Jangan Pernah Berhenti Berharap

Haii semuanya!! Perkenalkan aku adalah mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Aku dilahirkan lima tahun setelah seorang laki-laki keluar dari rahim ibuku. Kata orang, anak kedua itu manja, nakal dan cenderung kurang sukses daripada kakaknya. Bahkan pada tahun 2005, sekelompok peneliti menerbitkan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa anak kedua ditemukan sering kurang berhasil di sekolah atau dalam pekerjaan. Sebenarnya hal itu sama sekali tidak membuatku menjadi seorang yang rendah diri dan berhenti untuk mengejar impian. Meskipun aku percaya bahwa setiap anak dilahirkan dengan keunikannya masing-masing, tetapi kurasa pernyataan itu memang benar adanya dalam hidupku.

Perjalananku menuju bangku perkuliahan dimulai saat namaku termasuk dalam daftar siswa eligible untuk mendaftar SNMPTN. Aku memiliki cita-cita untuk dapat berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung sehingga aku menempatkannya pada pilihan pertama. Sebelum mendaftarkan diri, aku berkonsultasi pada orang tuaku untuk menentukan pilihan kedua karena aku sama sekali tidak memiliki keinginan selain berkuliah di perguruan tinggi pada pilihan pertama. Aku disarankan untuk mendaftar pada program studi di bidang kesehatan di salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah. Batas pendaftaran telah berlalu, aku berharap supaya dapat diterima meskipun aku sendiri tidak yakin jika nilaiku dapat bersaing dengan peserta SNMPTN lainnya. Tanggal 22 Maret tiba, aku membuka pengumuman dan muncul tampilan warna merah seperti yang telah aku bayangkan. Aku merasa kecewa karena aku membandingkan diriku sendiri dengan kakakku yang dapat diterima PTN dengan mudahnya melalui jalur SNMPTN, namun aku tersadar jika kami memang berasal dari latar belakang sekolah menengah yang berbeda.

Perjalananku berlanjut melalui jalur SBMPTN dengan salah satu universitas di Yogyakarta sebagai pilihanku untuk mendaftar. Soal-soal UTBK kukerjakan dengan persiapan seadanya. Satu bulan lebih aku menunggu dan kalimat penyemangatlah yang aku dapatkan. Aku segera mempersiapkan diri mengikuti seleksi melalui jalur lainnya. Ujian mandiri berbagai perguruan tinggi kuikuti dengan pilihan program studi yang sama. Berulang kali membuka pengumuman, berulang kali pula aku mendapatkan kalimat penyemangat. Menangis saat membuka pengumuman seperti sudah menjadi rutinitas.

Setelah berulang kali mengalami penolakan, aku mulai patah semangat. Menjadi mahasiswa adalah keinginan terbesarku saat itu, tidak peduli perguruan tinggi mana yang akan menjadi tempatku untuk menuntut ilmu. Orang tua mengarahkanku untuk memilih program studi di bidang pendidikan. Jalur ujian tulis dan skor UTBK kuikuti dengan harapan peluangku untuk diterima lebih besar. Ujian tulis tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan tapi untungnya skor UTBK menyelamatkanku. Akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar ulang pada program studi tersebut meskipun masih ada beberapa ujian tulis mandiri di perguruan tinggi lain yang belum kuikuti. Orang tuaku terus meyakinkanku bahwa mungkin memang inilah jalan yang terbaik bagiku. Aku bersyukur dan berterima kasih pada diriku sendiri karena sudah berjuang sejauh ini. Aku yakin bahwa setiap manusia memiliki jalannya masing-masing untuk mencapai keberhasilannya masing-masing.