Dilema Pembelajaran Daring di Era Pandemi

Krisis yang terjadi di dunia akibat munculnya pandemi Covid-19 telah memberikan berbagai perubahan mendasar pada kehidupan masyarakat. Salah satu yang patut kita soroti saat ini adalah dalam bidang pembelajaran pada tingkat mahasiswa, dimana telah nampak terjadi perubahan secara mendasar. Mahasiswa merupakan salah satu status sosial yang dipandang masyarakat untuk menempuh pendidikan tingkat tinggi, yang juga menjadi syarat dengan keilmuan maupun sisi intelektualnya. Pemikiran mahasiswa yang cenderung maju dan kerapnya melakukan aksi sosial, menjadikan mahasiswa sebagai jembatan penghubung bagi perkembangan kehidupan masyarakat luas, tentunya di negara Indonesia sendiri.

Sejumlah perguruan tinggi di Indonesia menutup perkuliahan tatap muka dan menggantinya dengan kuliah daring atau kuliah online. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona (Covid-19). Mengingat saat ini pola interaksi dan pembelajaran pada mahasiswa menjadi berbeda, serta kami selaku mahasiswa juga berada dalam tahap penyesuaian. Hal ini dapat disimpulkan sebagai suatu permasalahan kompleks, tentang realitas sosial yang telah terjadi dan diprediksi pada kalangan mahasiswa. Maka dari itu, pola pembelajaran online merupakan sesuatu yang tak boleh habis untuk dikaji. Penerapan kuliah daring ini memiliki suka duka tersendiri yang dialami oleh mahasiswa. Saya yakin tidak semua mahasiswa senang dengan kebijakan tersebut.

Banyak suka duka yang saya alami dengan adanya kuliah online/daring ini. Saya pribadi sudah menjalani kuliah secara daring selama dua semester. Jadi, jika dihitung sama saja dengan satu tahun lamanya. Sebagai mahasiswa yang tidak terlalu sibuk dengan urusan atau kegiatan di kampus, karena hanya mengikuti beberapa organisasi saja, saya akan menuliskan suka dan duka yang saya alami selama kurang lebih satu tahun belakangan ini. Bicara mengenai suka duka kuliah online/daring, saya akan terlebih dahulu menjelaskan bagaimana hal-hal yang menjadi alasan “suka” dalam pembelajaran daring ini. Dengan adanya kuliah online/daring, tentunya saya sebagai mahasiswa tidak perlu bertatap muka langsung dengan dosen, akan tetapi saya tetap bisa mengikuti perkuliahan. Selain itu, dosen justru selalu memberikan materi-materi ajaran berupa Power Point atau e-book untuk dipelajari oleh mahasiswanya. Hal ini mungkin tidak se-efektif pembelajaran tatap muka, akan tetapi dapat membantu mahasiswa untuk dapat belajar lebih lagi karena bisa membaca materi lebih lanjut. Disisi lain pula, saya bisa meluangkan waktu saya untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat saya serta bisa beristirahat karena tidak terlalu sibuk mengikuti perkuliahan yang semakin padat. Meningat dulu sewaktu SMA saya merupakan murid yang sibuk karena banyak kegiatan di sekolah, saya termasuk jarang berkumpul dengan keluarga karena sibuk dengan kegiatan saya sewaktu SMA. Akan tetapi, dengan adanya kuliah online/daring ini bisa memberikan waktu lebih kepada saya untuk berada di rumah bersama keluarga saya.

Bagaimana dengan “duka” yang saya alami selama kuliah online/daring? Jika berbicara mengenai “duka” yang saya alami selama satu tahun kuliah online/daring ini tentunya cukup banyak. Pertama, saya mulai dari hal mendasar terlebih dahulu, yaitu tidak bisa bertemu dengan dosen serta teman-teman secara langsung. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh bagi perkuliahan selama dua semester ini. Kedua, kendala yang saya hadapi terkait masalah koneksi internet yang tidak stabil. Karena sinyal yang tidak begitu mendukung dan kurang stabil, proses perkuliahan dapat terganggu. Ketiga, banyaknya kuota internet. Saya adalah salah satu orang yang suka bermain sosial media. Adanya kuliah daring dapat menambah biaya pembelian kuota internet dimana kuota saat ini sangat dibutuhkan dalam kuliah online/daring. Walaupun sudah disediakan bantuan kuota oleh pemerintah, namun ternyata hal tersebut belum cukup. Kendala selanjutnya adalah pembagian waktu dan tugas yang bertubi-tubi. Kurangnya pemahaman saat pengerjaan tugas adalah salah satu kendala yang saya rasakan selama satu tahun ini. Kuliah online/daring sebenarnya tidak menjamin perkembangan mahasiswa, dimana mahasiswa yang malas akan menjadi lebih malas dengan adanya kuliah online/daring.

Pembelajaran daring memang merupakan solusi yang baik untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Karena mahasiwa tidak perlu keluar rumah untuk melaksanakan kuliah. Akan tetapi, keputusan tersebut juga menimbulkan suka dan duka yang dirasakan mahasiswa seperti yang telah saya sampaikan diatas. Berdasarkan suka dan duka yang saya sampaikan, dapat disimpulkan bahwa kuliah online/daring tidak hanya memberikan efek negatif pada mahasiswa namun juga memberikan efek positif. Saat ini yang kita perlukan adalah harus tetap waspada dan terus berdoa agar pandemi ini segera berakhir. Agar bumi, tempat dimana manusia berpijak dapat memberikan kehidupan kembali dengan seutuhnya.

1 Like