Kecelakaan yang Berawal dari Lupa Membawa Bekal

Pada saat saya di bangku SD kelas 5, lebih tepatnya di hari Jum’at, saya seperti biasanya persiapan berangkat ke sekolah dan sarapan pagi. Setelah selesai sarapan saya pun berangkat ke sekolah bersama Ibu yang juga berangkat kerja dan saya pun berpamitan kepada Ibu. Setelah masuk ruangan kelas, saya ingin membuka buku dan mempelajari materi yang akan disampaikan oleh pengajar di sekolah. Pada saat saya membuka tas saya terkejut karena lupa membawa bekal. Saya pun berinisiatif pulang secepatnya agar tidak terlambat masuk kelas. Sesampainya di rumah, saya pun langsung mengambil bekal saya dan minta diantarkan oleh nenek.

Nenek pun mempersiapkan kendaraan yang akan di bawa untuk mengantar saya. Kami pun berangkat dari rumah menuju ke sekolah. Di pertengahan jalan, saya meminta nenek untuk lebih cepat dikarenakan waktu yang sudah hampir terlambat. Saat kami melewati persimpangan, hal yang tak di duga pun terjadi. Saya bersama nenek tertabrak sebuah mobil pick-up. Saya dan nenek terpental jauh saat kejadian tersebut dan saya pun masuk ke selokan dan tak sadarkan diri sejenak. Pada saat saya sudah sadar, saya pun berusaha untuk keluar dari got, dan anehnya saya merasa kaki kanan saya tidak bisa digerakan sama sekali. Lalu, ada warga sekitar tempat kejadian yang membantu saya keluar dari got dan memasukkan saya ke dalam mobil penabrak. Saya dan nenek diantar ke pusat kesehatan terdekat. Kami berdua pun diperiksa dan pihak penabrak pun menghubungi keluarga kami. Setelah diperiksa, dokter berkata kami hanya mengalami luka ringan dan perlu beberapa waktu saja untuk pulih. Ibu pun sampai di pusat kesehatan tersebut dan merasa lega ketika melihat kami tidak mengalami luka yang parah. Dua minggu pun berlalu setelah kejadian itu, tetapi saya merasa kaki kanan saya masih tidak dapat digerakkan sama sekali. Saya dan ibu pun pergi ke pusat kesehatan yang berada di kota untuk melakukan rontgen. Ketika ibu melihat hasil rontgen , dia terkejut dan saya pun bertanya “kenapa bu?”. Ibu pun menjawab “Nak kakimu harus dioperasi agar dapat berjalan normal seperti biasanya.” Saya pun terkejut dan mengikhlaskan apa yang sudah terjadi pada saya. Akhirnya saya pun masuk ke ruang bedah untuk melakukan operasi. Setelah selesai operasi, saya merasa kaki saya seperti ada besi yang tertanam dan ternyata itu adalah pen yang baru pernah saya dengar setelah ibu berbicara kepada saya. Saya pun menjalani perawatan di pusat kesehatan tersebut selama tiga sampai empat hari. Lalu saya pun dibawa pulang untuk menjalani perawatan mandiri. Hari demi hari saya jalani dengan kaki yang terdapat pen didalamnya. Banyak hal yang saya takutkan ketika ada besi yang tertanam pada kaki saya. Seperti contoh, jikalau ada petir kaki saya langsung merasa sangat sakit dan ketika hawa dingin melanda kaki saya merasa linu. Walaupun begitu, saya tidak patah semangat dan memilih untuk optimis jika kaki saya akan sembuh pastinya. Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba untuk melepas pen atau besi yang tertanam pada kaki saya. Saya pun menjalankan operasi lagi dan dirawat inap selama tiga hari di pusat kesehatan. Setelah melakukan perawatan dan menggunakan tongkat tiap hari, saya pun merasa kaki saya sudah dapat digunakan kembali. Namun, Ibu berkata bahwa kesehatan kaki saya belum sepenuhnya normal, jadi masih perlu perawatan lebih lanjut untuk mengembalikan kenormalan kaki saya. Hari demi hari saya lewati dengan masa kaki saya yang tidak sepenuhnya sehat.

Dan pada akhirnya, saya pun sembuh dari kesakitan yang tidak terduga itu. Saya sudah bisa merasakan berjalan kembali. Namun, dokter berkata bahwa jika kaki saya mengalami hal yang sama lagi maka kaki saya sudah tidak tertolong. Pada akhirnya, saya pun sudah jarang melakukan aktivitas yang sekiranya membuat kaki saya sakit. Dan pada akhirnya, saya pun jarang olahraga yang membuat seluruh tubuh saya kesakitan. Namun, dengan kekurangan itu, saya tidak patah semangat dan masih ingin hidup lebih lama lagi. Hal yang dapat saya ambil dari kejadian tersebut yaitu ketika kita menggunakan kendaraan, jangan lupa berdoa dan berhati hati jika berkendara. Saya berharap kepada pembaca agar lebih berhati hati jika berkendara dan hindari kecepatan tinggi jika ingin selamat dari kecelakaan.