Gerilya untuk Asaku

Haloo haiiiii, ini pertama kalinya aku cerita pengalamanku ke publik nih. Biasanya aku sering banget cerita masalah ini ke akun twitter privateku. Kisah ini dimulai sejak aku memutuskan untuk memilih Ilmu Administrasi Negara lebih tepatnya ketika aku berada pada kelas sepuluh semester pertama, tahun 2018. Ketika aku kelas sepuluh, SMAku memerintahkan kepada seluruh siswa kelas sepuluh untuk mengikuti test psikologi yang berkaitan tentang minat dan bakat serta jurusan apa yang nantinya cocok untuk kami. Hasil dari test psikologi menunjukkan jika aku orang yang cocok memasuki jurusan manajemen, ilmu administrasi negara, keuangan perbankan, dan dua lainnya (aku sedikit lupa). Setelah hasilnya keluar aku memang tipe anak perempuan yang sangat dekat dengan ayah, jadi aku langsung memberikannya kepada beliau. Meminta saran, menurut beliau apa yang cocok denganku. Beliau menjawab semua ini tergantung kepadaku. Akhirnya aku mulai mencari informasi tentang Ilmu Administrasi Negara, dan dari situlah terbesit keinginanku untuk menjadi bagian dari program studi Ilmu Administrasi Negara. Selain hal itu, aku juga berkeinginan untuk bisa diterima di Administrasi Negara melalui SNMPTN. Jadi sejak kelas sepuluh aku berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan nilai-nilaiku dengan belajar giat dan tidak lupa aktif mengikuti organisasi agar mendapat sertifikat yang nantinya menambah nilaiku di jalur SNMPTN.

Tentu saja hal itu tidak mudah, kadang memang apa yang kita rencanakan memang sangat berbanding terbalik dengan kenyataan. Banyak sekali rintangan yang menghambat waktu belajarku. Mengikuti organisasi yang sejatinya memiliki banyak program kerja, dan setiap program kerja memakan waktu yang lama selama berproses. Belum lagi masalah internal dan eksternal yang menghambat program kerja menjadikan konsentrasiku total terpecah untuk dapat merealisasikan keinginanku rajin belajar. Dan saat itu pula aku dihadapkan patah hati untuk pertama selama masa SMA yang menjadikanku stress dan berniat tidak menjalin hubungan dengan siapapun lagi. Semua ketakutanku terjadi, pada kelas sebelas semester dua nilaiku turun. Kelas sebelas merupakan kondisi terberatku selama SMA, namun aku tidak tinggal diam aku bangkit agar keinginanku tercapai.

Menginjak kelas 12 saat pengumuman siswa eligible namaku masuk kedalam 56 anak yang bisa mendaftar SNMPTN. Aku sangat bersyukur. Namun, lagi-lagi keinginanku digoyahkan karena banyak anak peringkat atas yang menginginkan Administrasi Negara. Lalu aku memutuskan untuk berkonsultasi dengan tentor lesku. Bukannya memberi jawaban, tentorku semakin membuatku bimbang. Dua hari sebelum pendaftaran dibuka, aku sholat dhuha dengan berderai airmata. Itu adalah sholat terkhusyukku. Aku meminta kepada Allah untuk meringankan jalanku menuju impian yang sudah lama aku impikan. 22 Maret 2020, semua darah keringat dan air mata yang sudah aku keluarkan terjawab. Aku mendapat tanda biru. Dari 56 anak yang mengikuti SNMPTN hanya 2 anak dari sekolahku yang terpilih, dan salah satunya aku. Aku sempat sangat berputus asa dan Allah ternyata menjawab segala ikhtiarku selama ini. Aku meminta dimudahkan dan Allah menjawabnya lebih. Ayah memelukku dengan sangat erat. Hari itulah pertama kalinya aku mendengar kata bangga dari Ayahku. Terima kasih Ilmu Administrasi Negara sudah mengizinkanku menjadi bagianmu.

2 Likes

Dua hari yang lalu, lihat cewek yang berdiri di samping motor besar. Ada cowok di atas motor itu.

Kelihatan sekali kalau bahasa tubuh cewek itu sedih. Kayak gak mau ngelepasin cowok itu pergi. :cry:

Pas ngeliatnya aja sedih banget. Apalagi hatinya. :broken_heart:


Cerita-cerita menarik di twitter-nya dibawa dong ke mijil…

Aduh kalau untuk membawa cerita privasi di twitter ke mijil belum berani, pak. Soalnya berisikan konten sambat menyambat yang sangat parah hehehe:(

1 Like

AAAAA perjuangannya nyampe sini, terharu :((
selamat berjuang kembali luvvv!!!

1 Like

semangat juga ya bestiee