Antara rencana dan harapan

Assalamualaikum wr.wb Hai teman semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Sebut saja nama saya Lily mahasiswi semester 2 program studi D3 Akuntansi angkatan tahun 2020. Bisa dibilang saya angkatan corona karena kelulusan SMA saya bertepatan dengan masuknya virus Covid 19 di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri ternyata sampai sekarangpun virus tersebut masih ada, sehingga dengan terpaksa kegiatan ngajar mengajar pun harus dilakukan di rumah.

Sedikit mengenang tentang usaha saya waktu itu saat penentuan masa depan, perjuangan dimulai, peluru pertamapun sudah terlepas dari tembakan. Dimana jutaan orang bahkan ratusan juta orang berlomba-lomba untuk mendapatkan lambang hijau di lembar kertas pengumuman. Bermacam-macam eskpresi tergambar dimasing-masing raut wajah mereka sedih bahagia, stres, depresi. Dan saya adalah salah satu orang yang mendapatkan ekspresi wajah sedih. Yang saya pikirkan saat itu adalah perasaan orang tua saya yang mungkin kecewa dengan hasil saya meskipun mereka tidak mengatakan apapun. Bermacam-macam peluang telah saya coba bermacam-macam kegagalan telah saya rasakan. kini usaha dan jalan terakhir yang saya ambil adalah usulan dari kakak untuk mencoba masuk di program studi akuntansi, yang sudah jelas bukan minat dan tujuan utama saya. Entah mengapa pikiran saya saat itu yang penting cepet kuliah masalah jurusan belakangan. Dengan bangganya waktu itu ketika saya resmi menjadi mahasiswa D3 Akuntansi padahal Akuntansi salah satu mapel yang saya tidak senangi waktu SMA.

Berjalannya hari memasuki semester 1 saya berusaha berinteraksi dengan teman-teman sesama jurusan akuntansi. Jujur ini adalah pilihan terberat saya dimana saya berada di lingkup yang bukan menjadi keinginan saya bahkan jauh beda dengan angan, jauh berbeda juga dengan impian yang sudah saya rancang matang-matang saat SMA. Apalah daya nasi sudah menjadi bubur dimana saya sudah terperangkap disini, untuk keluarpun saya sudah tidak bisa. Tetapi berutungnya masih ada orang tua yang selalu mendoakan dan membangkitkan saya untuk tidak berhenti disini. Orang tua yang selalu mengingatkan betapa susahnya mengumpulkan uang agar saya tetap bisa melanjutkan kuliah sampai semester Akhir. Bukan hanya saya saja, beberapa dari teman saya sesama jurusan akuntansi yang mengeluh karena merasa salah jurusan. Berbagai macam alasan mulai dari memilih jurusan ini, karena merupakan keputusan terakhir yang diambil setelah ditolak beberapa kali dari PTN. Ada juga karena memang dekat dengan rumah sehingga dengan terpaksa memilih kuliah disini. Banyak keinginan dari teman-teman berpikir untuk pindah dari jurusan ini dengan mencoba mengikuti UTBK kembali ditahun 2021.

Sempat ingin mengambil keputusan yang sama untuk mencoba mengikuti UTBK lagi, karena saya berpikir disini bukan passion saya. Ada dua hal yang saya pikirkan yaitu pindah kejurusan lain atau bertahan dijurusan ini. Lalu saya coba mencari jalan keluar dengan cara curhat ke orang tua meskipun saya sudah tau jawabannya pasti orang tua tidak mengizinkan saya pindah. Setiap hari saya berdoa, setiap malam saya meminta petunjuk kepada Allah agar keputusan yang akan saya ambil tidak mengecewakan untuk kedua kalinya. Akhirnya saya menemukan jawabannya dan saya memutuskan untuk bertahan dijurusan ini meskipun sulit, tantangan tersebut harus saya lalui demi masa depan. Mis Merry Riana pernah mengatakan salah jurusan bukan berarti salah masa depan. Saya yakin rencana Tuhan pasti yang terbaik untuk hambanya. Ketika saya sudah memutuskan untuk bertahan disini saya harus berani bertanggung jawab, karena setiap pilihan ada konsekuensinya masing-masing. Saya harus menyelasaikan apa yang menjadi pilihan saya. Tetap komitmen dan tanggu jawab adalah kuncinya. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk kuliah, jadi saya berpikir saya harus tetap bersyukur diberi kesempatan kuliah. Saya berusaha tidak lagi mementingkan ego dan mulai menjalani kehidupan kuliah dengnan iklas. Waktu berputar begitu cepat beberapa tahun lagi saya bisa memakai toga, saat itu saya pasti akan bisa menyaksikan senyum bahagia yang tersungging di wajah orang tua saya.