“Harga Waktu adalah Ketika Sudah Berlalu”

Kala itu, menuju pintu kelulusan sekolah menengah akhir adalah hal yang selalu ku nanti, meskipun hanya seutas usaha bagaimana aku akan melewatinya. Aku selalu bersemangat melangkahkan kaki untuk keluar dari sekolah itu, sebab imajinasi tentang dunia perkuliahan telah memenuhi otakku. Betapa indahnya kehidupan yang kelak akan aku jalani selanjutnya, bayangku. Sampai pada satu langkah terakhir yang tidak bisa aku lewati, sebab lahirnya virus baru yang katanya mengancam nyawa manusia dalam kehidupan ini. Virus COVID-19 namanya. Hal itu sama sekali tak mematahkan imajinasi dan semangatku, pada awalnya.

Semua aktivitas manusia harus dilakukan dari rumah, karena setiap orang wajib untuk menjaga jarak dengan orang lain dan selalu menjaga Kesehatan serta kebersihan dirinya masing-masing. Pemberitaan meluap-luap bahwa hal itu hanya akan dilaksanakan selama empat belas hari, karena diharapkan penyebaran virus COVID-19 akan terhenti dan setidaknya tidak bertambah dalam waktu empat belas hari itu. Namun apa yang selanjutnya? Semuanya akan dilaksanakan selama satu tahun bahkan tidak diketahui sampai kapan kehidupan akan kembali seperti semula. Sampai pada akhirnya pemerintah memberikan aturan kehidupan manusia yang baru yang disebut dengan “new normal”. Banyak sekali hal yang terkena dampak dari virus COVID-19 ini, dan salah satu yang aku alami adalah harus kuliah daring.

“Menyenangkan sekali kuliah dari rumah”, kata orang yang tidak merasakan hal itu.

Kuliah daring menyenangkan, pasti. Mengapa? Karena kita tidak perlu bersusah payah untuk mandi pagi, atau bertemu dosen dengan setumpuk tugas secara tatap muka hingga harus mencari makan sendiri karena hidup sendiri di kota perantauan. Namun terkadang aku merasa bahwa hal ini adalah bonus untuk kita menikmati kehidupan dan menambah waktu berkualitas dengan keluarga kita masing-masing, karena kali ini banyak waktu yang kita gunakan untuk tetap berdekatan dengan keluarga. Berbeda dengan yang sebelumnya, mungkin tidak sedikit dari kita selalu menggunakan waktunya untuk kepentingannya masing-masing hingga lupa kalua ia punya rumah.

Kuliah daring memang terkesan lebih nyaman karena berada di rumah, namun itu hanya satu dari tiga hal jika dibandingkan dengan hal yang membosankan. Jika mengingat masa di sekolah menengah akhir, meskipun harus bangun pagi, mandi pagi, dan dikejar oleh waktu untuk menuju sekolah tepat waktu namun ternyata kini hal-hal kecil itu justru yang sangat ku rindukan. Kehidupan lebih berwarna jika terdapat aturan dan terasa lebih menantang. Kini? Yang tesisa hanya seolah bagaimana kehidupanku adalah bagaimana caraku mengendalikan hidupku sendiri. Mengerti akan apa yang menjadi pokok bahasan perkuliahan adalah pilihan, karena kita bahkan dapat memilih untuk meninggalkannya dan melakukan hal lain sebab pengawasan tidak seketat saat bertatap muka dengan pengajar.

Indah dan tak ada habisnya untuk mengingat tentang masa indah yang sudah berlalu. Namun jangan berlarut, karena kehidupan bukan hanya soal masa lalu namun juga tentang masa depan dan saat ini, dan tak ada yang bisa diubah selain masa depan.
Berharap semua kabar baik selalu berdatangan, jika terdapat kabar kurang baik pasti hal itu akan menjadi baik jika kita bijak dalam menerima dan menghadapinya. Dan jangan lupa bersyukur, karena hatimu dan kehidupanmu akan menjadi lebih baik ketika tidak lupa untuk bersyukur.

1 Like