Hiponimi dan Hipernimi : Hampir Sama, Namun Beda Makna

Hiponimi dan Hipernimi  Hampir Sama, Namun Beda Makna

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat. Setiap manusia melakukan hubungan sosial dengan menggunakan bahasa sebagai media penyampai pesan dari seseorang kepada orang lain baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat. Bahasa yang dipakai oleh tiap-tiap pemakainya tentulah memiliki makna yang dapat dipahami oleh lawan bicara agar komunikasi tersebut berlangsung dengan efektif.

Oleh karena itu penulis, memilih pembahasan mengenai makna, khususny relasi makna karena penulis merasa pembahasan tentang makna lebih menarik untuk dibahas sebab pemaknaan dari suatu bahasa dapat mempengaruhi reaksi yang akan diciptakan dari pendengar ketika kita melakukan komunikasi secara lisan, maupun pembaca ketika kita melakukan komunikasi secara tertulis. Pembahasan mengenai jenis dan relasi makna ini terdapat dalam cabang ilmu linguistik yang disebut semantik. Menurut Chaer (2009:2), semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang. Sedangkan menurut George, secara singkat dapat dikatakan bahwa semantik adalah telaah mengenai makna (dalam Tarigan 1986:2). Semantik membahas mengenai makna yang terbagi atas jenis makna, relasi makna, dan perubahan makna.

Relasi makna merupakan hubungan makna antara sebuah kata atau satuan bahasa dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), dan kelebihan makna (redundansi) (Chaer, 2009).

Kata hiponimi berasal dari ‘nama’ dan hypo berarti ‘di bawah’, himponimi adalah suatu kata atau frasa khusus, atau memiliki arti khusus yang terkandung dalam kelompok, jenis, atau satuan tertentu. Makna yang terkandung dalam hiponimi mencakup dalam makna yang umum, tidak terperinci atau khusus.

Sedangkan hipernimi adalah kata umum atau sering disebut juga sebagai superordinate. Hipernim mencakup makna yang terkandung dalam hiponim. Chaer (2013) mengungkapkan bahwa konsep hiponim dan hipernim diibaratkan dengan adanya kelas kata bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya. karena itu ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipernim terhadap sejumlah kata lain, akan menjadi hiponim terhadap kata lain yang hirarkial berada diatasnya

Relasi antara kata-kata yang berhiponim ini bersifat searah. Jadi, kalau anggrek berhiponim terhadap kata bunga; tetapi kata bunga tidak berhiponim dengan kata anggrek, sebab makna bunga meliputi segala jenis bunga. Dalam hal ini, kalau anggrek berhiponim terhadap bunga, maka bunga berhipernim terhadap anggrek. Hubungan relasi antara bunga dengan anggrek dan jenis bunga lainnya disebut hipernim. Sedangkan hubungan antara anggrek dengan mawar, matahari, dan tulip disebut dengan istilah kohiponim.

WhatsApp Image 2022-07-11 at 06.29.15 (2)

Hiponim dan hipernim memiliki perbedaan yang cukup berbeda, hiponim memiliki arti “nama yang berada di bawah nama lain”, memiliki cakupan makna yang lebih sempit atau lebih khusus, dengan kata lain makna yang termasuk dalam hiponimi adalah kata khusus. Sedangkan hipernimi adalah kebalikannya “nama yang berada di atas nama lain”, lalu ruang lingkup dan cakupannya dapat mencakup banyak hal, dengan kata lain makna yang termasuk hipernimi adalah kata umum.

Namun hiponimi dan hipernimi juga memiliki persamaan nih, yakni hiponimi dan hipernimi sama-sama termasuk dalam ketercakupan makna, lalu hiponimi dan hipernimi juga sama-sama bersifat satu arah.

Konsep hipononimi dan hipernimi mudah diterapkan pada kata benda tetapi agak sukar pada kata kerja dan kata sifat. Selain itu, ada pula istilah meronimi. Hiponimi dan meronimi mengandung konsep yang hampir sama. Letak perbedaanya terdapat pada, jika hiponimi menyatakan adanya kata (unsur leksikal) yang merupakan bagian dari kata lain. Jadi, kalau dalam hiponimi “mawar adalah sejenis bunga”, maka dalam meronimi dikatakan “kepala adalah bagian dari tubuh”.

Hiponimi dan hipernimi memiliki hubungan yang saling berkaitan. Banyak orang yang sering keliru dengan hipernimi dan hiponimi, karena penulisannya yang hampir sama. Namun hiponimi dan hipernimi memiliki berbedaan yang cukup berbanding terbalik, jika hiponimi kata khusus, maka hipernimi adalah kebalikannya yakni kata umum.

Referensi :

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer, A. (2013). Pembinaan Bahasa Indonesia . PT Rineka Cipta.

Isnain, A. (2017). Jenis dan Relasi Makna Bahasa Melayu Pesisir Sibolga.

Suhartatik, S., & Azis, A. (2019). Studi Relasi Makna Nomina Bahasa Madura di Kabupaten Sumenep (Kajian Semantik Hiponimi). Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra V , 5 (1), 268-273.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik. Bandung : Angkasa