Faktor penyebab yang paling dominan dalam perubahan makna bahasa Indonesia

Edwar Sapir (Ullman, 2011) mengungkapkan bahwa “Bahasa bergerak terus sepanjang waktu membentuk dirinya sendiri. Ia memiliki gerak mengalir… tak satu pun yang sama sekali statis. Tiap kata, tiap unsur gramatikal, tiap peribahasa, bunyi dan aksen merupakan konfigurasi yang berubah secara pelan-pelan, dibentuk oleh getar yang tidak tampak dan impersonal, yang merupakan hidupnya bahasa.”

Maksudnya apa sih? Secara sederhana dapat dipahami bahwa bahasa selalu mengalami perubahan, terlebih unsur makna yang memiliki kerentanan terhadap perubahan dibanding dengan unsur bahasa lainnya.

Terkait perubahan makna, Ullman (2011) menerangkan bahwa perubahan makna setidaknya dipicu oleh ragam sebab, antara lain (1) ragam sebab yang bersifat kebahasaan, (2) ragam sebab historis, (3) ragam sebab sosial, (4) ragam sebab psikologis, (5) ragam sebab pengaruh asing, dan (6) ragam sebab akan makna baru. Menurut kamu, dalam lingkup bahasa Indonesia, ragam sebab manakah yang paling dominan terhadap perubahan makna?

Referensi
Ullmann, (S). 2011. Pengantar Semantik. Cetakan ketiga. Diadaptasi oleh Sumarsono. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dalam penggunaan Bahasa Indonesi kegunaaan sebuah kata tentunya akan bermakna serta kemungkinan akan mengalami perubahan. Dalam masa yang singkat ragam perubahan makna yang paling dominan disebabkan faktor sosial karena dalam sebuah makna adalah kata dan akan tetap atau tidak berubah, akan tetapi dalam kurun waktu yang lama ada kemungkinan makna suatu kata tersebut mengalaminya perkembangan sosial dan budaya. Perkembangan dalam masyarakat mengenai sikap sosial dan budaya, juga terjadi perubahan makna. Karena itu bentuk katanya akan sama tetapi konsep maknanya akan yang dikandung mengalami perberbedana. Contoh; istilah perkerabatan. Kata Saudara, semula berarti seperut/ sekandung tetapi sekarang digunakan juga untuk menyebut orang lain, sebagai sapaan, untuk yang sederajat, begitu juga dengan kata bapak, ibu, yang mengalami perluasan makna. Menurut Nursida (2014) menyatakan bahwa sebuah kata yang pada mulainya bermakna “A” lalu berubah menjadi “E” atau berubah menjadi “O” bentuk maknanya tetap sama tetapi konsep makna yang terkandung akan berubah. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa terjadinya perubahan makna bisa disebabkan oleh berbagai faktor pendukung, faktor yang muncul dari bahasa itu sendiri, faktor masyarakat pengguna bahasa, sosial, budaya atau latar belakang sejarahnya.

Daftar Pustaka
Nursida, I. (2014). Perubahan Makna Sebab
dan Bentuknya: Sebuah Kajian Historis.
Alfaz (Arabic Literatures for Academic
Zealots), 2(1), 46-61.

1 Like

Perubahan makna dalam bahasa merupakan keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Chaer (2014) menyatakan bahwa “Objek linguistik adalah bahasa yang berkaitan dengan segala kehidupan manusia sebagai masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat pemakai bahasa dari waktu ke waktu akan berkembang berdasarkan kehidupan sosial dan budanya. Dari perkembangan budaya dan sosial masyarakat pemakainya itu, linguistik menempatkan bahasa sebagai sesuatu yang dinamis.”
Berkaitan dengan perubahan makna dan sifat bahasa yang dinamis, tentunya memiliki berbagai faktor pemicunya. Dalam lingkup bahasa Indonesia yang masyarakatnya yang hetegrogen, faktor yang mendominasi dalam perubahan makna adalah ‘faktor sebab sosial’. Ullman, (2014) menyatakan bahwa makna kata bersifat umum dalam kelompok sosial tertentu akan menjadi bersifat khusus pada kelompok sosial lainnya. Selain itu, Chaer (2014) menegaskan bahwa “Perkembangan sosial masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna. Sebuah kata yang semula bermakna ‘A’, lalu berubah bermakna ‘B’, atau ‘C’ dengan kata yang tetap sama, namun kandungan konsep maknanya telah berubah.

Referensi.
Chaer, (A). 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Ullman, (S). 2011. Pengantar Semantik . Cetakan ketiga. Diadaptasi oleh Sumarsono. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

1 Like

Ragam yang paling dominan dalam perubahan makna adalah ragam sebab sosial dan sebab kebutuhan akan makna baru. Chaer (2012: 311) menjelaskan bahwa perubahan makna dapat disebabkan oleh perkembangan sosial, budaya, dan perkembangan teknologi yang terjadi dalam sebuah masyarakat pemakai bahasa. Pada perkembangan ragam sosial sering kali ditemukan adanya pengurangan huruf pada kata saat berinteraksi dan menyebabkan munculnya makna baru, contohnya adalah penggunaan kata teh. Kata teh (berasal dari kata teteh yang mengalami penggalan pada awal kata) yang digunakan dalam ragam sosial memiliki makna sebagai kata sapaan untuk kakak perempuan. Sedangkan pemaknaan kata teh secara umum adalah daun yang dikeringkan untuk dijadikan sebagai minuman. Sejalan dengan (Ansori, 2021) pemakaian dan penggunaan bahasa dalam sehari-hari sebenarnya juga memiliki lebih dari satu makna. Hal tersebut sesuai dengan pengertian bahasa yang bersifat dinamis (mudah menyesuaikan maknanya).

Daftar Pustaka:
Chaer, A. Linguistik Umum. 2012. Jakarta: Rineka Cipta.
Ansori, M. S. (2021). PERUBAHAN MAKNA BAHASA: SEMANTIK-LEKSIOLOGI. SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik, 22(2), 151-162.

1 Like

Penelitian milik Ernawati (2021) menemukan bahwa perubahan kata dalam penggunaan bahasa di media sosial salah satunnya dipengaruhi oleh faktor sosial. Sejalan temuan tersebut, penelitian Mulasih dan Wakhyudi (2018) menunjukkan bahwa fenomena perubahan makna dalam penggunaan bahasa di media sosial Facebook pada umumnya berupa perluasan makna yang mengandung unsur humor atau kelucuan. Penelitian pada media massa, yaitu televisi, juga menunjukkan bahwa perubahan makna terjadi karena sebab sosial yang kuat. Penelitian Sempana, Cahyono, & Winarsih (2017) menemukan bahwa terjadi perubahan makna dalam penggunaan bahasa komentator sepakbola dalam rangka menarik minat pemirsa serta memberi stimulus kepada pemirsa. Dari berbagai penelitian terhadap perubahan makna tersebut, dapat dikatakan bahwa ragam sebab sosial merupakan faktor yang paling dominan dalam perubahan makna kata dalam bahasa Indoesia. Kemajuan IPTEK dapat dikatakan sebagai katalis dalam perubahan makna dalam bahasa Indonesia media massa yang semakin mudah diakses dan maraknya penggunaan media sosial, seperti Facebook, membuat penutur bahasa Indonesia semakin mudah untuk berkomunikasi.

Referensi:
Ernawati, Y. (2021). PERUBAHAN MAKNA KATA BAHASA INDONESIA DI MEDIA SOSIAL. Jurnal SILISTIK: Dimensi Linguistik, 1(1), 29-39.
Mulasih, M., & Wakhyudi, Y. (2018). Deviasi Kata dan Perubahan Makna Bahasa pada Sosial Media Facebook. Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, 2(2), 99-107.
Sempana, R., Cahyono, B. E. H., & Winarsih, E. (2017). Analisis perubahan makna pada bahasa yang digunakan oleh komentator sepak bola piala presiden 2017 kajian semantik. Widyabastra: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(2), 78-86.

1 Like