Aku dan Menjadi Bintang

Sumber Gambar : Internasional Republika

“Apakah benar rencana Tuhan lebih Indah daripada rencana kita?” Itulah pertanyaan yang terlintas dipikiran setelah tidak berhasilnya membuat nyata rencana yang sudah aku buat. Program Studi Pendidikan Matematika bukan merupakan rencana yang aku sendiri inginkan, akan tetapi prodi tersebut hanyalah rekomendasi dan keinginan dari orang tuaku yang juga merupakan lulusan pendidikan.

Perkenalkan, namaku Ray mahasiswa Pendidikan Matematika. Tak seperti kebanyakan teman-teman seangkatan, kalau boleh jujur satu-satunya alasanku masuk Program Studi Pendidikan Matematika ini hanyalah sebuah “keterpaksaan” atau bisa dibilang menuruti apa yang diinginkan orang tua. Fakultas Teknik yang dulu sangat kudambakan sekarang hanyalah sebuah angan-angan yang sudah tak mungkin lagi menjadi sebuah kenyataan. Kecewa rasanya saat tahu tidak diperbolehkan masuk ke Fakultas Teknik, kecewa karena aku juga mempunyai impianku sendiri. Impian yang tiba-tiba sirna karena nasihat orang tua. “Kamu itu siapa?” pertanyaan yang sungguh menyayat hati karena itulah kenyataannya, aku bukan siapa-siapa. Ayah, ibu, paman, dan tante mereka semua adalah seorang guru.

Seiring berjalannya waktu rasa kecewa itu lama-kelamaan menjadi sudah biasa. Filsafat Stoa mengajarkan agar manusia lebih berfokus pada hal-hal yang dapat ia kontrol sendiri, yakni hati dan pikiran. Sehingga seseorang dapat merespon masalah atau peristiwa menyakitkan yang terjadi di hidupnya dengan lebih jernih. Ajaran itulah yang menjadi titik balik dimana akhirnya aku bisa menerima semua kejadian yang ada. Aku hanya perlu menjalaninya, tidak lebih dan tidak kurang. Di lain sisi, aku malah menjadi sedikit termotivasi karena mungkin saja inilah jalanku untuk menuju cita-cita yang saat kecil pernah aku impikan yaitu menjadi dosen dan bisa berkuliah di luar negeri.

Tak pernah terpikirkan sebelumnya untuk menjadi sebuah “bintang”. Saat SMA aku hanyalah siswa biasa yang tidak menonjol bahkan hanya terkenal karena menjadi pembuat onar. Menjadi bintang? Ya, tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Namun, kurasa mungkin sekaranglah waktunya bagiku untuk menjadi seorang seperti Alexander The Great yang saat berusia dua puluh tahun sudah menjadi pemimpin sebuah negara namun dengan jalan yang berbeda. Aku ingin melebihi batasanku dan menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu sehingga bisa disandingkankan dengan para orang-orang hebat diluar sana. Aku tidak ingin rasa kecewaku menjadi menguasai diriku. Rasa malas yang selalu menjadi halangan akan ku lawan. Karena untuk menjadi sebuah bintang, aku harus mau mengorbankan segala yang tidak dibutuhkan. Seperti yang dikatakan oleh seorang samurai yang tidak pernah kalah dalam beradu pedang yaitu Miyamoto Musashi, “Tidak ada di luar diri Anda yang dapat memungkinkan Anda menjadi lebih baik, lebih kuat, lebih kaya, lebih cepat, atau lebih pintar. Semuanya ada di dalam. Semuanya ada. Jangan mencari apa pun di luar dirimu.” . Inilah kisahku dan impianku untuk menjadi sebuah “bintang"

1 Like

Keren juga kata-kata motivasinya.

Tidak ada di luar diri Anda yang dapat memungkinkan Anda menjadi lebih baik, lebih kuat, lebih kaya, lebih cepat, atau lebih pintar. Semuanya ada di dalam. Semuanya ada. Jangan mencari apa pun di luar dirimu

Miyamoto Musashi

Intinya percaya diri.

1 Like

Nahhhh, Benar sekali

1 Like