Dampak perbedaan waktu antara rumah dengan kampus di era daring

Indonesia disebut juga dengan Republik Indonesia (RI) atau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Dengan luas sekitar 1,9 juta kilometer persegi. Letak geografisnya 96 derajat dari bujur timur sampai 141 derajat bujur timur. Bentangan yang luas itu yang membuat adanya pembagian waktu berbeda di Indonesia. Indonesia membagi waktunya menjadi tiga. Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia bagian Timur (WIT) dan Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA).

Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan sumber daya alamnya. Namun, siapa sangka negeri yang begitu kaya ini msih tergolong negara berkembang dan dilanda banyak permasalahan. Seperti permasalahan Covid-19 belakangan ini, menimbulkan keresahan tersendiri bagi negeri ini. Mulai dari pelarangan untuk berkerumun, ditutupnya pusat perbelanjaan, kerja dari rumah, sekolah dari rumah, dan yang paling parah banyaknya perusahaan yang tutup sehingga menimbulkan banyak korban PHK.
Pada situasi covid-19 saat ini, seluruh masyarakat Indonesia dihimbau untuk tetap berada di rumah, memakai masker saat berpergian, jaga jarak, selalu mencuci tangan, dan lain-lain. Tentunya ini bukanlah hal yang mudah dan masyarakat harus pandai beradaptasi pada situasi yang kita sebut dengan ‘New Normal’ dan situasi ini membawa dampak serba online/dalam jaringan (Daring). Tak heran bila kini pekerjaan, pendidikan dan banyak hal diselsaikan dari rumah melalui segenap platform yang tersedia.
Sebagai mahasiswa, saya termasuk salah satu orang yang sangat merasakan dampak dari era daring ini. Saya terbiasa berhadapan dengan laptop untuk waktu yang sangat lama, mencoba fokus belajar di lingkungan yang terkadang bising, terkendala sinyal, kuliah sampai waktu malam. Hal yang paling ekstra yang harus pandai ku sesuaikan ialah perihal waktu.

Sebagai mahasiswa yang berasal dari bagian timur Indonesia, Sumbawa (Nusa tenggarra Barat) saya memiliki tantangan tersendiri untuk meyesuaikan waktu dengan kampus saya yang berada di Pulau Jawa. daerah saya mempunyai waktu satu jam lebih cepat dari waktu di kampus, karena saya berada di daerah WITA dan kampus saya WIB.
Hal yang saya rasakan pengaruhnya dari perbedaan waktu bagian selama kegiatan daring ini:

  1. Memiliki waktu yang lebih leluasa dari teman-teman yang tinggal di daerah WIB.
    Jam perkuliahan biasa dimulai pukul 07.30 WIB. Namun dalam waktu WITA jam dimulainya perkuliahan terhitung pada pukul 08.30. Karena waktu dimulai agak siangan, setidaknya saya memiliki waktu satu jam lebih untuk melakukan aktivitas lain atau bersiap sebelum memulai perkuliahan.
  2. Waktu solat saat jam perkuliahan.
    Karena waktu jalannya perkuliahan tidak sesuai dengan waktu pada daerah saya, terkadang sayaa agak kerepotan saat memasuki waktu azan. Misalnya, waktu perkuliahan dimulai pukul 14.00 -15.30 WIB dan terhitung pukul 15.00-16.30 WITA. Azan Ashar berkumandang pada pukul 15.30 WITA yang berarti memasuki ashar padaa saat perkuliahan berlangsung. Disitu saya harus meninggalkan kelas untuk solat dan tentunya ketinggalan penjeasan saat jam kuliah. Hal itu membuat saya ekstra bekerja menanyakan penjelasan yang tertinggal kepada teman saya.
  3. Beraktivitas hingga larut malam.
    Selain kegiatan akademik, dunia perkuliahan juga dipenuhi oleh berbagai kegiatan penunjang skill seperti UKM. Saya termasuk orang yang senang mengikuti organisasi. Dalam era daring seperti saat ini, kegiatan mahasiswa biasanya dilakukan dengan pertemuan online melalui zoom/google meet. Rapat/pembahasan biasanya dilakukan pada malam hari, karena dirasa lebih efisien daripada pagi atau siang hari yang tentunya ada jadwal kuliah. Rapat biasa dimulai pukul 20.00 WIB sampai selesai. Jika dilihat dari waktu daerah saya, maka rapat biasanya dimulai pukul 21.00 WITA. Rapat UKM ini biasanya berlangsung 2 jam atau sesuai dengan pembahasan pada rapat itu. Jika dilihat dari waktu berakhirnya rapat, bias dikatakan rapat akan usai pukul 23.00 dan membuat saya harus menahan ngantuk dan tidur di waktu yang lebih lama.

Menjalankan aktivitas belajar di era online ini memang membawa kesulitan tersendiri bagi pelajar. Pembelajaran yang semula langsung dilakukan bertatap muka bahkan tidak isa terlaksana. Terlebih banyak mahasiswa baru yang sama sekali belum pernah berkunjung ke kampusnya. Namun, menetap di rumah adalah sebuah keharusan. Semoga keadaan ini lekas membaik, dan segalanya dapat berjalan bagaimana semestinya.