan kalimat yang terpikir ketika mengikuti setiap pendaftaran masuk perguruan tinggi. Memiliki teman yang toxic di bangku sekolah menengah membuat rasa rendah diri menjadi-jadi.

Kegagalan pasti menyertai disetiap rintangan kehidupan. Hirup pikuk problematika kehidupan terkadang membuat individu mulai merasa tidak bisa melewatinya. Kondisi ini saya alami sebelum memasuki dunia perkulihan. Kegalalan yang saya alami bermula dari pendaftaran SNMPTN. Walaupun saya lolos dalam seleksi sekolah namun, saya gugur dalam pengumuman akhir. Jujur, hati dan pikiran saya semua hancur. Menangis setiap hari saya lakukan dan menganggap bahwa saya sudah gagal. Namun, menangis tidak dapa merubah segalanya. Hal pertama yang saya lakukan setelah mendapatkan kegagalan tersebut adalah mulai menata mental dan psikis saya. Mulai dari konsultasi ke psikolog hingga mulai instropeksi diri sendiri yang membuat saya untuk lebih menjauhi keramaian.

Terlepas dari itu semua, hanya tuhanlah yang menjadi jalan akhir dari semua problematika kehidupan. Kegiatan religi mulai saya lakukan. Namun, kegagalan tidak hanya satu kali. Saya memulai memberanikan diri untuk mengikuti berbagai macam masuk perguruan tinggi, salah satunya adalah masuk politeknik,mandiri UGM, mandiri UNS gelombang 1 hingga SBMPTN namun, itu semua sia-sia. Mental saya kala itu sudah mati rasa kiranya. Semua saya sudah lakukan dan pada saat itu saya merasa bahwasannya saya gagal dan tidak mendapatkan kesempatan masuk dunia perkuliahan. Namun, saya yakin dan percaya bahwasannya saya masih diberi cobaan.

Kesempatan kedua pun terjadi, saya mengetahui bahwasannya UNS membuka gelombang kedua pendaftaran mandiri. Sempat dalam diri saya untuk menundanya tahun depan namun, ibu saya mendesak saya untuk mendaftar. Malam-malam akhirnya saya pergi ke ATM untuk membayar biaya pendaftaran. Selama menunggu hasil pengumuman tersebut saya lebih menjalankan sunnah yang ada di agama saya. Sayapun juga tidak terlalu mau memikirkan hal tersebut. hingga datang saat pengumuman tiba, saya juga tidak tau jika jam pengumuman dimajukan. Saya hanya tau jika pengumuman dibuka pukul 18.00 WIB tapi setelah saya buka setelah sholat magrib saya melihat grup sudah ramai dengan menanyakan kabar sudah diterima atau belom. Ternyata dibukanya pengumuman tersebut pukul 16.00 WIB. Saya langsung membuka pengumuman dan akhirnya, ya saya diterima di universitas sebelas maret program studi D3 akuntansi PSDKU. Dalam pengalaman ini saya merasakan bahwasannya tuhan memiliki hadiah kepada umatnya yang sesuai dengan umatnya masing-masing.