Gerilya di Hari Pertama

Halo para pembaca, sebelum memulai tulisan ini mungkin aku mau sedikit memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku bukan orang yang cukup spesial, karena yang spesial ya nasi goreng kalau engga martabak (kamu mungkin juga). Aku adalah seorang mahasiswa yang berkuliah di salah satu kampus terbaik di Indonesia, tepatnya di bumi Surakarta. Panggil saja Ren biar akrab. Cukup jauh asalnya untuk bisa sampai ke kampus ini karena tinggal di kawasan Jabodetabek (huruf terakhir). Kehidupan SMA ku cukup biasa saja, karena aku seperti hilang arah dan tak menemukan jati diriku untuk ditunjukkan ke khalayak. Akhirnya masa SMA hanya berakhir sebagai anak biasa yang tak banyak dikenal. ~elz

Di sini ceritanya akan lebih berfokus tentang kisah masuk PTN. Aku dan kisah UTBK-ku bermula sejak 2020. Semenjak pandemi melanda, aku jadi bagian pertama merasakan seleksi masuk PTN di era pandemi covid-19. Untuk pilih PTN awalnya aku hanya ikut saran orang tua untuk ambil Jabodetabek dan mengurungkan niat ambil PTN di luar itu. Dan saat itu rezeki datang menghampiriku untuk berkesempatan berkuliah di beberapa jurusan, hasil dari kelolosan SBMPTN dan beberapa jalur Mandiri yang berada di kawasan Jabodetabek. Akan tetapi, diantara rezeki tersebut masih belum terdapat mimpi utamaku. Mimpiku ialah Matematika. Lebih tepatnya ialah menjadi guru Matematika. Namun, kadangkala terbesit niat untuk ambil Matematika murni agar bisa bekerja di bidang keuangan.

Sebagaimana sulitnya mengerjakan persoalan matematika, lebih sulit untuk masuk dan lulusnya. Alhasil 1 tahun perkuliahan ku di kampus dekat rumah, ku habiskan untuk belajar hal baru dan mempersiapkan diri menuju UTBK Part II. Apalagi yang lebih sulit ialah aku berkuliah di rumpun soshum, sedangkan Matematika ada di rumpun saintek. Itu artinya capaian belajarku harus 2x lebih keras dari yang harus dilakukan. Menuju 2021, banyak hal baru yang aku dapatkan dari mekanisme yang dikeluarkan LTMPT. Yap! Tentu saja kembalinya subtes TKA. Hal yang hilang dari peredaran kembali lagi. Ditambah jadwal UTBK yang berada di awal bulan Ramadan.

Alhasil aku memposisikan diriku untuk fokus pada 2 hal, yaitu mempertahankan IP dan memperdalam persiapan UTBK. Alhamdulillah 2 semester kujalani dengan IP yang sama. UTBK sendiri aku jalani dengan kebiasaan mengambil hari pertama. Hal ini karena aku percaya bahwa hari pertama adalah harinya orang-orang berhasil dan aku tidak perlu memikirkan rumor yang hadir di hari berikutnya. Dan ternyata pilihan ini cukup tepat, di mana hari pertama adalah hari terakhir sebelum masuk Ramadan. Itu artinya aku diberikan kemudahan untuk tes tidak sambil berpuasa. Itulah rezeki hari-hari awal hehehe. Oh iya, aku selalu berjodoh untuk mendapatkan UI sebagai pusat UTBK dan terima kasih UI atas kesempatannya untuk meminjamkan diri sebagai tempatku tes dan lolos di PTN lain.

Sebenarnya juga, aku tetap mempunyai PTN impian. Dan akhirnya ku coba di pilihan 1 dengan jurusan yang sama-sama mengandung Matematika. Jadi pilihan 1 adalah PTN impian awalku, dan pilihan 2 adalah PTN favoritku. Beberapa try out ku lalui dengan hasil yang cukup. Dan itu membuat rasa percaya diriku meningkat. Apalagi rasanya ‘nothing to lose’, karena sudah punya cadangan jika gagal masih dapat melanjutkan apa yang aku sudah mulai. Begitu besar harapanku di pilihan 1, bahkan merasa jika pilihan 1 gagal maka pilihan 2 sudah pasti terperosok. Namun Allah berkehendak lain untuk menetapkan ku di pilihan keduaku. Alhamdulillah lolos di jurusan yang diimpikan. Dan kini langkah baru sudah dimulai. Semoga aku tak perlu membayangkan diriku ada di depan kursi UTBK.

Terima kasih sudah mau membaca sampai akhir. Semoga tulisanku ini setidaknya mengingatkan aku di masa mendatang bahwa ini adalah jalan sulit yang pernah ku lalui. Sesuai dengan motto hidupku,
“Setiap pilihan harus diperjuangkan.”

~Renzardi a.k.a Rizky Ardi~