Sore itu, Stasiun Semarang ramai dengan penumpang yang sibuk berlalu-lalang. Kereta api yang berdatangan menciptakan suasana hidup yang penuh semangat. Sebelum sesampainya di stasiun Semarang, sebelumnya aku juga menempuh perjalanan dua jam dari kota Magelang ke Semarang menggunakan Sabila Shuttle atau biasa di sebut trevel, di perjalanan dua jam, aku hanya mendengarkan musik dan melihat pemandangan sekitar dan tidak lama aku memejamkan mata sampai tiba di Semarang, dan perjalanan dari tempat pemberhentian trevel ke stasiun aku menggunakan ojek online salah satunya yaitu grab. Ini adalah pertama kalinya aku melakukan perjalanan pulang sendirian dari Semarang ke Brebes setelah perkuliahan satu semester di kota Magelang berlalu. Rasa cemas dan gugup, tapi di saat yang sama rasa excited juga ada. Aku menarik koperku dan menggendong ransel kecil yang berisi barang-barang penting dan melangkah ke arah peron.
Setelah beberapa menit menunggu, kereta akhirnya tiba dengan derak yang familiar. Peluitnya melengking, memanggil penumpang untuk segera naik. Aku mencari tempat dudukku yang sudah aku pesan di dekat jendela, tempat yang paling aku suka. Saat kereta mulai melaju, aku merasakan jantungku berdegup kencang, ini bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan emosional, pemandangan luar mulai beralih yang membuatku merasa lebih tenang, dan Semarang perlahan menjauh.
Di luar jendela, gedung-gedung tinggi digantikan oleh pemandangan hijau. Sawah yang luas dan pepohonan yang rimbun menyapa mataku. Beberapa petani terlihat sedang bekerja, menggarap tanah dengan penuh ketekunan. Sambil menikmati pemandangan, aku mengeluarkan buku novel berjudul “Laut Bercerita Oleh Leila S. Chudori” yang sudah lama kutunggu untuk dibaca. Mengambil napas dalam-dalam, aku mulai menyelami cerita yang ada di dalamnya dan mendengarkan musik.
Suasana di dalam kereta sangat tenang. Penumpang lain juga tampak asyik dengan kegiatan masing-masing. Di seberang kursi dudukku, seorang ibu muda sedang memainkan handphone sambil sesekali mengawasi anaknya yang bermain di kursi sebelahnya. Di belakang, ada sepasang suami istri yang tampak asyik berbincang. Rasanya seperti berada di dunia sendiri, dikelilingi oleh orang-orang dengan cerita masing-masing.
Setelah membaca beberapa halaman, aku melirik keluar jendela lagi. Pemandangan berganti-ganti, kali ini pantai yang berdekatan dengan rel kereta yang sangat menggoda mata. Di arah baratnya, terlihat matahari yang mulai terbenam dan sangat indah dipandang. Ketika kereta melintas desa-desa kecil, aku bisa melihat rumah-rumah sederhana dan anak-anak bermain di halaman. Momen kecil ini terasa indah, seolah mengingatkan pada kenangan masa kecilku.
Setelah beberapa lama, kereta mulai mendekati Stasiun Brebes. Rasa harapanku semakin besar. Saat pengumuman “Stasiun Brebes” terdengar, aku merasa jantungku berdebar kencang. Kereta mulai melambat, suara lokomotif yang berdecit memberi tahu bahwa kami sudah sangat mendekati stasiun Brebes. Jantungku berdebar penuh harapan. Momen ini selalu membuatku bersemangat. Dengan sigap, aku merapikan barang-barang dan bersiap untuk turun. Saat kereta berhenti, aku segera beranjak, menghirup udara segar yang sudah lama tidak kutemui. Suara kendaraan dan aroma makanan khas Brebes langsung menyambutku, membawa rasa familiar yang nyaman.
Setelah keluar dari stasiun, aku melihat sekeliling Stasiun Brebes terlihat lebih kecil dan lebih hangat dibandingkan Stasiun Semarang. Di luar stasiun, aku melihat Bapak dan ibuku menunggu dengan senyum lebar. Pelukan hangatnya membuatku merasa seperti kembali ke rumah. Dalam perjalanan, banyak hal yang berubah dan baru di Brebes, namun tetap ada yang terasa akrab. Ketika akhirnya tiba di rumah, kucingku sudah menunggu didepan rumah, dan aku langsung memeluknya hangat.
Malam itu, kami berkumpul di meja makan. Aroma masakan yang menggoda menambah rasa syukurku. Setelah makan, kami bercerita tentang perjalanan dan segala hal yang terjadi. Di sinilah, di tengah kebersamaan, aku merasa paling bahagia. Perjalanan dari Stasiun Semarang ke Stasiun Brebes bukan hanya soal jarak yang ditempuh, tetapi juga tentang kembali ke rumah dan orang-orang yang kucintai. Di sinilah aku menemukan ketenangan dan kebahagiaan sejati. Perjalanan kereta pulang sendirian ini bukan hanya tentang sampai di tujuan, tetapi juga membuat pengalaman pribadi yang sangat berkesan dalam diri sendiri dan tentang merasakan setiap momen yang mengingatkanku pada rumah.