Bimbel dan Jalur Langit

Aku sendiri orang yang terkenal pemalas dan cukup nakal di SMA karena seringnya membuat surat dispensasi palsu demi membolos pelajaran. Kelas 11 menjadi tahun dimana aku lebih banyak menghabiskan waktu di studio band sekolah dibandingkan belajar di kelas. Kegiatan bolosku berhenti ketika sekolah diliburkan akibat Corona dan mau tidak mau harus rajin mengikuti KBM daring. Dari KBM daring ini aku mulai merasa resah dan bingung, secara aku duduk dibangku kelas 12 dan harus berkuliah. Semester 5 aku memohon ke orangtua untuk berlangganan platform belajar online. Orangtua mengabulkan tapi lambat laun aku merasa bosan dan tidak menggunakan platform itu lagi. Menghabiskan waktu untuk bermain game sudah menjadi kebiasaanku. Semester 6 orangtuaku menawarkanku bimbel offline yang sebenarnya juga aku inginkan. Aku tidak langsung menerima tapi menawar bagaimana jika tahun depan saja bimbelnya karena udah mepet juga. Sayang uang kalau persiapan kurang matang. Orangtua tetap memintaku untuk bimbel tahun ini, mau tidak mau aku pun harus menurut. Waktu tinggal 3 bulan setengah dan aku baru mulai serius belajar sedangkan teman-temanku sudah mulai sejak tahun lalu untuk persiapan SBMPTN. Selama 3 bulan tersebut aku belajar dengan keras dan mengorbankan banyak hal mulai dari job untuk melatih piano hingga job bermusik di kafe. Materi SBM yang luas cakupannya dan susah diprediksilah yang membuatku hampir menyerah tengah jalan. Dengan diiringi doa orangtua akupun mampu menjalaninya hingga hari dimana SBM dilaksanakan. Aku dan orangtua selalu melakukan doa bersama setiap malam untuk kelancaran ujianku, karena aku sendiri sadar usaha yang keras kalau tidak diiringi dengan doa belum tentu berjalan dengan baik. Apalagi belajarku belum maksimal maka berdoa ialah cara lain untuk memaksimalkannya. Tiba hari dimana aku mengikuti SBM ,aku mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Ragu selalu muncul disetiap soal yang aku kerjakan tetapi aku tetap mendoktrin pikiranku untuk tetap yakin dengan jawabanku. Setelah selesai SBMPTN aku langsung merasa gagal dan ingin sekali segera memikirkan hal yang harus kulakukan setelah pengumumman hasil ujian nanti. Kasarnya aku sudah merasa pesimis dengan hasil yang belum aku ketahui. Tapi kenyataan ternyata berbanding terbalik, aku diterima dipilihan ke 2 yaitu Administrasi Negara UNS. Tuhan mengabulkan doa yang diiringi kerja kerasku selama ini. Orantuaku sangat senang dan bangga atas kerja kerasku dalam perjuangan untuk berkuliah di UNS. Itulah sedikit cerita perjuanganku berkuliah di UNS, Jalur langit dan kerja keras tidak akan mustahil jika ditekuni. Terimakasih