Dua Pilihan Yang Sulit

Halo semuanya. Apa kabar kamu yang baca cerita ini? Semoga kamu baik-baik saja dan selalu dalam perlindungan Allah, Aamiin. Jadi, disini aku mau cerita tentang perjuangan aku untuk masuk ke UNS. Dulu waktu aku masih kelas 12 SMA, aku pingin banget masuk UNS lewat jalur SNMPTN. Aku belajar dengan giat, untuk naikin semua nilai-nilai aku di rapot. Aku mengikuti lomba dan organisasi yang bisa menunjang sertifikatnya untuk bisa diterima di SNMPTN. Cukup panjang perjuangan untuk menggapai jalur SNMPTN ini. Aku harus selalu meningkatkan nilaiku agar aku bisa mendapatkan kuota SNMPTN dan tentunya bisa lolos juga di jalur ini. Berakhirlah masa perjuanganku di SNMPTN karena sudah usai masa semester 5. Yang dimana SNMPTN itu mengajukan nilai rapot dari semester 1 sampai dengan semester 5. Saat itu hanya doa dan restu orang tua yang bisa aku percaya untuk lolos di jalur SNMPTN. Dan Alhamdulillah, di bulan Februari aku mendapatkan kuota SNMPTN dan menjadi ranking ke-8. Aku izin dengan restu orang tua untuk mendaftarkan SNMPTN di UNS. Tetapi, pemerintah berkata lain. Sebelumnya, aku ini lulusan dari salah satu SMA di Jakarta. Pemerintah bilang, kalau ingin mengambil jalur SNMPTN ke luar domisili kita, kita hanya bisa mengambil 1 pilihan saja. Aku takut. Aku tidak percaya diri untuk bisa lolos di jalur SNMPTN dengan nilai yang aku dapat. Pupus sudah harapanku untuk bisa ke UNS saat itu. Akhirnya aku mendaftarkan diriku ke Universitas Indonesia dengan jalur SNMPTN. Saat itu aku hanya tertawa melihat kekacauan ku di SNMPTN yang memilih UI. Karena aku berpikir, untuk masuk ke UI itu bukanlah sesuatu yang mudah. Dan benar. Aku gagal di SNMPTN. Lanjut di jalur selanjutnya. Aku mencoba jalur PPKB UI. Sama seperti SNMPTN yang menggunakan rapot. Bedanya ini di tambahkan surat pernyataan tentang alasanku mau masuk UI dan mengapa UI harus menerima aku. Dan Alhamdulillah, 26 Maret 2021, aku lolos di UI. Senang, bersyukur, kaget, terharu untuk pencapaian ku bisa diterima menjadi mahasiswa UI 2021. Tapi sayangnya, aku ditolak S1 UI yang aku daftarkan yaitu Administrasi Negara. Dan aku diterima di D3 Administrasi Keuangan dan Perbankan. Memang, prodi ini kurang sesuai dengan passion ku. Tetapi aku dulu hanya berpikir, prodi ini luas cangkupan kerjanya walaupun hanya lulusan D3. Tetapi dibalik kesenangan itu semua, aku disuruh orangtua ku untuk mendaftar jalur SBMPTN lagi dengan alasan untuk mencoba ke S1 nya. Sempat merasa sedih, kecewa. Karena dulu aku berpikir untuk mendapatkan kursi UI ini sangatlah susah bersaing dengan banyak orang. Tetapi yang bikin aku tenang, walaupun nantinya aku ditolak SBMPTN, aku masih menjadi mahasiswa UI. Karena aku tetap membayar biaya pendidikannya. SBMPTN pun aku jalankan di tanggal 28 April 2021. Dan SBMPTN pun tidak sesuai hasilnya dengan yang aku harapkan. 14 Juni 2021 aku mendapatkan ucapan “Jangan putus asa dan tetap semangat”. Sedih sekali rasanya. Karena aku mendaftarkan SBMPTN ke UI lagi untuk jenjang S1 nya. Lagi-lagi orang tua ku menyuruh aku untuk mendaftar Simak UI. Itu adalah jalur test mandiri yang diselenggarakan oleh UI. Tapi disitu aku tidak mendaftarkan diriku karena aku merasa sangat lelah. Sampai semua pikiranku terbuka tentang S1 dan akhirnya aku memutuskan diriku untuk mendaftar di SPMB UNS, yaitu jalur mandiri yang diselenggarakan oleh UNS. Aku mendaftarnya dengan melewati test. 26 Juni 2021 aku memulai ujian SPMB UNS. Dan Alhamdulillah, dengan izin Allah dan restu orang tua, serta segala usaha yang telah aku lakukan, akhirnya aku diterima di S1 UNS dengan prodi Administrasi Negara. Senang sekali rasanya bisa menjadi bagian dari keluarga Administrasi Negara. Tetapi jalanku belum cukup sampai disini. Aku bimbang ingin mengambil UI atau UNS. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menjalankan perkuliahan ini dua-duanya di semester 1. Bukanlah hal yang mudah untuk menjalankan ini semua. Resiko yang sangat besar untuk aku mengambil keputusan ini. Dan waktu pun berjalan, sampai pada akhirnya aku menjalankan ospek UI dan UNS. Sangat susah bagiku untuk aku membagi waktu di dua universitas ini. Tetapi aku belajar untuk bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari semua yang telah aku jalankan. Sampai tiba di bulan Agustus, pembelajaran daring pun dimulai. Setelah melewati ospek 2 sampai 3 bulan ini, aku belajar banyak hal. Tetapi nyatanya diriku tidak sekuat itu untuk menjalankan universitas ini dua-duanya. Terus berdoa agar aku bisa mendapatkan pilihan yang terbaik untukku ke depannya. Bukanlah hal yang mudah bagiku untuk menentukan pilihan ini. Dengan segala pertimbangan, akhirnya aku memutuskan diri untuk lanjut di UNS. Sedih sekali rasanya harus meninggalkan UI. Tetapi aku yakin, UNS tidak kalah bagus juga untuk bidang akademiknya. Dan lingkungan pertemanan yang sangat mendukung aku untuk lanjut di UNS. Aku berharap pilihan ini bisa menjadi yang terbaik untuk aku ke depannya. Sekarang tugasku hanyalah belajar, dan bisa mendpaatkan IP dan IPK tinggi serta lulus dengan presikat cumlaude agar aku bisa membahagiakan kedua orangtua ku. Sekian sebuah kisah perjuanganku untuk mendapatkan UNS. Terima kasih.