Bersinar, Bermimpi, tersenyum


Hai! Aku euphoria. Sebuah nama yang aku ambil dari judul lagu idola favorit aku. Tanpa dia, mungkin tidak akan ada tulisan ini. Ini pertama kalinya aku menulis disini, pertama kalinya aku mencurahkan apa yang selama ini aku rasakan. Aku akan menulis tentang bagaimana aku bisa menjadi salah satu mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri Solo.


Menurut orang lain, memasuki umur kepala dua merupakan masa-masa yang menyenangkan. Namun nyatanya hal itu tidaklah menyenangkan sama sekali. Hal itu dikarenakan saya mulai mengkhawatirkan setiap keputusan yang saya ambil. Pencarian jati diri, passion, komitmen, tanggung jawab adalah sesuatu yang selalu menghatui fikiran saya.

Hidup itu perjuangan. Pernahkah mendengar kata-kata itu? Pasti kalian sudah tidak asing lagi mendengarnya. Ya, hidup memanglah sebuah perjuangan. Dimana kita sudah berusah sekeras mungkin untuk menggapai mimpi-mimpi namun semua harus terkubur karena realita yang terjadi. Haruskah kita bertahan? Atau terus melangkah? Menerima segala sesuatu yang sudah ditakdirkan untuk kita atau terus melangkah mengejar mimpi kita. Disitulah arti sebuah perjuangan.


“Jadi, apa rencana kamu untuk meraih kesuksesan di masa depan nanti?” Tanya salah satu guru saya sewaktu saya duduk di bangku SMA. Disitulah saya mulai sadar, saya mulai mencari tahu apa passion saya dan apa keinginan saya. Terlebih lagi momen dimana saya harus berjuang mati-matian demi bisa berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Butuh 2 tahun untuk saya akhirnya bisa tembus masuk ke PTN.

Di tahun pertama setelah lulus SMA, saya gagal dalam SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Setelah itu, saya mencoba mendaftar melalui jalur mandiri dan itupun gagal. Sebenarnya, saya berhasil masuk di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Solo. Namun, tidak saya ambil. Hal itu dikarenakan saya masih menginginkan Perguruan Tinggi Negeri. Sayapun mau tidak mau menyandang status sebagai “pengangguran”. Status yang sebenarnya sangat saya tidak inginkan. Status yang membuat diri saya seperti tidak berguna. Beruntungnya saya karena mempunyai orang tua yang mengerti dan teman-teman yang selalu mendukung saya.

Selama saya tidak berkuliah, saya menyadari bahwa banyak hal yang saya belum kuasai. Oleh karena itu, hari-hari saya habiskan untuk belajar dan mengasah kemampuan baru. Namun, ada momen dimana saya mulai bosen dengan rutinitas tersebut terlebih adanya pandemi yang mengharuskan orang-orang berada di rumah. Akhirnya saya mencoba untuk berbisnis online shop yang sampai sekarang masih saya tekuni. Bertambah besarnya usaha online shop, saya pernah berfikir untuk tidak melanjutkan kuliah dan fokus untuk bekerja. Namun saya teringat dengan perkataan yang pernah saya baca “makin tinggi pendidikan, peluang kerja juga semakin tinggi”. Saya tidak mungkin menggantungkan hidup hanya dengan online shop yang tidak stabil. Oleh karena itu, saya pun bersemangat kembali, saya mulai belajar materi SBMPTN dari awal.

Namun sudah terlambat, saya gagal lagi. Satu kata yang terlintas saat saya membaca pengumuman itu, ‘nyesal’. Ya, saya menyesal. Menyesal kenapa saya tidak menguatkan tekad saya untuk berkuliah, menyesal kenapa saya tidak belajar lebih keras dari awal. Saya menangis di kamar seharian, tanpa seorangpun yang tau.

Beberapa hari setelah pengumuman SBMPTN, saya berusaha menguatkan diri. Saya mencoba untuk mendaftar di jalur Mandiri. Namun beberapa hari sebelum mengerjakan tes tersebut, keluarga saya positif virus corona. Ya, virus corona, virus yang membuat semua orang di dunia harus menggunakan masker dan tidak bisa beraktifitas dengan leluasa. Saya bingung, saya frustasi, saya takut. Karena disitu posisinya hanya saya yang negatif corona. Bayangkan saja, kalian satu rumah dengan beberapa orang yang positif sebuah virus. Sangat menakutkan bukan? Beruntungnya, saya bisa menjalani tes tersebut tanpa adanya hambatan. Walaupun ada beberapa soal yang tidak bisa saya jawab.

Hari pengumuman akhirnya tiba. Dihari itu pula keluarga saya melakukan swab tes dan hasilnya sudah negatif. Sebenarnya saat pengumuman saya sempat lupa untuk membukanya dan baru dibuka pada malam hari. Saat saya membuka pengumuman, saya tidak berharap lebih. Saya hanya ingin orang tua saya melihat kata ‘lolos’ dan membuat mereka bahagia. Beruntungnya, doa saya dikabulkan. Sungguh, ini merupakan salah satu momen yang tidak akan saya lupakan dalam hidup saya. Akhirnya, saya resmi menjadi seorang mahasiswa.


Tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada berhasil mendapatkan mimpi kita sendiri. Janganlah pernah merasa takut akan kegagalan. Ingat, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Teruslah mencoba dan pantang menyerah