Ketika awal pandemi covid-19 melanda di Indonesia banyak masyarakat yang kebingungan atau panik dalam menghadapi situasi tersebut. Hal ini dikarenakan kita memang baru mengenal virus ini sehingga pengetahuan mengenainya belum ada. Banyak agenda yang dibatalkan karena situasinya tidak memungkinkan untuk melaksanakan agenda tersebut. Walaupun di awal belum terlalu terlihat akibat yang ditumbulkan akan tetapi setelah berjalan beberapa bulan ternyata tidak hanya agenda saja yang dibatalkan tetapi kita dipaksa untuk bisa beradaptasi dengan situasi ini dengan mengubah kebiasaan kita agar mampu tetap produktif di tengah pandemi. Salah satu hal yang kita alami khususnya sebagai mahasiswa adalah pembalajaran dalam jaringan(Daring).
Pembelajaran daring ini kita melakukan pembelajaran menggunakan sarana alat komunikasi yang dilakukan di rumah masing-masing. Dalam penerapannya memang ada hal positif dan negatif yang ditimbulkan. Dalam artikel ini saya berusaha mengungkapkan pengalaman saya Ketika menjadi mahasiswa baru di Universitas Sebelas Maret di Kampus Madiun (UNS PSDKU),Ketika pengumuman SPMB diumumkan disitulah saya khususnya yang notabene adalah mahasiswa baru yang gapyear sangat merasa senang dikarenakan impian yang saya inginkan di tahun sebelumnya bisa tercapai. Sebenarnya hal yang saya inginkan pertama kali ketika menjadi mahasiswa baru adalah bisa melakukan kegiatan di kampus seperti layaknya mahasiswa yang identik dengan kampus. Tetapi lagi-lagi pandemi ini memaksa saya dan teman-teman mahasiswa baru untuk melakukan kegiatan secara daring di rumah masing-masing. Setelah semua rangkaian PKKMB UNS dilakukan sekarang adalah kegiatan belajar mengajar di kelas online melalui media zoom maupun google meet.
Awal pembelajaran di semester satu saya masih beradaptasi dengan sistem belajar mengajar serta proses mengenal teman-teman satu kelas. Disinilah dimana kita memang bisa mengenal dia dengan cara berkenalan via whatsapp maupun media sosial lain,akan tetapi disitu hanya sebatas kenal secara fisik atau hanya sekilas. Berbeda jika kita bisa bertemu secara offline sehingga disitu tidak hanya kenal secara identitas akan tetapi kita bisa mengenali berbagai watak dan karakter teman kita sehingga ketika kita berkomunikasi akan mudah mencari bahan pembicaraan. Selain harus bisa mengenali teman ternyata saya juga paling tidak berusaha agar bisa menggunakan media pembelajaran agar dapat mengikuti dan memahami materi yang disampaikan. Sebenarnya letak masalahnya bukan dalam pembelajarannya tetapi ketika saya mau tidak mau harus memiliki alat komunikasi yang spesifikasinya modern agar bisa menginstal software yang dibutuhkan. Ketika hal tersebut terjadi menurut saya disinilah yang memaksa untuk bisa memiliki alat komunikasi terbaru padahal situasi pandemi seperti ini untuk mendapatkan uang sangat sulit apalagi kondisi ekonomi keluarga saya yang menengah ke bawah.
Pada saat kondisi seperti itu mau tidak mau saya harus bergantian dengan adik saya agar bisa mengikuti pembelajaran secara daring. Hal tersebut terus terjadi hingga pertengahan semester satu saya baru bisa memiliki alat komunikasi yang spesifikasi sesuai zaman,dari situ saya berfikir untuk pembelajaran daring ini juga otomatis untuk teman-teman diluar pasti kesusahan untuk bisa mengikuti pembelajaran daring apalagi yang berasal dari keluarga menengah ke bawah di situasi pandemi seperti ini. Hal itulah yang menurut saya adalah kelemahan pembelajaran daring. Walaupun memang dengan daring kita bisa mengurangi mobilitas untuk mencegah penyebaran covid-19 tetapi perlu kita ketahui untuk memenuhi sarana agar bisa belajar kemampuan dari kita berbeda-beda sesuai dengan kondisi ekonomi kita.
Situasi tersebut sebenarnya tidak berhenti disitu saja,walaupun kita sudah memiliki alat komunikasi yang spesifikasinya sudah sesuai dengan perkembangan teknologi ternyata masih ada kendala yang menyebabkan kita kurang maksimal dan ini saya yakini pasti banyak dialami siswa. Kendala itu adalah kendala sinyal yang membuat kita ketika dalam menyimak penjelasan dari dosen menjadi kurang maksimal,padahal dari pihak universitas maupun dunia kerja memiliki kriteria maksimal dalam pembelajaran,yang diharapkan dapat menjadi lulusan yang kompeten. Akan tetapi dengan adanya kendala sinyal ketika kita presentasi hasil kerja kita juga seringkali terkendala, hal ini juga membuat waktu yang dihabiskan menjadi lebih banyak. Dari hal tersebut saya juga yakin karena ini dialami saya sendiri dan teman-teman saya yaitu memang kita paham ketika setelah dijelaskan dan itupun prosentasenya kecil dikarenakan kurang maksimal penyerapan materi yang disebabkan kendala sinyal atau jaringan.
Selain dua kendala diatas sebenarnya dalam pembelajaran daring yang menyebabkan kurang maksimalnya pembelajaran adalah situasi yang tidak kondusif. Hal tersebut dikarenakan kita belajar di rumah masing-masing dimana pasti kondisi sekitarnya berbeda mungkin ada yang tidak fokus jika berkali-kali dimintai tolong orang tua, atau mendengar kebisingan yang ditimbulkan kesibukan aktifitas orang yang ada di rumah kita. Sebenarnya disini saya sendiri juga mau menekankan bukan berarti ketika kita kuliah tidak boleh membantu orang tau tetapi kita fokusnya akan berbeda jika kita bisa terkondisikan di suasana kelas ketika kita bisa offline. Selain itu dengan adanya kuliah daring ini juga menurut saya membuat kurang tertatanya timeline mata kuliah karena banyak ditemui ketika kita daring,mata kuliah banyak yang dilakukan hingga malam hari yang membuat kita kurang dapat memaksimalkan tugas yang diberikan,kemudian jika ada yang memiliki sampingan bekerja secara part-time menjadi kebingungan dengan agendanya.
Dari pemaparan pengalaman saya diatas mungkin banyak menyinggung dampak negatifnya dikarenakan ya memang begitulah yang saya alami dimana banyak yang harus beradaptasi dengan situasi ini,dikarenakan memang kondisilah yang memaksa kita untuk melakukan kebiasaan baru. Menurut saya mungkin butuh koordinasi lagi antara kita sebagai mahasiswa dengan tenaga pendidik,staff universitas maupun pemerintah agar kita bisa saling menikmati sistem yang akan kita jalani hingga akhir pandemi. Koordinasi itu bisa lewat webinar,talkshow maupun diskusi lainnya intinya kita bisa saling bertukar pikiran serta mengungkapkan kondisi kita dalam menghadapi pandemi agar tujuan kita bisa tercapai secara maksimal di situasi yang seperti ini.