Bagaimana pemahaman kalian mengenai bentuk nomina dasar dan nomina turunan?

Pemahaman saya terkait bentuk nomina dasar dan nomina turunan serta perbedaan di antara keduanya, sebagai berikut:

Nomina sering disebut sebagai kata benda. Nomina merupakan kategori yang secara sintaksis (1) tidak memiliki potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, (2) memiliki potensi untuk didahului oleh partikel dari (Kridalaksana, 2005:68). Semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan “yang + kata sifat” dapat dikatakan sebagai nomina (Muslich, 2007:121-122). Dilihat dari segi bentuknya, ciri-ciri yang terdapat pada nomina yakni (a) terdiri dari satu morfem, (b) dapat diturunkan dengan afiksasi, pengulangan, dan pemajemukan. Dari ciri-ciri tersebut, bentuk nomina dapat dibagi menjadi dua, yaitu (a) nomina dasar dan (b) nomina turunan (Alwi, 2003:213-218).

A. Nomina Dasar
Nomina yang hanya terdiri dari satu morfem disebut sebagai nomina dasar (Alwi dkk, 2003:218). Nomina dasar merupakan nomina yang belum mengalami suatu perubahan bentuk apa pun secara morfologi. Pada dasarnya, ciri dari bentuk nomina dasar adalah tidak berafiks (Badru, 2000:15). Jika dilihat dari segi pembentukan kata, nomina dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu nomina dasar khusus dan nomina dasar umum.

1) Nomina Dasar Khusus
Merupakan nomina yang terdiri dari satu morfem, yang memiliki ciri makna tertentu, di mana ciri tersebut dapat mengacu pada tempat, nama diri orang, nama geografis, dan nama hari.
Contoh dari nomina dasar khusus antara lain:
Atas, bawah, adik, batang, dalam, Farida, Selasa, butir, muka, paman, Pekalongan, Pontianak, Maret, dan Kamis (Alwi, dkk:2003:219). Contoh lainnya seperti, Indonesia, Dita, dan Minggu.

Alwi (2003:219), mengemukakan bahwa nomina dasar khusus terdapat bermacam-macam subkategori kata.

  • Nomina yang diwakili oleh dalam, bawah, atas, dan muka, mengacu pada tempat seperti, di dalam, di bawah, dan di atas.
  • Nomina yang diwakili oleh Pekalongan dan Pontianak, mengacu pada nama geografis.
  • Nomina yang diwakili oleh batang dan butir, menyatakan kata berdasarkan bentuk rupa acuannya secara idiomatis dan sebagainya.

2) Nomina Dasar Umum
Merupakan nomina yang terdiri dari satu morfem, yang memunyai ciri makna secara umum. Ciri makna tersebut mengacu pada tempat, keterangan alat, keterangan cara, dan keterangan waktu (Alwi, 2003:218-219). Pendapat dari Alwi tersebut, selaras dengan pernyataan Badru (2000:15), yang mengatakan bahwa nomina dasar umum malam, tidak memiliki ciri makna yang mengacu pada suatu tempat, tetapi nomina dasar umum meja dan rumah memiliki makna tempat, dengan membentuk kalimat Letakkanlah penamu di meja.
Nomina dasar umum malam, minggu, dan tahun tidak memunyai ciri-ciri yang mengacu pada tempat, tetapi mengacu pada waktu karena inilah nomina dapat menjadi keterangan waktu (malam Rabu, minggu depan, tahun 1997) (Alwi, 2003:18-219).
Contoh dari nomina dasar umum, antara lain:
Malam, meja, tahun, kesatria, hukum, tongkat, gambar, dan rumah (Alwi, dkk:2003:218). Contoh lainnya seperti kursi dan gunting.

B. Nomina Turunan
Nomina turunan berasal dari kata dasar (asa) yang mengalami proses pengimbuhan (afiksasi). Nomina dapat diturunkan dari afiksasi, perulangan atau pemajemukan (Arifin dan Juniah, 2007:115). Pada umumnya, nomina ini berasal dari proses pengimbuhan yang dibentuk dengan menambahkan prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks pada bentuk dasar. Nomina turunan terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

1) Nomina Berafiks
Suatu proses pembentukan nomina dengan menambahkan afiks tertentu pada kata dasar disebut sebagai afiksasi nomina (nomina berafiks). Proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar disebut sebagai afiksasi (Chaer, 2007:177). Nomina memiliki sumber penurunan, di mana sumber penurunan ini belum tentu kata dasar karena sumber sebagai dasar penurunan ditentukan oleh keterkaitan suatu makna. Keterkaitan makna tersebut antara sumber sebagai dasar penurunan nomina dengan turunannya (Alwi, 2003:220).

  • Prefiks ke-, contoh: Ketua, kehendak, kekasih, kerangka

  • Prefiks peng-, contoh: Pengawas, pengirim

  • Sufiks -an, contoh: Kiloan, asinan

  • Konfiks peng-an, contoh: Penyatuan, penghitaman

  • Konfiks per-an, contoh: Perpindahan, perjanjian

  • Infiks -el-, -er-, dan -em-, contoh: Geligi, serabut, kemuning

2) Nomina Perulangan (Reduplikasi)
Merupakan proses penurunan kata dengan perulangan, baik secara utuh maupun sebagian. Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dibagi menjadi empat kelompok, yaitu (1) perulangan utuh, (2) perulangan salin suara, (3) perulangan sebagian, dan (4) perulangan yang disertai pengafiksan.

  • Contoh nomina perulangan utuh: Buku-buku, gunung-gunung, dan rumah-rumah.
  • Contoh nomina perulangan salin suara: Sayur-mayur, warna-warni, dan gerak-gerik.
  • Contoh nomina perulangan sebagian: Rumah-rumah sakit, surat-surat kabar, dan jaksa-jaksa tinggi.
  • Contoh nomina perulangan yang disertai pengafiksan: Main-mainan, padi-padian, dan bangun-bangunan (Alwi, 2003:238).

Menurut Alwi (2003:239-240), selain bentuknya, reduplikasi nomina memiliki beberapa makna, yaitu:

  • Makna Keanekaan (yatim piatu, lauk pauk)
  • Makna Kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis (gilang gemilang, reruntuhan)
  • Makna Kekolektifan yang merupakan kumpulan berbagai jenis (rumput-rumputan, biji-bijian)
  • Makna Kemiripan Rupa (jari-jari, mata-mata)
  • Makna Kemiripan Cara (kekanak-kanakan, kebelanda-belandaan)

3) Nomina Pemajemukan
Proses penggabungan bentuk kata satu dengan bentuk kata yang lain disebut sebagai pemajemukan (Badru, 2000:16). Menghasilkan suatu bentuk dengan makna baru itulah pemajemukan. Muslich (2009:57) mendefinisikan pemajemukan sebagai peristiwa bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menghasilkan arti yang relatif baru. Beberapa contoh dari nomina pemajemukan, sebagai berikut:

  • Nomina Majemuk Dasar (tata tertib, uang muka)
  • Nomina Majemuk Berafiks (penyakit menular)
  • Nomina Majemuk dari Bentuk Bebas dan Bentuk Terikat (Prarencana, nonkomunis)

4) Nomina dengan Konversi
Merupakan penurunan nomina dari kelas kata lain tanpa menambahkan afiks atau mengubah bentuknya.
Contohnya: Tinggi, dalam, dan hijau.

Dari beberapa penjelasan saya di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa nomina dasar hanya terdiri satu morfem saja, sedangkan nomina turunan pada umumnya berasal dari proses pengimbuhan yang dibentuk dengan menambahkan prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks pada bentuk dasar serta melalui proses reduplikasi terhadap nomina dasar.

Referensi:
Alwi, Hasan., dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Bahasa.
Arifin dan Junaiyah. (2007). Morfologi Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. (2007). Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Kridalaksana, Harimurti. (2005). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Muslich, Masnur. (2009). Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi aksara.

a. Nomina dasar:
Yang dimaksud nomina dasar menurut Alwi (2003:218) adalah nomina yang terdiri atas satu morfem. Nomina dasar terdiri dari satu morfem karena nomina ini belum mengalamu perubahan bentuk apapun secara morfologi (Wasik & Nusarini, 2017)
Contoh:
a. Garpu
b. Sandal
c. Besi
b. Nomina turunan:
Nomina turunan merupakan nomina yang terbentuk melalui proses afiksasi, pemgulangan, atau pemajemukan (Ambiya, 2018). Atau bisa dijuga dikatakan diturnkan dari melalui proses morfologi.
Contoh:
a. Rumah-rumah
b. Jalan raya
c. Pemanah
Dari penjelasan diatas dapa disimpulkan perbedaan dari kedua nomina tersebut adalah pada bentuknya. Dalam nomina dasar masih memiliki bentuk dasar yang belum mengalami proses morfologi. Sedangkan dalam nominan turunan sudah mengalami proses morfologi.
Sumber:
Ambiya, M. Z. (2018). KEBERLAKUAN NOMINA SEBAGAI PREDIKAT DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 7(1), 49-68.
Alwi, H, dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Wasik, H. A., & Nusarini. (2017). PENGGUNAAN NOMINA DALAM SURAT KABAR HARIAN TRIBUN. CARAKA, 4(1), 77-90.

Dari dimensi morfologinya, nomina terdiri atas dua macam, yaitu
nomina dasar dan nomina turunan. Menurut Alwi dkk (2003:218) nomina dasar
adalah nomina yang terdiri atas satu morfem. Jadi, nomina dasar merupakan nomina yang belum mendapatkan imbuhan. Sebagai contohnya pada kata “sapu”, “meja”, “pensil”. Sedangkan, nomina turunan berasal dari kata
dasar yang mengalami proses mengimbuhan (afiksasi). Nomina dapat
diturunkan dari afiksasi, perulangan atau pemajemukan (Arifin dan Juniah,
2007:115). Pada umumnya nomina turunan berasal dari proses pengimbuhan yang
dibentuk dengan menambahkan prefik, infiks, sufiks, dan konfiks pada bentuk dasar.
(a) dengan imbuhan ‘ke-’ = kehendak, ketua;
(b) dengan imbuhan ‘per-’: pertanda, persegi;
(d) dengan imbuhan ‘pe-’: petani, petembak;
(d) dengan imbuhan
‘peng-’ : pengacara, pengacau;
(e) dengan imbuhan ‘-an’
: tulisan, bacaan;
(f) dengan imbuhan ‘peng-an’: pengadilan, pengampunan;
(g) dengan imbuhan 'per-an": persatuan, persemaian;
(h) dengan imbuhan ‘ke-an’: kemerdekaan, kesatuan.

Bunga, J., Hanye, P., & Simanjuntak, H. Nomina Bahasa Desa dan Implementasinya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 2(2).
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.