Belajar Memahami Prinsip Analisis Wacana

Harimurti Kridalaksana (1984) memaparkan bahwa wacana menjadi satuan bahasa paling lengkap, tinggi dan terbesar dalam hierarki gramatikaI. Wacana berhubungan dengan tindakan manusia baik verbal maupun nonverbal, maka perlu adanya wawasan mengenai kebahasaan. Mulyana (2005) menjelaskan bahwa untuk memahami wacana maka perlu prinsip pemahaman wacana. Prinsip pemahaman wacana dibagi menjadi dua yakni, prinsip anaIogi dan prinsip interpretasi Iokal

• Prinsip analogi
Memiliki fungsi untuk menjelaskan gejala bahasa yang tidak tersusun. Prinsip analogi digunakan untuk menganalisis wacana yang perlu menggunakan banyak wawasan pengetahuan.
 Contohnya wacana berbahasa Jawa “alon-alon asal kelakon” di pinggir jalan. Jika analisis gramatikal tidak bisa menjelaskannya, maka dibutuhkan prinsip analogi. Wacana “alon-alon asal kelakon” bermakna untuk berkendara dengan pelan asalkan selamat sampai tujuan.

• Prinsip penafsiran lokal atau prinsip intepretasi lokal
Menjadi dasar menafsirkan suatu wacana, dengan konteks di sekitar wacana. Konteks yakni area, tempat lokal, atau wilayah wacana tersebut. Ketika wacana tercipta dari tuturan lisan, maka makna wacana tersebut ada di sekitar wacana itu tercipta (Suseno 1993)
 Contohnya poster “Indonesia 4-1 dari Malaysia” maka tercipta pertanyaan “Indonesia itu siapa? 4-1 itu apa?”. Makna dari kata Indonesia adalah atlet sepak bola, maka 4-1 pada konteks ini adalah hasil dari permainan sepak bola antara Indonesia dan Malaysia.

Schiffrin (2007) mengungkapkan pendapatnya mengenai dasar prinsip analisis wacana, dibagi menjadi 6, meliputi : (1) analisis wacana bersiafat emipiris, (2) wacana bukan urutan unit linguistik, (3) bentuk linguisitik dan maknanya adalah hasil dari campuran makna sosial, kultural, dan wawasan, (4) prestasi secara interaktif yakni makna, struktur, dan tindak tutur wacana setiap hari, (5) tuturan ditafsirkan dan dihasilkan pada konteks lokal berasal dari tuturan lain, (6) sebagian penutur dalam menyampaikan sesuatu memilih perbedaan linguistik sebagai cara alternatif bertutur.

Referensi

Harimurti Kridalaksana. 1984. Kamus linguistik. 2nd ed. Jakarta: Gramedia.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

2 Likes